Monday 22 April 2013

Makalah Evaluasi belajar PKBM


BAB. I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 meberi mandat kepada pemerintah, pengelola, tenaga kependidikan, dan masyarakat dua hal;
1. Mencerdaskan bangsa ( Pembukaan UUD 1945)
2. Memberikan hak memperoleh pengajaran kepada seluruh rakyat ( Pasal 31 UUD 1945)
Upaya yang dilakukan oleh pemerintah sejak proklamasi untuk meningkatkan sumber daya manusia adalah dengan peningkatan mutu pendidikan. Dengan meningkatkan mutu pendidikan diharapkan dapat tercipta sumber daya manusia yang berkualitas dan menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi.
Namun sangat disayangkan, ternyata harapan para pendahulu kita belum dapat terealisai sampai hari ini. Setelah lebih setngah abad Indonesia merdeka dibanding dengan warga dunia, PBB melaporkan bahwa ”Human Develovment Index”(HDI) Indonesia adalah nomor urut 116 dari 120 negara. Salah satu faktornya adalah kualitas dan kuantitas pendidikan.
Data sensus penduduk tahun 2003, menampilkan gambaran bahwa penduduk beruasia 10 tahun ke atas terdiri dari 8,5 % tidak pernah masuk SD, 23% DO SD, dan 33% hanya tamat SD. Yang bisa menamatkan SMP dan melanjutkan ke SMA hanya 16,6%. Dari 42 juta usia belajar, wajib belajar hanya mencapai 32,9% atau gagal 64,5%. (Dananjaya, 2005).
Langkah strategis dalam dunia pendidikan adalah peningkatan mutu Pendidikan Non Formal. Pendidikan non formal sebagai alternatif dan pelengkap bagi sistem pendidikan kita saat ini. Bagi warga masyarakat yang DO dapat memperoleh pendidikan Kesetaraan, dan keaksaraan fungsional bagi yang tidak pernah mengecap bangku pendidikan.
Pendidikan Non Formal dalam prakteknya dianggap sebagai jalan pintas memperoleh Ijasah dan pengakuan masyarakat. Disamping itu juga banyaknya siswa yang tidak lulus pada Ujian Pendidikan Formal mengikuti ujian dan lulus kesetaraan pada tahun yang sama menambah citra buruk pendidikan Non Formal.Untuk dapat menentukan tercapai tidaknya tujuan pembelajaran, perlu dilakukan usaha atau tindakan penilaian/evaluasi.
Evaluasi sebagai kegiatan yang terencana untuk mengetahui keadaan suatu objek dengan menggunakan instrumen dan membandingkan hasilnya dengan tolak ukur untukmemperoleh kesimpulan.
Dari latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka penulis ingin memberikan informasi baru dalam evaluasi pendidikan. Hal itu penulis kemas dalam sebuah kara tulis yang berjudul ”Evaluasi Pembelajaran Berbasis Kelas”
B. PERUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas, adapun rumusan masalah penulisan ini adalah :
a) Bagaimana bentuk Evaluasi Pembelajaran Pendidikan Kesetaraan Paket B?
b) Bagaimana proses Evaluasi Pembelajaran Pendidikan Kesetaraan Paket B?
c) Apakah Evaluasi Pembelajaran Pendidikan Kesetaraan Paket B mampu membantu peningkatan mutu Pendidikan Non Formal?

C. PEMBATASAN MASALAH
Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka penulisan ini hanya dibatasi pada :
a) Evaluasi Pembelajaran terbatas pada Pendidikan Kesetaraan Paket B
b) Sumber Evaluasi Pembelajaran berasal dari tutor dan warga belajar
c) Analisis Evaluasi Pembelajaran dibatasi peningkatan mutu tutor dan warga belajar
D. TUJUAN PENULISAN
Adapun tujuan penulisan ini adalah sebagai berikut :
1. Tutor Paket B mengetahui cara Evaluasi Pembelajaran Pendidikan Kesetaraan Paket B
2. Tutor Paket B memiliki pengetahuan untuk menggunakan metode Evaluasi Pembelajaran tidak terbatas mengevaluasi warga belajar tetapi juga dirinya.
3. Warga belajar dapat memotivasi dirinya untuk lebih aktif dalam kelas agar dapat memperoleh pestasi yang optimal.

E. MANFAAT PENULISAAN
Manfaat dari penulisan ini adalah :
1. Karya tulis ini dapat dijadiakan acuan Evaluasi Pembelajaran Pendidikan Kesetaraan Paket B
2. Bagi Dunia Pendidikan dapat meningkatkan kualitas penyelengaraan Pendidikan Non Formal
3. Bagi Pendidik dan Tenaga Kependidikan Non Formal dapat dijadikan acuan pembelajaran yang mudah untuk dipraktekkan dan desiminasikan ke PTK-PNF yang lain.





F. SISTEMATIKA PENULISAN
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Perumusan masalah
C. Pembatasan Masalah
D. Tujuan Penulisan
D. Manfaat penulisan
E. Sistematika Penulisan
BAB II LANDASAN TEORI
A. Kosep Dasar Evaluasi
B. Peranan Pendidikan Kesetaraan Paket B dalam penuntasan Wajib belajar 9 Tahun
BAB III METODOLOGI EVALUASI PENDIDIKAN KESETARAN PAKET B
A. Tujuan Evaluasi Pendidikan Kesetaraan Program Paket B
B. Sasaran Evaluasi
C. Rancangan Evaluasi Pendidikan Kesetaraan Program Paket B
D. Perangkat Evaluasi pendidikan Kestaraan Paket B
BAB IV PEMBAHASAN
A. Kuesioner
B. Pengamatan
C. Wawancara
D. Analisa Catatan
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
Daftar Pustaka
Lampiran -lampiran
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Evaluasi
"Kegagalan atau keberhasilan duniawibukanlah tujuan yang penting. Kadang-kadang kegagalan adalah keberhasilan, sebaliknya keberhasilan adalah kegagalan. Kita harus menilainya dengan mata kebijaksanaan."
(Guru Ching Hai)
1. Pengertian Evaluasi
Untuk dapat menentukan tercapai tidaknya tujuan pembelajaran, perlu dilakukan usaha atau tindakan penilaian/evaluasi. Evaluasi adalah kegiatan yang terencana untuk mengetahui keadaan suatu objek dengan menggunakan instrumen dan membandingkan hasilnya dengan tolak ukur untuk memperoleh kesimpulan. Evaluasi pada dasarnya memberikan pertimbangan atau harga atau nilai berdasarkan kriteria tertentu.Tujuan tersebut dinyatakan dalam rumusan tingkah laku yang diharapkan dimiliki peserta didik setelah menyelesaikan pengalaman belajarnya.
Sejauh mana keberhasilan seorang memberikan materi dan sejauh mana siswa menyerap materi yang disajikan dapat diperoleh informasinya melalui evaluasi. Jika seorang tutor merasa bertanggungjawab atas penyempurnaan pembelajarannya, ia harus mengevaluasi agar mengetahui perubahan apa yang seharusnya dilakukan.
Tahap evaluasi ini dilakukan untuk menilai pemahaman peserta didik terhadap materi yang telah diberikan. Beberapa kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah sebagai berikut:
• Mengajukan pertanyaan kepada warga belajar, baik pertanyaan lisan maupun pertanyaan dalam bentuk tulisan.
• Jika pertanyaan yang diajukan oleh guru belum dapat dijawab oleh warga belajar (kurang dari 75), guru perlu mengulangi kembali bagian materi yang belum dikuasai warga belajar sampai mereka betul-betui mengerti.
• Untuk memperkaya pengetahuan warga belajar, tutor bersama siswa dapat mencari informasi baik dari buku, internet dan media TIK lainnya
• Ingatkan warga belajar waktu pendidikan berikutnya, pokok-pokok materi yang akan dipelajari, dan tugas yang perlu disiapkan untuk pertemuan selanjutnya.



Peraturan Menteri pendidikan nasional Republik indonesia Nomor 3 tahun 2008 Tentang Standar proses pendidikan kesetaraan Program paket a, program paket b, Dan program paket c menjelaskan Evaluasi sebagai berikut:
1. Evaluasi proses pembelajaran dilakukan untuk menentukan kualitas pembelajaran secara keseluruhan, mencakup tahap perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, dan penilaian hasil pembelajaran.
2. Evaluasi proses pembelajaran diselenggarakan dengan cara:
a. membandingkan proses pembelajaran yang dilaksanakan pendidik dengan standar proses pendidikan kesetaraan,
b. mengidentifikasi kinerja pendidik dalam proses pembelajaran sesuai dengan kompetensi peserta didik.
3. Evaluasi proses pembelajaran memusatkan pada keseluruhan kinerja pendidik dalam proses pembelajaran.
4. Kegiatan evaluasi dilakukan oleh penyelenggara program, penilik, dan/atau dinas kabupaten/kota yang bertanggung jawab di bidang pendidikan.
2. Kegunaan Evaluasi
Berdasarkan UU Sisdiknas No.20 Tahun 2003 Pasal 58 (1) evaluasi hasil belajar peserta didik dilakukan untuk memantau proses, kemajuan, dan perbaikan hasil belajar peserta didik secara berkesinambungan.
Dalam menyusun tes/alat evaluasi, ada beberapa syarat dan petunjuk yang perlu diperhatikan, yakni:
• Pendidik harus menetapkan dulu segi-segi apa yang akan dinilai sehingga betul-betui terbatas serta dapat memberi petunjuk bagaimana dan dengan alat apa segi tersebut dapat kita nilai;
• Pendidik harus menetapkan alat evaluasi yang betul-betui valid dan reliabel yang berarti taraf ketepatan dan ketetapan tes dengan aspek yang akan dinilai;
• Penilaian harus objektif yang artinya menilai prestasi peserta didik sebagaimana adanya;
• Hasil penilaian tersebut harus betul-betui diolah dengan teliti sehingga dapat ditafsirkan berdasarkan kriteria yang berlaku;
• Alat evaluasi yang dibuat hendaknya mengandung unsur diagnosis yang artinya dapat dijadikan bahan untuk mencari kelemahan peserta didik belajar dan pendidik mengajar.
3. Teknik-teknik Evaluasi
Pada umumnya, ada dua teknik evaluasi, yaitu dengan menggunakan tes dan
non-tes.
1. Tes
a. Pengertian Tes
Tes adalah alat pengukuran berupa pertanyaan, perintah, dan petunjuk yang ditujukan kepada testee untuk mendapatkan respon sesuai dengan petunjuk itu.
b. Macam-Macam Tes
Ditinjau dari obyek pengukurannya, secara umum tes dibagi dua, yaitu tes kepribadian (personality test) dan tes hasil belajar (achievement test).Yang termasuk dalam jenis tes kepribadian (personality test) dan banyak digunakan dalam pendidikan ialah sebagai berikut.
1) Pengukuran sikap
2) Pengukuran minat
3) Pengukuran bakat
4) Tes intelegensi
c Jenis Tes
Jika ditinjau dari fungsinya, maka tes dibagi atas 4 Jenis tes berikut ini:
• Tes Penempatan (Placement Test)
Tes jenis ini disajikan pada awal tahun pelajaran untuk mengukur kesiapan siswa dan mengetahui tingkat pengetahuan yang telah dicapai sehubungan dengan pelajaran yang akan disajikan. Dengan demikian, siswa dapat di-tempatkan pada kelompokyangsesuai dengan tingkat pengetahuan yang dimiliki.Tentu saja, hal ini tidak berlaku untuk sistem klasikal seperti yang dilaksanakan di Indonesians ini hanya dapat diterapkan pada sekolah yang menggunakan sistem individual.Tes ini biasanya disusun dengan ruang lingkup yang luas dan tingkat kesukaran yang dimiliki bervariasi agar antara siswa yang telah dan yang belum menguasai pelajaran dapat dibedakan.
• Tes Formatif (Formative Test)
Tes formatif disajikan di tengah program pendidikan untuk memantau kemajuan belajar peserta didik dan pendidik. Berdasarkan hasil tes itu pendidik dan peserta didik dapat mengetahui apa yang masih perlu dijelaskan kembali agar peserta didik dapat menguasai materi pelajaran lebih baik. Peserta didik dapat mengetahui bagian bahan pelajaran mana yang masih belum dikuasainya agar dapat mengupayakan perbaikannya. Pendidik juga dapat melihat bagian mana yang umumnya belum dikuasai peserta didik, sehingga dapat mengupayakan penjelasan yang lebih baik dan luas agar mereka dapat menguasai bahan tersebut.


• Tes Diagnostik (Diagnostic Tes)
Tes diagnostic bertujuan mendiagnosis kesulitan belajar siswa untukmengupayakan perbaikannya. Sepintas lalu.tes ini tampak seperti tes formatif, namun penyusunannya sangat berbeda dengan tes formatif atau jenis tes lainnya.Karenatujuannya untuk mendiagnosis kesulitan belajar siswa, pendidik harus terlebih dahulu mengetahui bagian mana dari pendidikan yang memberikan kesulitan belajar pada peserta didik. Hal itu berarti bahan tes formatif harus disajikan terlebih dahulu untuk mengetahui ada tidaknya bagian yang belum dikuasai peserta didik. Setelah diketahui bagian mana yang belum diketahui siswa, butir-butir soal yang lebih memusat pada bagian itu dapat dibuat sehingga dapat dipakai untuk mendeteksi bagian-bagian pokok bahasan atau sub-pokok bahasan yang belum dikuasai untuk selanjutnya dibuatkan beberapa soal yang tingkat kesukaran yang relatifrendah.Tujuannya adalah agar dapat diperoleh informasi bahwa unit tertentu belum dikuasai sehingga soalnya tidak dapat dijawab meskipun soal-soal itu umumnya mudah. Atas dasar informasi semacam ini, pendidik dapat mengupayakan perbaikannya.
• Tes Sumatif (Summative Test)
Jenis tes ini biasanya diberikan pada akhir tahun ajaran atau akhir suatu
jenjang pendidikan meskipun maknanya telah diperluas untuk dipakai pada
tes akhir caturwulan atau semester. Oleh karena itu, tes ini dimaksudkan untuk
memberikan nilai yang menjadi dasar penentuan kelulusan dan/atau
pemberian sertifikat bagi yang telah menyelesaikan pelajaran dengan hasil
baik. Karena umumnya merupakan tes akhir tahun atau akhir jenjang
pendidikan, ruang lingkupnya pun sangat luas meliputi seluruh bahan yang
telah disajikan sepanjang tahun atau sepanjang jenjang pendidikan.Tingkat
kesukaran soalnya pun bervariasi.
d. Bentuk Tes
Ditinjau dari bentuknya, tes dibagi atas tes tertulis, tes lisan, dan res
perbuatan.
• Tes Tertulis (Written Test)
Secara umum tes tertulis ini kemudian dapat dibedakan menjadi dua, yaitu sebagai berikut:
a) Tes esal
Tes esai dapat digunakan untuk mengukur kegiaan-kegiatan belajar yang sulit diukur oleh tes objektif.Tes esai juga sering disebut tes uraian karena menuntut anak untuk menguraikanjawabannya dengan kata-kata sendiri dan cara tersendiri. Oleh sebab itu, jawaban setiapanak,terutama dalam bentuk,teknik,dan gayanya.berbeda satu sama lain.Tes esai ini juga dapat dibedakan menjadi dua bentuk tes seperti berikut ini: tes uraian bentuk bebas dan tes uraian terbatas
Kelebihan tes esai:
(a) Peserta didik dapat mengorganisasikan jawaban dengan pendapatnya sendiri;
(b) Murid tidak dapat menerka-nerka jawaban soal;
(c) Tes ini sangat cocok untuk mengukur dan mengevaluasi hasil suatu proses belajar yang kompleks yang sukar diukur dengan mempergunakan tes objektif;
(d) Derajat ketepatan dan kebenaran murid dapat dilihat dari kalimat-kalimatnya;
(e) Jawaban diungkapkan dalam kata-kata dan kalimat sendiri sehingga tes ini dapat digunakan untuk melatih penyusunankalimat dengan bahasa yang baik, benar, dan cepat;
(f) Tes ini digunakan dapat melatih peserta didik untuk memilihfakta yang relevan dengan persoalan, dan mengorganisasi- kannya sehingga dapat mengungkapkan satu hasil pemikiran yang terintegrasi secara utuh.
Kelemahan tes esai:
(a) Sukar dinilai secara tepat;
(b) Bahan yang diukur terlalu sedikit dan sulit untuk mengukur penguasaan materi
(c) Sulit mendapatkan soal yang memiliki standar nasional maupun internasional;
(d) Membutuhkan waktu untuk memeriksa hasilnya.
b) Tes Objektif
Tes objektif ialah tes tulis yang itemnya dapat dijawab dengan memilih jawaban yang sudah tersedia sehingga peserta didik menampilkan keseragaman data, baik bagi yang menjawab benar maupun mereka yang menjawab salah.Tes objektif ini menuntut peserta didik untuk memilih jawaban yang benar di antara kemungkinan jawaban yang telah disediakan, memberi jawaban singkat, dan melengkapi pertanyaan atau per-nyataan yang belum sempurna.Tes Objektif sangat cocok untuk mengevaluasi kemampuan yang menuntut proses mental yang tidak begitu tinggi, seperti ke-mampuan mengingat kembali, kemampuan mengenal kembali, kemampuan pengertian, dan kemampuan mengaplikasikan prinsip-prinsip.
• Tes Lisan (oral test)
Tes lisan adalah tes soal dan jawabannya menggunakan bahasa lisan.
Peserta didik akan mengucapkan jawaban dengan kata-katanya sendiri sesuai
dengan pertanyaan perintah yang diberikan.
Kelebihan tes lisan:
a. Tidak perlu menyusun soal secara terurai, tetapi cukup mencatat pokok- pokok permasalahannya;
b. Dapat mengetahui langsung kemampuan peserta didik dalam mengemukakan pendapatnya secara lisan;
c. Jika peserta didik belum jelas dengan pertanyaan yang diajukan.
d. Dapat mengubah pertanyaan sehingga dapat dimengerti oleh peserta didik;
e. Dapat mengetahui secara langsung hasil tes.
Kelemahan tes lisan
a. Tes ini menyita waktu yang cukup banyak;
b. Keadaan emosional peserta didik sangat dipengaruhi oleh kehadiran pribadi pendidik yang dihadapinya;
c. Kebebasan peserta didik untuk menjawab pertanyaan menjadi berkurang, sebab seringkali memotong jawaban sebelum pemikirannya dituangkan secara keseluruhan;
d. Faktor subjektivitas akan muncul jika dalam suasana ujian lisan itu hanya ada seorang penguji dan seorang siswa;
e. Pertanyaan yang diajukan kepada peserta didik sering tidak sama jumlah dan tingkat kesukaran-nya;
f. Dalam memberi penilaian, sering dipengaruhi oleh kepribadian peserta didik.
3) Tes Perbuatan atau Tindakan (Performance Test)
Tes perbuatan atau tindakan ialah tes di mana jawaban yang dituntut dari peserta didik berupa tindakan dan tingkah laku konkrit. Observasi merupakan alat yang dapat digunakan untuk mengukur tes perbuatan atau tindakan.
Kelebihan Tes Tindakan/Perbuatan
a) Sangat cocok untuk mengukur aspek psikomotorik;
b) Pendidik dapat mengetahui dengan jelas aplikasi dari teori yang tetah disampaikan berupa tindakan atau perbuatan.
c) Ketemahan Tes Tindakan/Perbuatan Membutuhkan waktu yang lama.
d) Apabila perintah tidak jelas, perbuatan akan muncul tidak sesuai seperti yang diharapkan.
2. Non tes
Dalam menilai hasil belajar.ada yang bisa diukur dengan menggunakan tes dan ada pula yang tidak bisa dengan tes. Kalau pengetahuan teoritis dapat diukur dengan menggunakan tes.
Hal-hal yang termasuk non tes, seperti: observasi, wawancara, skala sikap, angket, check list, dan ranting scale.
1. Observasi
Secara umum, observasi dapat diartikan sebagai penghimpunan bahan- bahan keterangan yang dilakukan dengan mengadakan pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap berbagai fenomena yang dijadikan objek pengamatan. Untuk melaksanakan observasi bisa dilakukan secara langsung oleh observer (observasi langsung), bisa melalui perwakilan atau perantara, baik teknik maupun alat tertentu (observasi tidak langsung), dan bisa juga dilakukan observasi partisipasi, yaitu observasi yang dilakukan dengan cara ikut ambil bagian atau melibatkan diri dalam situasi objek yang diteliti.
Dilihat dari kerangka keja, observasi dapat dibedakan sebagai berikut:
a. Observasi berstruktur. Semua aktivitas petugas observasi telah ditetapkan terlebih dahulu berdasarkan kerangka kerja yang berisi faktor-faktor yang telah diatur kategorisasinya. Isi dan luas materi observasi telah ditetapkan dan dibatasi dengan jelas dan tegas.
b. Observasi tak berstruktur. Semua aktivitas petugas observasi hanya dibatasi oleh kerangka kerja yang pasti. Kegiatan petugas observasi hanya dibatasi oleh tujuan observasi itu sendiri.
2. Wawancara
Wawancara adalah komunikasi langsung antara yang mewawancarai dengan yang diwawancarai. Ada duajenis wawancara yang dapat digunakan.
a. Wawancara terpimpin yang dikenal dengan wawancara berstruktur;
b. Wawancara tidak terpimpin yang dikenal dengan wawancara bebas.
Tujuan wawancara ialah; (a) untuk memperoleh informasi guna menjelaskan suatu situasi dan kondisi tertentu; (b) untuk melengkapi suatu penyelidikan ilmiah; dan (c) untuk memperoleh data agar dapat mempengaruhi situasi atau orang tertentu.
3. Skala Sikap
Skala sikap merupakan kumpulan pernyataan-pernyataan mengenai sikap suatu objek. Sikap merupakan sesuatu yang dipelajari. Sikap menentukan bagaimana individu bereaksi terhadap situasi serta menentukan apa yang dicari individu dalam ke-hidupannya. Sikap merupakan suatu kecenderungan untuk berbuat sesuatu dengan cara, metode, teknik, dan pola tertentu terhadap dunia sekitarnya, baik berupa orang-orang maupun berupa obyek-obyek tertentu.
Pengukuran skala sikap berbentuk pernyataan positif diberi skor 5,4,3,2, 1 sedangkan bentuk pernyataan negatif diberi skor 1,2,3,4, dan 5 atau -2, -1, 0, 1, dan 2. Bentuk jawaban skala ialah; sangat setuju, setuju, ragu-ragu, tidak setuju, dan sangat tidak setuju.
4. Check List
Suatu daftaryang berisi subjekdan aspek-aspekyang akan diamati disebut check list (daftar cek). Ada bermacam-macam aspek perbuatan yang biasanya dicantumkan dalam daftar cek, kemudian observer tinggal memberikan tanda cek K) pada tiap-tiap aspek tersebut sesuai dengan hasil pengamatannya.
5. Ranting Scale
Ranting Scale tidak hanya untuk mengukur sikap tetapi dapat juga untuk mengukur persepsi responden terhadap fenomena lingkungan, seperti skala untuk mengukur status ekonomi.pengetahuan, dan kemampuan.Yang paling penting dalam ranting scale adalah kemampuan menerjemahkan alternatif jawaban yang dipilih responden. Misalnya, responden memilih jawaban angka 3, tetapi angka 3 oleh orang tertentu belum tentu sama dengan angka 3 bagi orang lain yang juga memilih jawaban angka 3,
Dalam ranting scale fenomena-fenomena yang akan diobservasi itu disusun dalam tingkatan-tingkatan yang telah ditentukan. Jadi, ranting scale tidak hanya mengukur secara mutlakada atau tidaknyavariabel tertentu, tetapi lebih dari itu, kitajuga mengukur bagaimana intensitas gejala yang ada.
6. Angket
Angket termasuk alat untuk mengumpulkan dan mencatat data atau informasi, sikap, dan faham dalam hubungan kausal. Angket mempunyai kesamaan dengan wawancara. Dalam wawancara, pewawancara berhadapan langsung dengan responden atau siswa. Sedangkan angket, dilaksanakan secara tertulis dan penilaian hasil belajar akan jauh lebih praktis, hemat waktu dan tenaga,
Berikut ini adalah dua bentuk angket:
a. Angket berstruktur, yaitu dengan menyediakan kemungkinan jawaban.
b. Angket tak berstruktur, yaitu bentuk angket yang memberikan jawaban secara terbuka yang respondennya secara bebasmenjawab pertanyaan tersebut.
Salah satu alat yang dapat dipakai dalam evaluasi adalah tes. Tes seharusnya memungkinkan pendidik memperoleh data tentang kemampuan peserta didik dalam mencapai tujuan pembelajaran. Suatu tes dapat berupa hasil karya peserta didik, seperti. suatu makalah,tes ejaan, hasil seni, atau juga rekaman perilaku siswa yang dapat diamati, seperti. kemampuan siswa menyanyikan suatu lagu, berpidato dan melempar bola. Bentuk suatu tes apakah tes itu mengungkapkan hasil atau perilaku bergantung pada tujuan yang telah ditentukan oleh pendidik.
Tes pada umumnya mengukur hasil karya siswa.Tetapi ada juga tes lain, yaitu tes atau pengukuran sikap (Saifuddin Azwar, 2000). Tes ini berhargadan seharusnya sering digunakan apabila kita ingin mengetahui kedua-duanya, baik caranya men-capai hasil maupun hasil itu sendiri. Membuat rekaman perilaku siswa biasanya merupakan cara terbaik untuk mengukurtujuan afektif, misalnya untuk mengetahui apakah siswa sudah belajar bekerja sama di dalam tugas kelompok atau belum.
Dalam proses belajar mengajar, yang dievaluasi sebenarnya bukan hanya siswa, tetapi juga sistem pendidikannya (Mudhoffir, 1987). Oleh karena itu, dalam proses belajar mengajar terdiri atas rangkaian tes yang dimulai dari pre-test untuk mengetahui mutu/isi pelajaran yang sudah dan yang belum diketahui oleh siswa. Rencana pelajaran yang akan diajarkan. Entry behavior mengukur kemampuan siswa dan mengelompokkan berdasarkan kemampuan siswa ke dalam kelompok kemampuan yang kurang (slow learners), sedang, dan yang panda! (fast learners). Pada saat pelajaran dalam pelaksanaan (dalam proses), diperlukan evaluasi formatif untuk mengetahui apakah proses belajar mengajar yang sedang berlangsung sudah betul atau belum. Misalnya, apakah sistem pendidikan dan metodenya sudah cocok, apakah siswanya mampu atau tidak, dan apakah media yang dipergunakan tidak salah pilih. Jadi, data yang diperoleh dari evaluasi formatif dipergunakan untuk pengembangan, need assessment, dan diagnostic decision. Pada akhir pelajaran, evaluasi sumot/fdiadakan untuk mengetahui seberapa jauh pengetahuan, keterampilan, atau sikap siswa bertambah.
Membuat pertanyaan tes (alat evaluasi) tidak mudah sebab tes atau pertanyaan merupakan alat untuk melihat perubahan kemampuan dan tingkah laku siswa setelah ia menerima pendidikan. Alat evaluasi yang salah, akan menggambarkan kemampuan dan tingkah laku yang salah pula. Oleh karena itu, teknik penyusunan alat evaluasi sangat penting untuk dipertimbangkan agar diperoleh hasil yang objektif
B. Peranan Pendidikan Kesetaraan Paket B Dalam Menuntaskan Wajib Belajar (Wajar) 9 Tahun
Peran pendidikan Kesetaraan yang meliputi program Paket A, B, dan C sangat strategis dalam rangka pemberian bekal pengetahuan dan program penuntasan wajib belajar pendidikan dasar 9 tahun. Penyelenggaraan program ini terutama ditujukan bagi masyarakat putus sekolah karena keterbatasan ekonomi, masyarakat yang bertempat tinggal di daerah-daerah khusus, seperti daerah perbatasan, daerah bencana, dan daerah yang terisolir yang belum memiliki fasilitas pendidikan yang memadai bahkan juga bagi TKI di luar negeri dan calon TKI.
Memahami nilai dan manfaat program pendidikan kesetaraan bagi peningkatan kualitas kehidupan masyarakat menjadi salah satu faktor utama yang mendorong masyarakat untuk berpartisipasi pada program yang diselenggarakan dengan antusias.
Untuk skala nasional, penyelenggaraan program pendidikan kesetaraan dimaksudkan sebagai upaya untuk mendukung dan mensukseskan program pendidikan wajib belajar 9 tahun yang merupakan penjabaran dari rencana strategis Departemen Pendidikan nasional yang meliputi perluasan akses, pemerataan, dan peningkatan mutu pendidikan.

BAB III
METODOLOGI EVALUASI PENDIDIKAN KESETARAAN PAKET B

A. Tujuan Evaluasi Pendidikan Kesetaraan Program Paket B
Tujuan Evaluasi Pendidikan Kesetaraan Program Paket B yang penulis rancang adalah sebagai berikut :
a. Mengukur efektifitas pencapaian tujuan program Pendidikan Kesetaraan Paket B
b. Mengukur efektifitas kurikulum Pendidikan Kesetaraan Paket B
c. Mengukur efektifitas penyajian materi oleh Tutor
d. Mengukur efektifitas penguasan materi oleh warga belajar

B. Sasaran Evaluasi
a. Tahap Pendahuluan
• Kesiapan program Pembelajaran, baik yang menyangkut orientasi output, kurikulum, rancang bangun media belajar, rencana proses pembelajaran dan instrumen evaluasi.
• Kesiapan Tutor , baik yang menyangkut koordinasi, struktur, dan mekanisme kerja, maupun sumber materi.
• Kesiapan warga belajar mengikuti proses pembelajaran,oleh karena itu tutor perlu mengetahui:
 Harapan-harapan warga belajar dalam proses pembelajaran
 Pengalaman warga belajar mengenai dasar materi yang akan diajarkan
 Hubungan sosial warga belajar
 Kebutuhan warga belajar terhadap proses pembelajaran
b. Tahap Pengembangan dan Kulminasi
• Implementasi program pembelajaran, baik yang menyangkut kurikulum, media belajar, pengambilan dan pengelolaan data-data evaluasi, dan sebagainya. Termasuk di dalamnya adalah tingkat kemajuan bersama terhadap kebutuhan topik kajian/materi yang akan diajarkan oleh tutor..
• Umpan balik terhadap tutor, baik yang menyangkut penampilan, teknik penyampaian, bahasa, kemudahan dipahami, dan lain-lain.
• Penguasaan atau tingkat kepemilikan pengalaman belajar warga belajar, baik pada aspek afektif, kognitif, psikomotorik, maupun pengalaman eksplanatori.
• Penyadaran atau refleksi bagi warga belajar sendiri terhadap sikap, nilai, kepribadian, tingkat partisipasi, dan lain-lain, agar ia dapat menilai kemajuannya sendiri.
c. Tahap Tindak Lanjut
• Pencapaian tujuan program.
• Implementasi seluruh program, baik yang menyangkut kurikulum (materi), media belajar, suasana belajar, tempat belajar, evaluasi belajar, dan lain-lain.
• Penampilan (pengelolaan) tutor.
• Tingkat penguasaan atau tingkat kepemilikan proses pengalaman belajar warga belajar.

C. Rancangan Evaluasi Pendidikan Kesetaraan Paket B
1. Teknik Evaluasi
Alternatif teknik-teknik evaluasi yang digunakan untuk memperoleh/mendapatkan data dan fakta-fakta guna keperluan evaluasi adalah:
 Teknik kuesioner
 Pengamatan/observasi
 Wawancara
 Analisis catatan
Adapun teknik pengolahan datanya dapat bersifat kuantitatif maupun kualitatif.

2. Pelaksana Evaluasi
Pelaku evaluasi adalah warga belajar dan tutor. Dalam proses pembelajaran , pengelolaan data evaluasi tersebut sebaiknya didelegasikan kepada tutor laborat (tulab). Idealnya, tutor laborat (tulab) adalah tutor yang sudah berpengalaman dalam menangani proses pembeljaran. Hal ini mengingat bahwa tugas tulab tidak semata-mata mengumpulkan data dan kemudian mengklasifikasikannya, namun yang lebih penting adalah kemampuannya untuk menganalisis data evaluasi dan informasi lain yang ada.

3. Pelaksanaan Evaluasi
Untuk melaksanakan evaluasi yang efektif dan efisien, tutor perlu membuat rencana evaluasi yang memuat sedetil mungkin data apa saja yang perlu dikumpulkan dan bagaimana melakukannya agar data yang akan dikumpulkan lebih terjamin validitasnya. Di bawah ini terdapat beberapa hal yang bisa dilakukan dalam merencanakan evaluasi sebuah training:
 Menentukan pendekatan yang dilakukan dalam melakukan evaluasi. Misalkan, apakah evaluasi tersebut akan dilakukan dengan pendekatan partisipatif, atau pendekatan non-partisipatif, atau gabungan keduanya.
 Merumuskan rencana evaluasi secara terperinci yang memuat: tujuan, sasaran, indikator, teknik pengumpulan data (instrumen), teknik analisis, dan lain-lain.
 Mengumpulkan bahan-bahan dan sumber daya yang diperlukan untuk melakukan evaluasi.
 Membuat dan merancang instrumen yang diperlukan dalam evaluasi, seperti: kusioner, lembar pengamatan, panduan wawancara, dan lain-lain.
 Merancang mekanisme pelaporan dan penulisan hasil analisis data evaluasi.

4. Kriteria Evaluasi
Rencana evaluasi yang baik memiliki kriteria sebagai berikut:
 Spesifik, artinya disusun sekhusus mungkin.
 Terbatas, artinya terinci dan terbatas ruang lingkupnya.
 Jelas, artinya mudah dipahami oleh pelaku evaluasi.
 Operasional, artinya dapat digunakan dan dilaksanakan secara praktis.
 Benar dan pasti, artinya bukan mengada-ada (tidak sesuai dengan tujuan evaluasi yang ditetapkan), serta tidak menimbulkan penafsiran yang berbeda.











D. Perangkat Evaluasi Pendidikan Kesetaraan Paket B
Adapun perangkat Evaluasi pendidikan Kestaraan Paket B sebagai berikut


Teknik Tahap Kegiatan
Sumber Data Evaluasi
Pendahuluan Pengembangan dan Kulminasi Tindak Lanjut
Kuesioner • Learning Need Assessment
• Pre-Test • Evaluasi Harian Peserta
• Evaluasi Berkala terhadap tutor
• Lembar Refleksi Diri • Evaluasi Akhir (tertulis)
• Post-Test Warga belajar
Pengamatan • Catatan Pengamatan
• Sosiogram
• Berita Acara Tutor
Wawancara • Panduan Wawancara dengan warga belajar • Evaluasi Akhir (lisan) Warga belajar
Analisis Catatan • Tugas Tulis (makalah)
• Tugas Resensi • Presensi
• Lembar Penilaian Tugas Tulis Harian • Lembar Penilaian Tugas Akhir Tutor






BAB IV
PEMBAHASAN
A. KUESIONER (Lembar pertanyaan)
Lembar pertanyaan dapat digunakan disemua sesi pembelajaran baik pendahuluan, proses pembelajaran, maupun tindak lanjut pembelajaran. Kuesioner sangat cocok untuk sebagai evaluasi pembelajaran, mengetahui sikap mental warga belajar, dan ketercapaian pembelajaran.

1. Pendahuluan
Pada awal pembelajaran seorang tutor perlu mengetahui model belajar warga belajar agar pembelajaran tidak sis-sia atau denan kata lain masuk telinga kanan keluar telinga kiri. Melakukan proses pengajaran di depan warga belajar dengan cara dan gaya belajar yang tepat akan memberikan hasil yang optimal.
• Learning Need assesement
Bagaimana seorang tutor mampu mengenal dan memahami perilaku serta kebutuhan warga belajar akan memberikan kekuatan lebih dalam pembelajaran yang dilakukan. Bila seorang warga belajar sanguinis hadapilah dengan perilaku sanguinis, begitupula yang melankolis, korelis dan plegmatis. Teknik dasar pembelajaran dengan kekuatan personalisai warga belajar memadukan 4 perilaku dasar manusia.
Mulailah pembelajaran dengan sanginis dan korelis. 5-15 menit pertama eksplorasi kemampuan sanguinis anda, saat itu korelis berfungsi sbagai penjaga tehadap situasi yang sulit. Fungsi korelis hanya digunakan saat yang tepat dan situasi membutuhkannya.
Seorang tutor sanguinis memulai kelas dengan sedikit berbasa-basi. Perilakunya akan membuat suasana segar, mencairkan suasana yang tegang dan menghilangkan hambatan psikologis warga belajar terhadap tutor. Perilku ini dapat dipraktekkan dengan berbagai metode; perilaku tutor sendiri, cara berkomunikasi, bahasa tubuh, dinamika kelompok, permainan ataupun simulasi.
Pada kegiatan inti kemempuan anda mengeksplorasi perilaku phleghmatis, melankolis melalui gaya belajar audio, visual, dan kinestetik akan menentukan efektifitas pengajaran. Seseorang terkadang ingin bertanya atau mengungkapkan pendapatnya, namun sampai akhir pembelajaran ia tidak melakukannya. Mungkin terjadi karena seorang itu memiliki berperilaku phlagmetis atau melankolis atau gabungan keduanya. Tugas tutor adalah memfasilitasi mereka, termasuk melankolis yang mau bertanya pelajaran yang belum dimengerti.
Saat menutup materi tutuplah sesi pengajaran dengan perilaku korelis dan sanginis. Buat mereka senang terhadap materi dan cara belajar yang menyenangkan. Berusahalah bersikap ramah dan berhumorlah. Untuk mengetahui perilaku warga belajar anda bias melihat lampiran kuesioner Need Assesement. Kuesioner ini hanya dilakukan pada saat tutor pertama kali masuk dan memberikan pelajaran pertamanya.
• Pre-test
Pre-test atau tes awal berfungsi mengetahui kemampuan dasar yang telah dimiliki warga belajar. Soal yang diberikan hendaknya memiliki tingkat kesukaran yang lebih rendah dari materi yang akan kita ajarkan atau kemampuan dasar yang menjadi syarat pembelajaran saat itu. Pre-test dapat dilakukan setiap saat dan keadaan yang diinginkan tutor.
Kelebihan pre-test adalah tutor dapat mengetahui kemampuan awal warga belajar, dapat dijadikan tolok ukur input, dan mudah dilaksanakan. Namun dibalik itu pre-tes memiliki kelemahan diantaranya; ketika warga belajar tidak dapat menjawab soal yang diberikan akan menghambat proses pembelajaran dan warga belajar merasa dihakimi sebelum diberi materi.
2. Proses pembelajaran (Kulminasi dan pengembangan)
Kuesioner yang dapat dilakukan pada saat proses pembelajaran adalah :
• Evaluasi harian warga belajar
Salah satu perangkat evaluasi pembelajaran adalah Evaluasi harian warga belajar. Fungsi evaluasi ini adalah mengetahui perkembangan warga belajar secarakonperenship. Adapun yang akan dinilai adalah logika, emosi, psikomotorik, response, integrasi/tingkat sosialisasi, etika, estetika, kemampuan bekerjasama, antusiasme terhadap materi, kedisiplinan, kreatifitas, solidaritas, kemampuan beropini, ketepatan menggunakan data, kemampuan mengungkap fakta, dan empati
• Evaluasi berkala tutor
Tutor mauapun tenaga pendik lainnya pada umumnya sangat alergi dengan kritik apalagi yang datang dari orng yang mereka ajari. Namun seorang tutor bergaya progresif sebaiknya mau menerima kritik demi perbaikan pembelajaran dan kualitas pendidikan Indonesia. Warga belajar pendidikan kesetaraan pada umumnya telah memiliki pengalaman dan mereka tidak mau diremehkan. Pengalaman warga belajar ini dapat diajadikan sebagai sumber pembelajaran. Warga belajar mengevaluasi tutornya secara rahasia maupun secara langsung (bagi tutor yang rendah hati dan bermartabat). Dalam Kuesioner warga belajar dapat menuliskan nama dan boleh tidak menuliskan.
• Refleksi diri
Hasil dan implikasi pembelajaran tidak semata-mata dapat dilhat oleh seorang tutor atau tenaga pendidik lainya, tetapi yang lebih mengerti kemampuan dan pemahaman adalah warga belajar itu sendiri. Refleksi diri harus diajarkan pada warga belajar agar mereka dapat mengevaluasi dan instropeksi diri mereka ketika mereka lulus dari pendidikan kesetaraan paket B. Hal-hal yang perlu direfleksikan adalah tingkat penyerapan materi, suasana belajar, harapan warga belajar terhadap pembelajaran berikutnya, dan strategi pembelajaran yang didinginkan.

3. Tindak lanjut
• Evaluasi akhir harian (Tertulis/lisan)
Subjek Evaluasi harian ada 2 yaitu warga belajar dan tutor. Warga belajar mngevaluasi model, suasana belajar dan kemampuan tutor dalam menyampaikan materi. Sedangakan tutor mengevaluasi pembelajaran secara lisan dan disamapaikan secara langsung, sederhana dan menyentuh emosi warga belajar agar mereka dapat berubah dan ide serta ilmu dari tutor melekat dibenak mereka.
• Post-test
Tes akhir seperti halnya pre-tes bertujuan mencari informasi atau ilmu yang telah merka serap. Perbedaan mendasar pre dan post adalah kalau pre tes seorang tutor dapat informasi kemapuan mereka dari luar sedangkan pos tes melihat day serap dan kemampuan mereka memahami materi.

B. PENGAMATAN
1. Proses pembelajaran
Pengamatan hanya berlaku untuk proses pembelajaran dan tidak berlaku pada saat pendahuluan maupun tindak lanjut. Adapun pengamatan yang dimaksud berupa catatan pengamatan merujuk semua warga belajar, denah komunikasi warga belajar atau sosiogram dan berita acara.

• Catatan pengamatan kejadian
Catatan ini berfungsi sebagai eavaluasi perkembangan afektif warga belajar, hendaknya catatan ini berisi kejadian yang luar biasa/insidental.
Kelebihan catatan harian ini apat melihat perkembangan sikap mental dan perilaku warga belajar. Sedangkan kekurangannya terkadang menyita waktu tutor.
• Sosiogram
Komunikasi antara tutor dan warga belajar dapat dicatat berdasarkan kode tertentu. Denah komunikasi dapat dipraktekkan ketika seorang tutor berperilaku sebagai fasilitator. Pertanyaan, pendapat maupun saran dari warga belajar tidak dilihat muatannya tetapi kuantitas dan kualitasnya.
Posisi warga belajar tidak hanya posisi seperti penonton bioskop (semua warga belajar memandang kearah yang sama. Tutor maupun pengelola PKBM hendaknya mempunyai kemampuan lebih dalam manajemen kelas. Sebagian besar warga belajar tidak menyukai hal yang rutin, pakem dan monoton. Posisi duduk dapat bebentuk leter U (Study case: PKBM Bina Bangsa Kabupaten Keerom), Lingkaran, ataupun menggunakan deret pascal seperti tribun lapangan.
Kelebihan ketika seorang tutor menggunakan sosiogram adalah sebagai berikut:
- Komunikasi warga belajar dapat terdeteksi sedetil mungkin
- Tutor dapat menghafal warga belajar tanpa proses perkenalan
- Kemampuan tutor dalam mengelola pembelajaran dapat dimaksimalkan
- Ktika posisi leter U semua warga belajar dengan mudah melihat kondisi temannya, ini menjauhkan kelas dari mengantuk.
- Suasana belajar menjadi menyenangkan
Kekurangan ketika seorang tutor menggunakan sosiogram adalah sebagai berikut:
- Pembelajaran yang digunakan menuntut warga belajar aktif, namun materi tidak boleh terlalu banyak
-
-
• Berita acara
Berita acara seharusnya ada dalam semua kegiatan Pendidikan Non Formal dan Informal termasuk pada pembelajaran. Berita acara berisi waktu, tempat, jumlah waraga belajar yang hadir, materi yang diajarkan dan proses pembelajaranya (termasuk metode pembelajaran)

C. WAWANCARA
1. Pendahuluan
Pada saat memulai pelajaran boleh dilakukan wawancara singkat berupa brainstorming/curah pendapat.
2. Tindak lanjut
Pada saat tidak lanjut atau akhir materi dapat dilakukan evaluasi secara lisan kepada warga belajar. Sebaiknya muatan evaluasi lisan berupa daