Monday, 22 April 2013
Makalah Evaluasi belajar PKBM
BAB. I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 meberi mandat kepada pemerintah, pengelola, tenaga kependidikan, dan masyarakat dua hal;
1. Mencerdaskan bangsa ( Pembukaan UUD 1945)
2. Memberikan hak memperoleh pengajaran kepada seluruh rakyat ( Pasal 31 UUD 1945)
Upaya yang dilakukan oleh pemerintah sejak proklamasi untuk meningkatkan sumber daya manusia adalah dengan peningkatan mutu pendidikan. Dengan meningkatkan mutu pendidikan diharapkan dapat tercipta sumber daya manusia yang berkualitas dan menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi.
Namun sangat disayangkan, ternyata harapan para pendahulu kita belum dapat terealisai sampai hari ini. Setelah lebih setngah abad Indonesia merdeka dibanding dengan warga dunia, PBB melaporkan bahwa ”Human Develovment Index”(HDI) Indonesia adalah nomor urut 116 dari 120 negara. Salah satu faktornya adalah kualitas dan kuantitas pendidikan.
Data sensus penduduk tahun 2003, menampilkan gambaran bahwa penduduk beruasia 10 tahun ke atas terdiri dari 8,5 % tidak pernah masuk SD, 23% DO SD, dan 33% hanya tamat SD. Yang bisa menamatkan SMP dan melanjutkan ke SMA hanya 16,6%. Dari 42 juta usia belajar, wajib belajar hanya mencapai 32,9% atau gagal 64,5%. (Dananjaya, 2005).
Langkah strategis dalam dunia pendidikan adalah peningkatan mutu Pendidikan Non Formal. Pendidikan non formal sebagai alternatif dan pelengkap bagi sistem pendidikan kita saat ini. Bagi warga masyarakat yang DO dapat memperoleh pendidikan Kesetaraan, dan keaksaraan fungsional bagi yang tidak pernah mengecap bangku pendidikan.
Pendidikan Non Formal dalam prakteknya dianggap sebagai jalan pintas memperoleh Ijasah dan pengakuan masyarakat. Disamping itu juga banyaknya siswa yang tidak lulus pada Ujian Pendidikan Formal mengikuti ujian dan lulus kesetaraan pada tahun yang sama menambah citra buruk pendidikan Non Formal.Untuk dapat menentukan tercapai tidaknya tujuan pembelajaran, perlu dilakukan usaha atau tindakan penilaian/evaluasi.
Evaluasi sebagai kegiatan yang terencana untuk mengetahui keadaan suatu objek dengan menggunakan instrumen dan membandingkan hasilnya dengan tolak ukur untukmemperoleh kesimpulan.
Dari latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka penulis ingin memberikan informasi baru dalam evaluasi pendidikan. Hal itu penulis kemas dalam sebuah kara tulis yang berjudul ”Evaluasi Pembelajaran Berbasis Kelas”
B. PERUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas, adapun rumusan masalah penulisan ini adalah :
a) Bagaimana bentuk Evaluasi Pembelajaran Pendidikan Kesetaraan Paket B?
b) Bagaimana proses Evaluasi Pembelajaran Pendidikan Kesetaraan Paket B?
c) Apakah Evaluasi Pembelajaran Pendidikan Kesetaraan Paket B mampu membantu peningkatan mutu Pendidikan Non Formal?
C. PEMBATASAN MASALAH
Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka penulisan ini hanya dibatasi pada :
a) Evaluasi Pembelajaran terbatas pada Pendidikan Kesetaraan Paket B
b) Sumber Evaluasi Pembelajaran berasal dari tutor dan warga belajar
c) Analisis Evaluasi Pembelajaran dibatasi peningkatan mutu tutor dan warga belajar
D. TUJUAN PENULISAN
Adapun tujuan penulisan ini adalah sebagai berikut :
1. Tutor Paket B mengetahui cara Evaluasi Pembelajaran Pendidikan Kesetaraan Paket B
2. Tutor Paket B memiliki pengetahuan untuk menggunakan metode Evaluasi Pembelajaran tidak terbatas mengevaluasi warga belajar tetapi juga dirinya.
3. Warga belajar dapat memotivasi dirinya untuk lebih aktif dalam kelas agar dapat memperoleh pestasi yang optimal.
E. MANFAAT PENULISAAN
Manfaat dari penulisan ini adalah :
1. Karya tulis ini dapat dijadiakan acuan Evaluasi Pembelajaran Pendidikan Kesetaraan Paket B
2. Bagi Dunia Pendidikan dapat meningkatkan kualitas penyelengaraan Pendidikan Non Formal
3. Bagi Pendidik dan Tenaga Kependidikan Non Formal dapat dijadikan acuan pembelajaran yang mudah untuk dipraktekkan dan desiminasikan ke PTK-PNF yang lain.
F. SISTEMATIKA PENULISAN
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Perumusan masalah
C. Pembatasan Masalah
D. Tujuan Penulisan
D. Manfaat penulisan
E. Sistematika Penulisan
BAB II LANDASAN TEORI
A. Kosep Dasar Evaluasi
B. Peranan Pendidikan Kesetaraan Paket B dalam penuntasan Wajib belajar 9 Tahun
BAB III METODOLOGI EVALUASI PENDIDIKAN KESETARAN PAKET B
A. Tujuan Evaluasi Pendidikan Kesetaraan Program Paket B
B. Sasaran Evaluasi
C. Rancangan Evaluasi Pendidikan Kesetaraan Program Paket B
D. Perangkat Evaluasi pendidikan Kestaraan Paket B
BAB IV PEMBAHASAN
A. Kuesioner
B. Pengamatan
C. Wawancara
D. Analisa Catatan
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
Daftar Pustaka
Lampiran -lampiran
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Dasar Evaluasi
"Kegagalan atau keberhasilan duniawibukanlah tujuan yang penting. Kadang-kadang kegagalan adalah keberhasilan, sebaliknya keberhasilan adalah kegagalan. Kita harus menilainya dengan mata kebijaksanaan."
(Guru Ching Hai)
1. Pengertian Evaluasi
Untuk dapat menentukan tercapai tidaknya tujuan pembelajaran, perlu dilakukan usaha atau tindakan penilaian/evaluasi. Evaluasi adalah kegiatan yang terencana untuk mengetahui keadaan suatu objek dengan menggunakan instrumen dan membandingkan hasilnya dengan tolak ukur untuk memperoleh kesimpulan. Evaluasi pada dasarnya memberikan pertimbangan atau harga atau nilai berdasarkan kriteria tertentu.Tujuan tersebut dinyatakan dalam rumusan tingkah laku yang diharapkan dimiliki peserta didik setelah menyelesaikan pengalaman belajarnya.
Sejauh mana keberhasilan seorang memberikan materi dan sejauh mana siswa menyerap materi yang disajikan dapat diperoleh informasinya melalui evaluasi. Jika seorang tutor merasa bertanggungjawab atas penyempurnaan pembelajarannya, ia harus mengevaluasi agar mengetahui perubahan apa yang seharusnya dilakukan.
Tahap evaluasi ini dilakukan untuk menilai pemahaman peserta didik terhadap materi yang telah diberikan. Beberapa kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah sebagai berikut:
• Mengajukan pertanyaan kepada warga belajar, baik pertanyaan lisan maupun pertanyaan dalam bentuk tulisan.
• Jika pertanyaan yang diajukan oleh guru belum dapat dijawab oleh warga belajar (kurang dari 75), guru perlu mengulangi kembali bagian materi yang belum dikuasai warga belajar sampai mereka betul-betui mengerti.
• Untuk memperkaya pengetahuan warga belajar, tutor bersama siswa dapat mencari informasi baik dari buku, internet dan media TIK lainnya
• Ingatkan warga belajar waktu pendidikan berikutnya, pokok-pokok materi yang akan dipelajari, dan tugas yang perlu disiapkan untuk pertemuan selanjutnya.
Peraturan Menteri pendidikan nasional Republik indonesia Nomor 3 tahun 2008 Tentang Standar proses pendidikan kesetaraan Program paket a, program paket b, Dan program paket c menjelaskan Evaluasi sebagai berikut:
1. Evaluasi proses pembelajaran dilakukan untuk menentukan kualitas pembelajaran secara keseluruhan, mencakup tahap perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, dan penilaian hasil pembelajaran.
2. Evaluasi proses pembelajaran diselenggarakan dengan cara:
a. membandingkan proses pembelajaran yang dilaksanakan pendidik dengan standar proses pendidikan kesetaraan,
b. mengidentifikasi kinerja pendidik dalam proses pembelajaran sesuai dengan kompetensi peserta didik.
3. Evaluasi proses pembelajaran memusatkan pada keseluruhan kinerja pendidik dalam proses pembelajaran.
4. Kegiatan evaluasi dilakukan oleh penyelenggara program, penilik, dan/atau dinas kabupaten/kota yang bertanggung jawab di bidang pendidikan.
2. Kegunaan Evaluasi
Berdasarkan UU Sisdiknas No.20 Tahun 2003 Pasal 58 (1) evaluasi hasil belajar peserta didik dilakukan untuk memantau proses, kemajuan, dan perbaikan hasil belajar peserta didik secara berkesinambungan.
Dalam menyusun tes/alat evaluasi, ada beberapa syarat dan petunjuk yang perlu diperhatikan, yakni:
• Pendidik harus menetapkan dulu segi-segi apa yang akan dinilai sehingga betul-betui terbatas serta dapat memberi petunjuk bagaimana dan dengan alat apa segi tersebut dapat kita nilai;
• Pendidik harus menetapkan alat evaluasi yang betul-betui valid dan reliabel yang berarti taraf ketepatan dan ketetapan tes dengan aspek yang akan dinilai;
• Penilaian harus objektif yang artinya menilai prestasi peserta didik sebagaimana adanya;
• Hasil penilaian tersebut harus betul-betui diolah dengan teliti sehingga dapat ditafsirkan berdasarkan kriteria yang berlaku;
• Alat evaluasi yang dibuat hendaknya mengandung unsur diagnosis yang artinya dapat dijadikan bahan untuk mencari kelemahan peserta didik belajar dan pendidik mengajar.
3. Teknik-teknik Evaluasi
Pada umumnya, ada dua teknik evaluasi, yaitu dengan menggunakan tes dan
non-tes.
1. Tes
a. Pengertian Tes
Tes adalah alat pengukuran berupa pertanyaan, perintah, dan petunjuk yang ditujukan kepada testee untuk mendapatkan respon sesuai dengan petunjuk itu.
b. Macam-Macam Tes
Ditinjau dari obyek pengukurannya, secara umum tes dibagi dua, yaitu tes kepribadian (personality test) dan tes hasil belajar (achievement test).Yang termasuk dalam jenis tes kepribadian (personality test) dan banyak digunakan dalam pendidikan ialah sebagai berikut.
1) Pengukuran sikap
2) Pengukuran minat
3) Pengukuran bakat
4) Tes intelegensi
c Jenis Tes
Jika ditinjau dari fungsinya, maka tes dibagi atas 4 Jenis tes berikut ini:
• Tes Penempatan (Placement Test)
Tes jenis ini disajikan pada awal tahun pelajaran untuk mengukur kesiapan siswa dan mengetahui tingkat pengetahuan yang telah dicapai sehubungan dengan pelajaran yang akan disajikan. Dengan demikian, siswa dapat di-tempatkan pada kelompokyangsesuai dengan tingkat pengetahuan yang dimiliki.Tentu saja, hal ini tidak berlaku untuk sistem klasikal seperti yang dilaksanakan di Indonesians ini hanya dapat diterapkan pada sekolah yang menggunakan sistem individual.Tes ini biasanya disusun dengan ruang lingkup yang luas dan tingkat kesukaran yang dimiliki bervariasi agar antara siswa yang telah dan yang belum menguasai pelajaran dapat dibedakan.
• Tes Formatif (Formative Test)
Tes formatif disajikan di tengah program pendidikan untuk memantau kemajuan belajar peserta didik dan pendidik. Berdasarkan hasil tes itu pendidik dan peserta didik dapat mengetahui apa yang masih perlu dijelaskan kembali agar peserta didik dapat menguasai materi pelajaran lebih baik. Peserta didik dapat mengetahui bagian bahan pelajaran mana yang masih belum dikuasainya agar dapat mengupayakan perbaikannya. Pendidik juga dapat melihat bagian mana yang umumnya belum dikuasai peserta didik, sehingga dapat mengupayakan penjelasan yang lebih baik dan luas agar mereka dapat menguasai bahan tersebut.
• Tes Diagnostik (Diagnostic Tes)
Tes diagnostic bertujuan mendiagnosis kesulitan belajar siswa untukmengupayakan perbaikannya. Sepintas lalu.tes ini tampak seperti tes formatif, namun penyusunannya sangat berbeda dengan tes formatif atau jenis tes lainnya.Karenatujuannya untuk mendiagnosis kesulitan belajar siswa, pendidik harus terlebih dahulu mengetahui bagian mana dari pendidikan yang memberikan kesulitan belajar pada peserta didik. Hal itu berarti bahan tes formatif harus disajikan terlebih dahulu untuk mengetahui ada tidaknya bagian yang belum dikuasai peserta didik. Setelah diketahui bagian mana yang belum diketahui siswa, butir-butir soal yang lebih memusat pada bagian itu dapat dibuat sehingga dapat dipakai untuk mendeteksi bagian-bagian pokok bahasan atau sub-pokok bahasan yang belum dikuasai untuk selanjutnya dibuatkan beberapa soal yang tingkat kesukaran yang relatifrendah.Tujuannya adalah agar dapat diperoleh informasi bahwa unit tertentu belum dikuasai sehingga soalnya tidak dapat dijawab meskipun soal-soal itu umumnya mudah. Atas dasar informasi semacam ini, pendidik dapat mengupayakan perbaikannya.
• Tes Sumatif (Summative Test)
Jenis tes ini biasanya diberikan pada akhir tahun ajaran atau akhir suatu
jenjang pendidikan meskipun maknanya telah diperluas untuk dipakai pada
tes akhir caturwulan atau semester. Oleh karena itu, tes ini dimaksudkan untuk
memberikan nilai yang menjadi dasar penentuan kelulusan dan/atau
pemberian sertifikat bagi yang telah menyelesaikan pelajaran dengan hasil
baik. Karena umumnya merupakan tes akhir tahun atau akhir jenjang
pendidikan, ruang lingkupnya pun sangat luas meliputi seluruh bahan yang
telah disajikan sepanjang tahun atau sepanjang jenjang pendidikan.Tingkat
kesukaran soalnya pun bervariasi.
d. Bentuk Tes
Ditinjau dari bentuknya, tes dibagi atas tes tertulis, tes lisan, dan res
perbuatan.
• Tes Tertulis (Written Test)
Secara umum tes tertulis ini kemudian dapat dibedakan menjadi dua, yaitu sebagai berikut:
a) Tes esal
Tes esai dapat digunakan untuk mengukur kegiaan-kegiatan belajar yang sulit diukur oleh tes objektif.Tes esai juga sering disebut tes uraian karena menuntut anak untuk menguraikanjawabannya dengan kata-kata sendiri dan cara tersendiri. Oleh sebab itu, jawaban setiapanak,terutama dalam bentuk,teknik,dan gayanya.berbeda satu sama lain.Tes esai ini juga dapat dibedakan menjadi dua bentuk tes seperti berikut ini: tes uraian bentuk bebas dan tes uraian terbatas
Kelebihan tes esai:
(a) Peserta didik dapat mengorganisasikan jawaban dengan pendapatnya sendiri;
(b) Murid tidak dapat menerka-nerka jawaban soal;
(c) Tes ini sangat cocok untuk mengukur dan mengevaluasi hasil suatu proses belajar yang kompleks yang sukar diukur dengan mempergunakan tes objektif;
(d) Derajat ketepatan dan kebenaran murid dapat dilihat dari kalimat-kalimatnya;
(e) Jawaban diungkapkan dalam kata-kata dan kalimat sendiri sehingga tes ini dapat digunakan untuk melatih penyusunankalimat dengan bahasa yang baik, benar, dan cepat;
(f) Tes ini digunakan dapat melatih peserta didik untuk memilihfakta yang relevan dengan persoalan, dan mengorganisasi- kannya sehingga dapat mengungkapkan satu hasil pemikiran yang terintegrasi secara utuh.
Kelemahan tes esai:
(a) Sukar dinilai secara tepat;
(b) Bahan yang diukur terlalu sedikit dan sulit untuk mengukur penguasaan materi
(c) Sulit mendapatkan soal yang memiliki standar nasional maupun internasional;
(d) Membutuhkan waktu untuk memeriksa hasilnya.
b) Tes Objektif
Tes objektif ialah tes tulis yang itemnya dapat dijawab dengan memilih jawaban yang sudah tersedia sehingga peserta didik menampilkan keseragaman data, baik bagi yang menjawab benar maupun mereka yang menjawab salah.Tes objektif ini menuntut peserta didik untuk memilih jawaban yang benar di antara kemungkinan jawaban yang telah disediakan, memberi jawaban singkat, dan melengkapi pertanyaan atau per-nyataan yang belum sempurna.Tes Objektif sangat cocok untuk mengevaluasi kemampuan yang menuntut proses mental yang tidak begitu tinggi, seperti ke-mampuan mengingat kembali, kemampuan mengenal kembali, kemampuan pengertian, dan kemampuan mengaplikasikan prinsip-prinsip.
• Tes Lisan (oral test)
Tes lisan adalah tes soal dan jawabannya menggunakan bahasa lisan.
Peserta didik akan mengucapkan jawaban dengan kata-katanya sendiri sesuai
dengan pertanyaan perintah yang diberikan.
Kelebihan tes lisan:
a. Tidak perlu menyusun soal secara terurai, tetapi cukup mencatat pokok- pokok permasalahannya;
b. Dapat mengetahui langsung kemampuan peserta didik dalam mengemukakan pendapatnya secara lisan;
c. Jika peserta didik belum jelas dengan pertanyaan yang diajukan.
d. Dapat mengubah pertanyaan sehingga dapat dimengerti oleh peserta didik;
e. Dapat mengetahui secara langsung hasil tes.
Kelemahan tes lisan
a. Tes ini menyita waktu yang cukup banyak;
b. Keadaan emosional peserta didik sangat dipengaruhi oleh kehadiran pribadi pendidik yang dihadapinya;
c. Kebebasan peserta didik untuk menjawab pertanyaan menjadi berkurang, sebab seringkali memotong jawaban sebelum pemikirannya dituangkan secara keseluruhan;
d. Faktor subjektivitas akan muncul jika dalam suasana ujian lisan itu hanya ada seorang penguji dan seorang siswa;
e. Pertanyaan yang diajukan kepada peserta didik sering tidak sama jumlah dan tingkat kesukaran-nya;
f. Dalam memberi penilaian, sering dipengaruhi oleh kepribadian peserta didik.
3) Tes Perbuatan atau Tindakan (Performance Test)
Tes perbuatan atau tindakan ialah tes di mana jawaban yang dituntut dari peserta didik berupa tindakan dan tingkah laku konkrit. Observasi merupakan alat yang dapat digunakan untuk mengukur tes perbuatan atau tindakan.
Kelebihan Tes Tindakan/Perbuatan
a) Sangat cocok untuk mengukur aspek psikomotorik;
b) Pendidik dapat mengetahui dengan jelas aplikasi dari teori yang tetah disampaikan berupa tindakan atau perbuatan.
c) Ketemahan Tes Tindakan/Perbuatan Membutuhkan waktu yang lama.
d) Apabila perintah tidak jelas, perbuatan akan muncul tidak sesuai seperti yang diharapkan.
2. Non tes
Dalam menilai hasil belajar.ada yang bisa diukur dengan menggunakan tes dan ada pula yang tidak bisa dengan tes. Kalau pengetahuan teoritis dapat diukur dengan menggunakan tes.
Hal-hal yang termasuk non tes, seperti: observasi, wawancara, skala sikap, angket, check list, dan ranting scale.
1. Observasi
Secara umum, observasi dapat diartikan sebagai penghimpunan bahan- bahan keterangan yang dilakukan dengan mengadakan pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap berbagai fenomena yang dijadikan objek pengamatan. Untuk melaksanakan observasi bisa dilakukan secara langsung oleh observer (observasi langsung), bisa melalui perwakilan atau perantara, baik teknik maupun alat tertentu (observasi tidak langsung), dan bisa juga dilakukan observasi partisipasi, yaitu observasi yang dilakukan dengan cara ikut ambil bagian atau melibatkan diri dalam situasi objek yang diteliti.
Dilihat dari kerangka keja, observasi dapat dibedakan sebagai berikut:
a. Observasi berstruktur. Semua aktivitas petugas observasi telah ditetapkan terlebih dahulu berdasarkan kerangka kerja yang berisi faktor-faktor yang telah diatur kategorisasinya. Isi dan luas materi observasi telah ditetapkan dan dibatasi dengan jelas dan tegas.
b. Observasi tak berstruktur. Semua aktivitas petugas observasi hanya dibatasi oleh kerangka kerja yang pasti. Kegiatan petugas observasi hanya dibatasi oleh tujuan observasi itu sendiri.
2. Wawancara
Wawancara adalah komunikasi langsung antara yang mewawancarai dengan yang diwawancarai. Ada duajenis wawancara yang dapat digunakan.
a. Wawancara terpimpin yang dikenal dengan wawancara berstruktur;
b. Wawancara tidak terpimpin yang dikenal dengan wawancara bebas.
Tujuan wawancara ialah; (a) untuk memperoleh informasi guna menjelaskan suatu situasi dan kondisi tertentu; (b) untuk melengkapi suatu penyelidikan ilmiah; dan (c) untuk memperoleh data agar dapat mempengaruhi situasi atau orang tertentu.
3. Skala Sikap
Skala sikap merupakan kumpulan pernyataan-pernyataan mengenai sikap suatu objek. Sikap merupakan sesuatu yang dipelajari. Sikap menentukan bagaimana individu bereaksi terhadap situasi serta menentukan apa yang dicari individu dalam ke-hidupannya. Sikap merupakan suatu kecenderungan untuk berbuat sesuatu dengan cara, metode, teknik, dan pola tertentu terhadap dunia sekitarnya, baik berupa orang-orang maupun berupa obyek-obyek tertentu.
Pengukuran skala sikap berbentuk pernyataan positif diberi skor 5,4,3,2, 1 sedangkan bentuk pernyataan negatif diberi skor 1,2,3,4, dan 5 atau -2, -1, 0, 1, dan 2. Bentuk jawaban skala ialah; sangat setuju, setuju, ragu-ragu, tidak setuju, dan sangat tidak setuju.
4. Check List
Suatu daftaryang berisi subjekdan aspek-aspekyang akan diamati disebut check list (daftar cek). Ada bermacam-macam aspek perbuatan yang biasanya dicantumkan dalam daftar cek, kemudian observer tinggal memberikan tanda cek K) pada tiap-tiap aspek tersebut sesuai dengan hasil pengamatannya.
5. Ranting Scale
Ranting Scale tidak hanya untuk mengukur sikap tetapi dapat juga untuk mengukur persepsi responden terhadap fenomena lingkungan, seperti skala untuk mengukur status ekonomi.pengetahuan, dan kemampuan.Yang paling penting dalam ranting scale adalah kemampuan menerjemahkan alternatif jawaban yang dipilih responden. Misalnya, responden memilih jawaban angka 3, tetapi angka 3 oleh orang tertentu belum tentu sama dengan angka 3 bagi orang lain yang juga memilih jawaban angka 3,
Dalam ranting scale fenomena-fenomena yang akan diobservasi itu disusun dalam tingkatan-tingkatan yang telah ditentukan. Jadi, ranting scale tidak hanya mengukur secara mutlakada atau tidaknyavariabel tertentu, tetapi lebih dari itu, kitajuga mengukur bagaimana intensitas gejala yang ada.
6. Angket
Angket termasuk alat untuk mengumpulkan dan mencatat data atau informasi, sikap, dan faham dalam hubungan kausal. Angket mempunyai kesamaan dengan wawancara. Dalam wawancara, pewawancara berhadapan langsung dengan responden atau siswa. Sedangkan angket, dilaksanakan secara tertulis dan penilaian hasil belajar akan jauh lebih praktis, hemat waktu dan tenaga,
Berikut ini adalah dua bentuk angket:
a. Angket berstruktur, yaitu dengan menyediakan kemungkinan jawaban.
b. Angket tak berstruktur, yaitu bentuk angket yang memberikan jawaban secara terbuka yang respondennya secara bebasmenjawab pertanyaan tersebut.
Salah satu alat yang dapat dipakai dalam evaluasi adalah tes. Tes seharusnya memungkinkan pendidik memperoleh data tentang kemampuan peserta didik dalam mencapai tujuan pembelajaran. Suatu tes dapat berupa hasil karya peserta didik, seperti. suatu makalah,tes ejaan, hasil seni, atau juga rekaman perilaku siswa yang dapat diamati, seperti. kemampuan siswa menyanyikan suatu lagu, berpidato dan melempar bola. Bentuk suatu tes apakah tes itu mengungkapkan hasil atau perilaku bergantung pada tujuan yang telah ditentukan oleh pendidik.
Tes pada umumnya mengukur hasil karya siswa.Tetapi ada juga tes lain, yaitu tes atau pengukuran sikap (Saifuddin Azwar, 2000). Tes ini berhargadan seharusnya sering digunakan apabila kita ingin mengetahui kedua-duanya, baik caranya men-capai hasil maupun hasil itu sendiri. Membuat rekaman perilaku siswa biasanya merupakan cara terbaik untuk mengukurtujuan afektif, misalnya untuk mengetahui apakah siswa sudah belajar bekerja sama di dalam tugas kelompok atau belum.
Dalam proses belajar mengajar, yang dievaluasi sebenarnya bukan hanya siswa, tetapi juga sistem pendidikannya (Mudhoffir, 1987). Oleh karena itu, dalam proses belajar mengajar terdiri atas rangkaian tes yang dimulai dari pre-test untuk mengetahui mutu/isi pelajaran yang sudah dan yang belum diketahui oleh siswa. Rencana pelajaran yang akan diajarkan. Entry behavior mengukur kemampuan siswa dan mengelompokkan berdasarkan kemampuan siswa ke dalam kelompok kemampuan yang kurang (slow learners), sedang, dan yang panda! (fast learners). Pada saat pelajaran dalam pelaksanaan (dalam proses), diperlukan evaluasi formatif untuk mengetahui apakah proses belajar mengajar yang sedang berlangsung sudah betul atau belum. Misalnya, apakah sistem pendidikan dan metodenya sudah cocok, apakah siswanya mampu atau tidak, dan apakah media yang dipergunakan tidak salah pilih. Jadi, data yang diperoleh dari evaluasi formatif dipergunakan untuk pengembangan, need assessment, dan diagnostic decision. Pada akhir pelajaran, evaluasi sumot/fdiadakan untuk mengetahui seberapa jauh pengetahuan, keterampilan, atau sikap siswa bertambah.
Membuat pertanyaan tes (alat evaluasi) tidak mudah sebab tes atau pertanyaan merupakan alat untuk melihat perubahan kemampuan dan tingkah laku siswa setelah ia menerima pendidikan. Alat evaluasi yang salah, akan menggambarkan kemampuan dan tingkah laku yang salah pula. Oleh karena itu, teknik penyusunan alat evaluasi sangat penting untuk dipertimbangkan agar diperoleh hasil yang objektif
B. Peranan Pendidikan Kesetaraan Paket B Dalam Menuntaskan Wajib Belajar (Wajar) 9 Tahun
Peran pendidikan Kesetaraan yang meliputi program Paket A, B, dan C sangat strategis dalam rangka pemberian bekal pengetahuan dan program penuntasan wajib belajar pendidikan dasar 9 tahun. Penyelenggaraan program ini terutama ditujukan bagi masyarakat putus sekolah karena keterbatasan ekonomi, masyarakat yang bertempat tinggal di daerah-daerah khusus, seperti daerah perbatasan, daerah bencana, dan daerah yang terisolir yang belum memiliki fasilitas pendidikan yang memadai bahkan juga bagi TKI di luar negeri dan calon TKI.
Memahami nilai dan manfaat program pendidikan kesetaraan bagi peningkatan kualitas kehidupan masyarakat menjadi salah satu faktor utama yang mendorong masyarakat untuk berpartisipasi pada program yang diselenggarakan dengan antusias.
Untuk skala nasional, penyelenggaraan program pendidikan kesetaraan dimaksudkan sebagai upaya untuk mendukung dan mensukseskan program pendidikan wajib belajar 9 tahun yang merupakan penjabaran dari rencana strategis Departemen Pendidikan nasional yang meliputi perluasan akses, pemerataan, dan peningkatan mutu pendidikan.
BAB III
METODOLOGI EVALUASI PENDIDIKAN KESETARAAN PAKET B
A. Tujuan Evaluasi Pendidikan Kesetaraan Program Paket B
Tujuan Evaluasi Pendidikan Kesetaraan Program Paket B yang penulis rancang adalah sebagai berikut :
a. Mengukur efektifitas pencapaian tujuan program Pendidikan Kesetaraan Paket B
b. Mengukur efektifitas kurikulum Pendidikan Kesetaraan Paket B
c. Mengukur efektifitas penyajian materi oleh Tutor
d. Mengukur efektifitas penguasan materi oleh warga belajar
B. Sasaran Evaluasi
a. Tahap Pendahuluan
• Kesiapan program Pembelajaran, baik yang menyangkut orientasi output, kurikulum, rancang bangun media belajar, rencana proses pembelajaran dan instrumen evaluasi.
• Kesiapan Tutor , baik yang menyangkut koordinasi, struktur, dan mekanisme kerja, maupun sumber materi.
• Kesiapan warga belajar mengikuti proses pembelajaran,oleh karena itu tutor perlu mengetahui:
Harapan-harapan warga belajar dalam proses pembelajaran
Pengalaman warga belajar mengenai dasar materi yang akan diajarkan
Hubungan sosial warga belajar
Kebutuhan warga belajar terhadap proses pembelajaran
b. Tahap Pengembangan dan Kulminasi
• Implementasi program pembelajaran, baik yang menyangkut kurikulum, media belajar, pengambilan dan pengelolaan data-data evaluasi, dan sebagainya. Termasuk di dalamnya adalah tingkat kemajuan bersama terhadap kebutuhan topik kajian/materi yang akan diajarkan oleh tutor..
• Umpan balik terhadap tutor, baik yang menyangkut penampilan, teknik penyampaian, bahasa, kemudahan dipahami, dan lain-lain.
• Penguasaan atau tingkat kepemilikan pengalaman belajar warga belajar, baik pada aspek afektif, kognitif, psikomotorik, maupun pengalaman eksplanatori.
• Penyadaran atau refleksi bagi warga belajar sendiri terhadap sikap, nilai, kepribadian, tingkat partisipasi, dan lain-lain, agar ia dapat menilai kemajuannya sendiri.
c. Tahap Tindak Lanjut
• Pencapaian tujuan program.
• Implementasi seluruh program, baik yang menyangkut kurikulum (materi), media belajar, suasana belajar, tempat belajar, evaluasi belajar, dan lain-lain.
• Penampilan (pengelolaan) tutor.
• Tingkat penguasaan atau tingkat kepemilikan proses pengalaman belajar warga belajar.
C. Rancangan Evaluasi Pendidikan Kesetaraan Paket B
1. Teknik Evaluasi
Alternatif teknik-teknik evaluasi yang digunakan untuk memperoleh/mendapatkan data dan fakta-fakta guna keperluan evaluasi adalah:
Teknik kuesioner
Pengamatan/observasi
Wawancara
Analisis catatan
Adapun teknik pengolahan datanya dapat bersifat kuantitatif maupun kualitatif.
2. Pelaksana Evaluasi
Pelaku evaluasi adalah warga belajar dan tutor. Dalam proses pembelajaran , pengelolaan data evaluasi tersebut sebaiknya didelegasikan kepada tutor laborat (tulab). Idealnya, tutor laborat (tulab) adalah tutor yang sudah berpengalaman dalam menangani proses pembeljaran. Hal ini mengingat bahwa tugas tulab tidak semata-mata mengumpulkan data dan kemudian mengklasifikasikannya, namun yang lebih penting adalah kemampuannya untuk menganalisis data evaluasi dan informasi lain yang ada.
3. Pelaksanaan Evaluasi
Untuk melaksanakan evaluasi yang efektif dan efisien, tutor perlu membuat rencana evaluasi yang memuat sedetil mungkin data apa saja yang perlu dikumpulkan dan bagaimana melakukannya agar data yang akan dikumpulkan lebih terjamin validitasnya. Di bawah ini terdapat beberapa hal yang bisa dilakukan dalam merencanakan evaluasi sebuah training:
Menentukan pendekatan yang dilakukan dalam melakukan evaluasi. Misalkan, apakah evaluasi tersebut akan dilakukan dengan pendekatan partisipatif, atau pendekatan non-partisipatif, atau gabungan keduanya.
Merumuskan rencana evaluasi secara terperinci yang memuat: tujuan, sasaran, indikator, teknik pengumpulan data (instrumen), teknik analisis, dan lain-lain.
Mengumpulkan bahan-bahan dan sumber daya yang diperlukan untuk melakukan evaluasi.
Membuat dan merancang instrumen yang diperlukan dalam evaluasi, seperti: kusioner, lembar pengamatan, panduan wawancara, dan lain-lain.
Merancang mekanisme pelaporan dan penulisan hasil analisis data evaluasi.
4. Kriteria Evaluasi
Rencana evaluasi yang baik memiliki kriteria sebagai berikut:
Spesifik, artinya disusun sekhusus mungkin.
Terbatas, artinya terinci dan terbatas ruang lingkupnya.
Jelas, artinya mudah dipahami oleh pelaku evaluasi.
Operasional, artinya dapat digunakan dan dilaksanakan secara praktis.
Benar dan pasti, artinya bukan mengada-ada (tidak sesuai dengan tujuan evaluasi yang ditetapkan), serta tidak menimbulkan penafsiran yang berbeda.
D. Perangkat Evaluasi Pendidikan Kesetaraan Paket B
Adapun perangkat Evaluasi pendidikan Kestaraan Paket B sebagai berikut
Teknik Tahap Kegiatan
Sumber Data Evaluasi
Pendahuluan Pengembangan dan Kulminasi Tindak Lanjut
Kuesioner • Learning Need Assessment
• Pre-Test • Evaluasi Harian Peserta
• Evaluasi Berkala terhadap tutor
• Lembar Refleksi Diri • Evaluasi Akhir (tertulis)
• Post-Test Warga belajar
Pengamatan • Catatan Pengamatan
• Sosiogram
• Berita Acara Tutor
Wawancara • Panduan Wawancara dengan warga belajar • Evaluasi Akhir (lisan) Warga belajar
Analisis Catatan • Tugas Tulis (makalah)
• Tugas Resensi • Presensi
• Lembar Penilaian Tugas Tulis Harian • Lembar Penilaian Tugas Akhir Tutor
BAB IV
PEMBAHASAN
A. KUESIONER (Lembar pertanyaan)
Lembar pertanyaan dapat digunakan disemua sesi pembelajaran baik pendahuluan, proses pembelajaran, maupun tindak lanjut pembelajaran. Kuesioner sangat cocok untuk sebagai evaluasi pembelajaran, mengetahui sikap mental warga belajar, dan ketercapaian pembelajaran.
1. Pendahuluan
Pada awal pembelajaran seorang tutor perlu mengetahui model belajar warga belajar agar pembelajaran tidak sis-sia atau denan kata lain masuk telinga kanan keluar telinga kiri. Melakukan proses pengajaran di depan warga belajar dengan cara dan gaya belajar yang tepat akan memberikan hasil yang optimal.
• Learning Need assesement
Bagaimana seorang tutor mampu mengenal dan memahami perilaku serta kebutuhan warga belajar akan memberikan kekuatan lebih dalam pembelajaran yang dilakukan. Bila seorang warga belajar sanguinis hadapilah dengan perilaku sanguinis, begitupula yang melankolis, korelis dan plegmatis. Teknik dasar pembelajaran dengan kekuatan personalisai warga belajar memadukan 4 perilaku dasar manusia.
Mulailah pembelajaran dengan sanginis dan korelis. 5-15 menit pertama eksplorasi kemampuan sanguinis anda, saat itu korelis berfungsi sbagai penjaga tehadap situasi yang sulit. Fungsi korelis hanya digunakan saat yang tepat dan situasi membutuhkannya.
Seorang tutor sanguinis memulai kelas dengan sedikit berbasa-basi. Perilakunya akan membuat suasana segar, mencairkan suasana yang tegang dan menghilangkan hambatan psikologis warga belajar terhadap tutor. Perilku ini dapat dipraktekkan dengan berbagai metode; perilaku tutor sendiri, cara berkomunikasi, bahasa tubuh, dinamika kelompok, permainan ataupun simulasi.
Pada kegiatan inti kemempuan anda mengeksplorasi perilaku phleghmatis, melankolis melalui gaya belajar audio, visual, dan kinestetik akan menentukan efektifitas pengajaran. Seseorang terkadang ingin bertanya atau mengungkapkan pendapatnya, namun sampai akhir pembelajaran ia tidak melakukannya. Mungkin terjadi karena seorang itu memiliki berperilaku phlagmetis atau melankolis atau gabungan keduanya. Tugas tutor adalah memfasilitasi mereka, termasuk melankolis yang mau bertanya pelajaran yang belum dimengerti.
Saat menutup materi tutuplah sesi pengajaran dengan perilaku korelis dan sanginis. Buat mereka senang terhadap materi dan cara belajar yang menyenangkan. Berusahalah bersikap ramah dan berhumorlah. Untuk mengetahui perilaku warga belajar anda bias melihat lampiran kuesioner Need Assesement. Kuesioner ini hanya dilakukan pada saat tutor pertama kali masuk dan memberikan pelajaran pertamanya.
• Pre-test
Pre-test atau tes awal berfungsi mengetahui kemampuan dasar yang telah dimiliki warga belajar. Soal yang diberikan hendaknya memiliki tingkat kesukaran yang lebih rendah dari materi yang akan kita ajarkan atau kemampuan dasar yang menjadi syarat pembelajaran saat itu. Pre-test dapat dilakukan setiap saat dan keadaan yang diinginkan tutor.
Kelebihan pre-test adalah tutor dapat mengetahui kemampuan awal warga belajar, dapat dijadikan tolok ukur input, dan mudah dilaksanakan. Namun dibalik itu pre-tes memiliki kelemahan diantaranya; ketika warga belajar tidak dapat menjawab soal yang diberikan akan menghambat proses pembelajaran dan warga belajar merasa dihakimi sebelum diberi materi.
2. Proses pembelajaran (Kulminasi dan pengembangan)
Kuesioner yang dapat dilakukan pada saat proses pembelajaran adalah :
• Evaluasi harian warga belajar
Salah satu perangkat evaluasi pembelajaran adalah Evaluasi harian warga belajar. Fungsi evaluasi ini adalah mengetahui perkembangan warga belajar secarakonperenship. Adapun yang akan dinilai adalah logika, emosi, psikomotorik, response, integrasi/tingkat sosialisasi, etika, estetika, kemampuan bekerjasama, antusiasme terhadap materi, kedisiplinan, kreatifitas, solidaritas, kemampuan beropini, ketepatan menggunakan data, kemampuan mengungkap fakta, dan empati
• Evaluasi berkala tutor
Tutor mauapun tenaga pendik lainnya pada umumnya sangat alergi dengan kritik apalagi yang datang dari orng yang mereka ajari. Namun seorang tutor bergaya progresif sebaiknya mau menerima kritik demi perbaikan pembelajaran dan kualitas pendidikan Indonesia. Warga belajar pendidikan kesetaraan pada umumnya telah memiliki pengalaman dan mereka tidak mau diremehkan. Pengalaman warga belajar ini dapat diajadikan sebagai sumber pembelajaran. Warga belajar mengevaluasi tutornya secara rahasia maupun secara langsung (bagi tutor yang rendah hati dan bermartabat). Dalam Kuesioner warga belajar dapat menuliskan nama dan boleh tidak menuliskan.
• Refleksi diri
Hasil dan implikasi pembelajaran tidak semata-mata dapat dilhat oleh seorang tutor atau tenaga pendidik lainya, tetapi yang lebih mengerti kemampuan dan pemahaman adalah warga belajar itu sendiri. Refleksi diri harus diajarkan pada warga belajar agar mereka dapat mengevaluasi dan instropeksi diri mereka ketika mereka lulus dari pendidikan kesetaraan paket B. Hal-hal yang perlu direfleksikan adalah tingkat penyerapan materi, suasana belajar, harapan warga belajar terhadap pembelajaran berikutnya, dan strategi pembelajaran yang didinginkan.
3. Tindak lanjut
• Evaluasi akhir harian (Tertulis/lisan)
Subjek Evaluasi harian ada 2 yaitu warga belajar dan tutor. Warga belajar mngevaluasi model, suasana belajar dan kemampuan tutor dalam menyampaikan materi. Sedangakan tutor mengevaluasi pembelajaran secara lisan dan disamapaikan secara langsung, sederhana dan menyentuh emosi warga belajar agar mereka dapat berubah dan ide serta ilmu dari tutor melekat dibenak mereka.
• Post-test
Tes akhir seperti halnya pre-tes bertujuan mencari informasi atau ilmu yang telah merka serap. Perbedaan mendasar pre dan post adalah kalau pre tes seorang tutor dapat informasi kemapuan mereka dari luar sedangkan pos tes melihat day serap dan kemampuan mereka memahami materi.
B. PENGAMATAN
1. Proses pembelajaran
Pengamatan hanya berlaku untuk proses pembelajaran dan tidak berlaku pada saat pendahuluan maupun tindak lanjut. Adapun pengamatan yang dimaksud berupa catatan pengamatan merujuk semua warga belajar, denah komunikasi warga belajar atau sosiogram dan berita acara.
• Catatan pengamatan kejadian
Catatan ini berfungsi sebagai eavaluasi perkembangan afektif warga belajar, hendaknya catatan ini berisi kejadian yang luar biasa/insidental.
Kelebihan catatan harian ini apat melihat perkembangan sikap mental dan perilaku warga belajar. Sedangkan kekurangannya terkadang menyita waktu tutor.
• Sosiogram
Komunikasi antara tutor dan warga belajar dapat dicatat berdasarkan kode tertentu. Denah komunikasi dapat dipraktekkan ketika seorang tutor berperilaku sebagai fasilitator. Pertanyaan, pendapat maupun saran dari warga belajar tidak dilihat muatannya tetapi kuantitas dan kualitasnya.
Posisi warga belajar tidak hanya posisi seperti penonton bioskop (semua warga belajar memandang kearah yang sama. Tutor maupun pengelola PKBM hendaknya mempunyai kemampuan lebih dalam manajemen kelas. Sebagian besar warga belajar tidak menyukai hal yang rutin, pakem dan monoton. Posisi duduk dapat bebentuk leter U (Study case: PKBM Bina Bangsa Kabupaten Keerom), Lingkaran, ataupun menggunakan deret pascal seperti tribun lapangan.
Kelebihan ketika seorang tutor menggunakan sosiogram adalah sebagai berikut:
- Komunikasi warga belajar dapat terdeteksi sedetil mungkin
- Tutor dapat menghafal warga belajar tanpa proses perkenalan
- Kemampuan tutor dalam mengelola pembelajaran dapat dimaksimalkan
- Ktika posisi leter U semua warga belajar dengan mudah melihat kondisi temannya, ini menjauhkan kelas dari mengantuk.
- Suasana belajar menjadi menyenangkan
Kekurangan ketika seorang tutor menggunakan sosiogram adalah sebagai berikut:
- Pembelajaran yang digunakan menuntut warga belajar aktif, namun materi tidak boleh terlalu banyak
-
-
• Berita acara
Berita acara seharusnya ada dalam semua kegiatan Pendidikan Non Formal dan Informal termasuk pada pembelajaran. Berita acara berisi waktu, tempat, jumlah waraga belajar yang hadir, materi yang diajarkan dan proses pembelajaranya (termasuk metode pembelajaran)
C. WAWANCARA
1. Pendahuluan
Pada saat memulai pelajaran boleh dilakukan wawancara singkat berupa brainstorming/curah pendapat.
2. Tindak lanjut
Pada saat tidak lanjut atau akhir materi dapat dilakukan evaluasi secara lisan kepada warga belajar. Sebaiknya muatan evaluasi lisan berupa daya tangkap warga belajar, kemapuan tutor dalam menyampaiakan materi, waktu dan suasana belajar yang belaku dan yang dikehendaki warga belajar.
Secara umum Kelebihan tes lisan:
o Tidak perlu menyusun soal secara terurai, tetapi cukup mencatat pokok-pokok permasalahannya;
o Dapat mengetahui langsung kemampuan warga belajar dalam mengemukakan pendapatnya secara lisan;
o Jika warga belajar belum jelas dengan pertanyaan yang diajukan.
o Dapat mengubah pertanyaan sehingga dapat dimengerti oleh warga belajar;
o Dapat mengetahui secara langsung hasil tes.
Kelemahan tes lisan
o Tes ini menyita waktu yang cukup banyak;
o Keadaan emosional peserta didik sangat dipengaruhi oleh kehadiran pribadi tutor yang dihadapinya;
o Kebebasan warga belajar untuk menjawab pertanyaan menjadi berkurang, sebab seringkali memotong jawaban sebelum pemikirannya dituangkan secara keseluruhan;
o Faktor subjektivitas akan muncul jika dalam suasana ujian lisan itu hanya ada seorang penguji dan seorang siswa;
o Pertanyaan yang diajukan kepada warga belajar sering tidak sama jumlah dan tingkat kesukaran-nya;
o Dalam memberi penilaian, sering dipengaruhi oleh kepribadian warga belajar.
D. ANALISA CATATAN
1. Pendahuluan
• Tugas Tulis
Tugas tulis pada pendahuluan adalah tugas pekerjaan rumah. Tugas tulis ini berfungsi memperkaya pemahaman warga belajar dan memperlama tauatan memori tentang pelajaran yang lalu.
• Tugas Resensi
Resensi yang juga merupakan tugas rumah dapat dilakukan ketika buku atau sumber belajar terbatas namun keinginan warga belajar untuk mendalami materi sangat tinggi. Mereka dapat mengetahui dan membuat wacana tentang pembelajaran secara kongkrit, sederhana dan dengan cara yang tidak terduga.
2. Proses pembelajaran (Kulminasi dan pengembangan)
• Presensi
Catatan tentang kehadiran warga belajar atau presensi berfungsi melihat tingkat partisipasi warga belajar dalam proses pembelajaran. Keaktifan warga belajar dengan mudah dilihat dari presensi yang telah ada.
• Lembar penilaian tugas tulis
Lembar penilaian tugas tulis harus dibuat rapi, dapat dipertanggung-jawabkan, mudah dianalisa dan sederhana serta terjaga.
3. Tindak lanjut
• Lembar penilaian tugas akhir pelajaran
Secara umum analisa catatan memiliki kelebihan dibandingkan cara evaluasi yang lain diantaranya :
o Jawaban warga belajar konstan dan tidak menimbulkan ambigu
o Tingkat objektifitas tinggi karena tidak dipengaruhi oleh Susana hati tutor dan warga belajar
o Kebebasan menjawab warga belajar tinggi sehingga kemungkinan untuk menjawabpun tinggi.
o Pertanyaan yang diajukan kepada warga belajar sering sama jumlah dan tingkat kesukaran-nya
Secara umum analisa catatan memiliki kekurangan dibandingkan cara evaluasi yang lain diantaranya :
o Harus menyusun soal secara terurai
o Tidak dapat mengetahui langsung kemampuan warga belajar dalam mengemukakan pendapatnya secara lisan;
o Tidak dapat mengubah pertanyaan yang dapat dimengerti oleh warga belajar;
o Tidak dapat mengetahui secara langsung hasil tes.
BAB V
PENUTUP
Dalam bab ini memuat kesimpulan dan saran, dimana isi dari kesimpulan merupakan jawaban yang sesuai dengan tujuan dari penelitian ini, sedangkan isi saran merupakan suatu wacana yang perlu adanya penelitian lebih lanjut untuk kesempurnaan tulisan ini.
A. KESIMPULAN
Berdasarkan data-data yang diperoleh dan pembahasan yang telah diuraikan maka dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut :
1. Dari analisis dengan menggunakan cara evaluasi di atas dapat teridentifikasi bahwa cara mengevaluasi tidak terbatas pada warga belajar tetapi juga tutor memiliki dampak peningkatan mutu penyelenggaraan Pendidikan Kesetaraan Paket B.
2. Penggunaan metode Kuesioner, wawancara, pengamatan dan analisa catatan dapat mengevaluasi pembelajaran secara sederhana, kongkrit, kredibel dan emosional sehingga memungkinkan peningkatan mutu semua pihak (Tutor dan warga belajar)
3. Berdasarkan tujuannya Evaluasi ini dapat mengukur efektifitas pencapaian tujuan program, kurikulum, penyajian materi oleh tutor dan penguasaan materi oleh warga belajar.
B. SARAN
1. Tutor dalam Pendidikan Kesetaraan diharapkan untuk lebih memperbanyak pengetahuan pembelajaran dengan metode akselerasi karena melihat waktu dan kuantitas setiap pembelajaran sangat terbatas.
2. Penyelenggara Pendidikan Kesetaraan Paket B diharapkan dapat memilih tempat pelaksanaan program sehingga benar-benar dapat memberi manfaat bagi warga belajar yang mengikuti programnya.
3. Forum PKBM dan SKB dalam menyiapkan pelaksanaan program, hendaknya “lebih maksimal” dan pengawasan serta evaluasi tutor dapat dijadikan acauan peningkatan mutu pendidikan luar sekolah.
4. Sistem Evaluasi kuesioner, wawancara, pengamatan, dan analisa catatan dapat meningkatakan kinerja Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat sebagai penyelenggara program Pendidikan Kesetaraan Paket B.
5. Bagi mahasiswa yang akan melaksanakan program PKL hendaknya lebih mempersiapkan diri baik dari segi keilmuan maupun mental.
DAFTAR PUSTAKA
Chip Heath & Dan Heath, 2007. Made to stick. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta
Tengku Ramli, Amir;, 2005 .Menjadi Guru Idola . Pustaka Inti.Bekasi.
Dewey, John, 2004, Experience and Education (Pendidikan bebasis Pengalaman) Penerbit Teraju, Jakarta
DePorter, B., Reardon, M, Singer-Nourine. 2000, Quantum Teaching, Mempraktekkan Quantum Learning di ruang kelas, Kaifa. Bandung
Dananjaya, Utomo. 2005. Sekolah Gratis ?.Cetakan I Pramadina: Jakarta
Yofiar, Nor. 1986. DISC mengukur Perilaku Kerja. Jakarta: Quantum Quality International
Mendiknas. 2008. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 3 Tahun 2008 TentangStandar proses Penyelenggaraan Pendidikan Kesetaraan Program Paket A, Program Paket B, dan Program Paket C . Salinan Biro Hukum Dep Hukum dan HAM: Jakarta (Download tanggal 15 Mei 2010)
Gaol L, Falmerous.2008. Peranan Pendidikan Kesetaraan Paket B dalam menuntaskan Wajib Belajar 9 Tahun. Medan: BNFI Regional I (Download tanggal 15 Mei 2010)
Lampiran 1.
KUESIONER
Variabel : Kebutuhan Warga belajar
Responden : Warga belajar
Penjelasan : Pertanyaan ini dimaksudkan hanya untuk kepentingan pembelajaran. Oleh karena itu, kami memohon bantuan saudara untuk mengisi kuesioner ini dengan sejujurnya sesuai kondisi yang sebenarnya dan penuh rasa tanggung jawab.
Petunjuk Pengisian : Bubuhkan tanda ceklis (٧ ) pada kolom yang tersedia dan merupakan alternatif jawaban yang paling sesuai dengan kondisi dan persepsi saudara.
Alternatif jawaban ada lima kemungkinan, yaitu:
5 = Sangat Setuju
4 = Setuju
3 = Ragu-ragu
2 = Tidak Setuju
1 = Sangat Tidak Setuju
No PERNYATAAN JAWABAN
1 2 3 4 5
1 Menurut saya, pelajaran itu menyenangkan
2 Saya tidak merasa kesulitan belajar matematika.
3 Saya merasa senang belajar dengan motivasi tinggi.
4 Menurut saya, ilmu yang diberikan tutor sangat bermanfaat.
5 Saya merasa senang terhadap proses belajar bervariasi
6 Saya merasa puas ketika dapat menyelesaikan soal
7 Saya merasa senang belajar bersama
8 Saya senang jika ilmu yang diperoleh dapat dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari.
9 Saya suka mendapat penghargaan ketika dapat menyelesaikan masalah yang diberikan tutor
10 Saya senang tutor mengajar tidak mendominasi kelas
Lampiran 2.
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Mata pelajaran : Matematika
Semester : 1
Pertemuan ke :
Alokasi waktu : 2 x 45’
Standar kompetensi : 3. Menggunakan bentuk aljabar, persamaan dan pertidaksamaan linier satu peubah dan perbandingan dalam pemecahan masalah
Kompetensi dasar : 3.1. Membuat model metematika dari masalah yang berkaitan dengan persamaan linier satu peubah
Indikator:
1. Membuat diagram
2. Menentukan relasi
3. Menentukan peubah
4. Menentukan bilangan konstanta
5. Membuat model matematika dari masalah yang berhubungan dengan persamaan dan pertidaksamaan linier
I. TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Warga Belajar dapat membuat diagram dari masalah yang dihadapi.
2. Warga Belajar dapat menentukan relasi yang ada dalam masalah
3. Warga Belajar dapat dapat menentukan peubah yang ada dalam masalah.
4. Warga Belajar dapat menentukan konstanta yang ada dalam masalah.
5. Warga Belajar dapat membuat model matematika dari masalah yang berhubungan dengan persamaan dan pertidaksamaan linier.
Warga Belajar dapat mencari masalah-masalah dalam kehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan pertidaksamaan dan persamaan sekaligus menyusun model matematikanya.
II. MATERI AJAR
Model matematika
III. METODE PEMBELAJARAN
1. Permainan
2. Ceramah
3. Brainstorming
IV. LANGKAH PEMBELAJARAN
A. Kegiatan awal
1. Tutor mengulang kembali konsep persamaan dan pertidaksamaan linier.
B. Kegiatan inti
1. Tutor memberi contoh masalah yang berkaitan dengan persamaan dan pertidaksamaan dan Warga Belajar mencermatinya.
2. Tutor mendorong Warga Belajar menentukan relasi yang ada dalam masalah apakah relasi kesamaan atau ketidaksamaan.
3. Tutor membimbing Warga Belajar dalam membuat skema atau diagram yang menggambarkan masalah yang dihadapi
4. Tutor mengelompokkan Warga Belajar atas tempat duduk untuk mendiskusikan variabel dan konstanta yang ada dalam masalah
5. Warga Belajar menyusun hubungan antara vaiabel dan konstanta-konstanta
6. Warga Belajar mengerjakan tugas
7. Warga Belajar mencari masalah dalam kehidupan sehari-hari yang baerhubungan dengan persamaan dan pertidaksamaan linier serta menyusun model matematikanya.
C. Kegiatan penutup
1. Tutor bersama siswa membuat rangkuman langkah-langkah pembuatan model matematika.
V. ALAT DAN SUMBER BELAJAR
A. Sumber : Buku Matematika Pendidikan Kestaraan Paket B Semester I dan internet,
B. Alat: Kartu domino matematika,
VI. PENILAIAN
Nama kelompok
Kerjasama
Tertib kerja
Prestasi
Kreteria:
A= Baik sekali
B= Baik
C= Cukup
D= Kurang
E=Kurang sekali
Lampiran 4
LEMBAR EVALUASI HARIAN
NAMA : Robertus Kiyasin
NO ASPEK YANG DINILAI I II III IV V VI VII VIII IX X XI XII XIII XIV XV
1 Logika
2 Emosi
3 Psikomotorik
4 Respons
5 Integrasi/Tingkat Sosialisasi
6 Etika
7 Estetika
8 Kemampuan bekerjasama
9 Antusiasme terhadap materi
10 Kedisiplinan
11 Kreatifitas
12 Solidaritas
13 Kemampuan beropini
14 Ketepatan menggunakan data
15 Kemampuan mengungkap fakta
16 Empati
Keerom , 29 J u n i 2009
Tutor
TUMIJAN
Teknis penskoran :
Setiap pertemuan warga belajar Pendidikan Kesetaraan Paket B akan dinilai adapun kriteria penilaian sebagai berikut:
1. Stiap Aspek yang dinilai dinyatakan dalam bentuk huruf A,B, C, D, dan E
2. Batas nilai maksimum ketuntasan A
3. Batas nilai minimum ketuntasan mata pelajaran ditentukan oleh tutor sebelum kegiatan pembelajaran dan penilaian dilakukan, dengan catatan tutor harus merencanakan target dalam waktu tertentu mencapai nilai ketuntasan minimum
4. Arti Kriteria nilainya adalah A= Baik sekali, B= Baik, C= Cukup, D= Kurang, dan E= Kurang sekali
LAMPIRAN 5
BERITA ACARA
MATERI PELAJARAN MATEMATIKA
PUSAT KEGIATAN BELAJAR MASYARAKAT
Hari/ Tanggal :
Waktu :
Tempat :
Materi :
Pokok bahasan :
Tutor :
Jumlah peserta :
Peserta hadir :
Keadaan Forum :
Metode penyampaian :
Target :
Pencapaian target :
Catatan penting :
Tutor
Tumijan Ketua Warga
Yosep Bagi
Lampiran 6.
Suasana Proses Belajar Mengajar
Lampiran 6
Soal Pre-tes
1. Bentuk pecahan campuran dari adalah ....
a. 11,87 c. 1187 %
b. d. Semua benar
2.
a. c.
b. d.
3. 0,5 + 0,0021=
a. 0,0027 c. 0,5021
b. 5,0021 d. 0,0521
4. jika dinyatakan dalam bentuk pecahan decimal adalah........
a. 0,625 c. 125
b. 125 d. 6,125
5. x =.......
a. c.
b. d.
6. 25 % dari 816 adalah.........
a. 20400 c. 204
b. 204% d. 32.64
7. Sebuah ruangan pesta berisi 1632 kursi dan tamu undangan yang datang mengisi ¾ bagian, berapa kursi yang tidak ditempati?
a. 1224 c. 1004
b. 304 d. 34
8. dan 0,625; pernyataan yang tepat untuk bilangan pecahan tersebut adalah....
a. = 0,625 c. ≤0,625
b. ≥ 0,625 d. ≠ 0,625
9.
a. c.
b. d.
10. Lahan PKBM Bina Bangsa Keerom memiliki luas 2 Hektar, rumah Dinas Ketua PKBM berdiri di atas tanah 6 x 6 m. Berapa bagian luas rumah dinas tersebut terhadap luas tanah milik sekolah?
a. 12 m c. 72 m2
b. d. 0, 0018
Nama :
Anda yakin benar berapa nomor?
Apakah anda senang dengan pelajaran Matematika di tempat anda belajar sebelumnya ? Apa alasan anda...
Bagaiman Model belajar yang anda sukai?
Apa saran anda untuk peningkatan mutu pelayanan Pembelajaran ?
Lampiran 7
Lampiran 6
Soal Pre-tes
11. Bentuk pecahan campuran dari adalah ....
c. 11,87 c. 1187 %
d. d. Semua benar
12.
c. c.
d. d.
13. 0,5 + 0,0021=
c. 0,0027 c. 0,5021
d. 5,0021 d. 0,0521
14. jika dinyatakan dalam bentuk pecahan decimal adalah........
a. 0,625 c. 125
b. 125 d. 6,125
15. x =.......
a. c.
b. d.
16. 25 % dari 816 adalah.........
a. 20400 c. 204
b. 204% d. 32.64
17. Sebuah ruangan pesta berisi 1632 kursi dan tamu undangan yang datang mengisi ¾ bagian, berapa kursi yang tidak ditempati?
a. 1224 c. 1004
b. 304 d. 34
18. dan 0,625; pernyataan yang tepat untuk bilangan pecahan tersebut adalah....
a. = 0,625 c. ≤0,625
b. ≥ 0,625 d. ≠ 0,625
19.
a. c.
b. d.
20. Lahan PKBM Bina Bangsa Keerom memiliki luas 2 Hektar, rumah Dinas Ketua PKBM berdiri di atas tanah 6 x 6 m. Berapa bagian luas rumah dinas tersebut terhadap luas tanah milik sekolah?
a. 12 m c. 72 m2
b. d. 0, 0018
Nama :
Anda yakin benar berapa nomor?
Apakah anda senang dengan model belajar di sini? Apa alasan anda...
Bagaiman Model belajar yang anda sukai?
Apa saran anda untuk peningkatan mutu pelayanan Pembelajaran ?
Apakah gaya mengajar saya (Tumijan) jelas atau malah membingungkan. Kemukakan alasan anda?
Lampiran 8
Lembar Penilaian Pre-test, Post Test dan penilaian ujian tulis
LEMBAR PENILAIAN
BAGI WARGA BELAJAR KESETARAAN PAKET B
Nama Lembaga : ………………….
Tanggal Penilaian : ………………….
Materi Penilaian : ………………….
Nama Tutor : ………………….
Petunjuk:
Berilah skor nilai dengan rentang 1 – 100, untuk indikator penilaian harus ditetapkan bobot maksimum sesuai dengan lembar soal penilaiannya seperti pada lembar penilaian di bawah ini.
No. Nama Warga Belajar Indikator Penilaian
……………………
Skor Max Skor Perolehaan Nilai Akhir
Rata-rata nilai
Keterangan :
Jumlah Perolehan Warga Belajar
Nilai Akhir = x 100 = …………. (nilai)
Skor Maksimum
………………. , ………………………
Penilai,
( ….Nama Tutor….)
lampiran 9
Nilai Pre-tes
No. Nama Warga Belajar Indikator Penilaian
……………………
Skor Max Skor Perolehaan Nilai Akhir
1 Agusta Bate 100 50 50
2 Ani Suratmi 100 50 50
3 Antonius Felba 100 60 60
4 Herbet Yoku 100 40 40
5 Indah sudarwati 100 50 50
6 Jhon Elemus Wonda 100 40 40
7 Johanes Himen 100 70 70
8 Karoline Inzagi 100 30 30
9 Karel Uropka 100 40 40
10 Lorensius Kiyasin 100 50 50
11 Siti Juwariah 100 70 70
12 Suparmin 100 50 50
13 Tarminto 100 40 40
14 Tarwinto Aji 100 60 60
15 Umi Nur Salam 100 80 80
16 Ulemus Gombo 100 40 40
17 Wati Muryatin 100 50 50
18 Zainal Abidin 100 60 60
Rata-rata nilai 61
Keerom, 19 Januari 2010
Mengetahui,
Ketua PKBM Bina Bangsa Penilai,
THIRZ ANSAKA, S.Th. TUMIJAN
lampiran 9
Nilai Pre-tes
No. Nama Warga Belajar Indikator Penilaian
……………………
Skor Max Skor Perolehaan Nilai Akhir
1 Agusta Bate 100 60 60
2 Ani Suratmi 100 50 50
3 Antonius Felba 100 60 60
4 Herbet Yoku 100 60 60
5 Indah sudarwati 100 80 80
6 Jhon Elemus Wonda 100 50 50
7 Johanes Himen 100 70 70
8 Karoline Inzagi 100 40 40
9 Karel Uropka 100 60 60
10 Lorensius Kiyasin 100 50 50
11 Siti Juwariah 100 80 80
12 Suparmin 100 70 70
13 Tarminto 100 70 70
14 Tarwinto Aji 100 70 70
15 Umi Nur Salam 100 90 90
16 Ulemus Gombo 100 60 60
17 Wati Muryatin 100 70 70
18 Zainal Abidin 100 90 90
Rata-rata nilai 66
Keerom, 19 Januari 2010
Mengetahui,
Ketua PKBM Bina Bangsa Penilai,
THIRZ ANSAKA, S.Th. TUMIJAN
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment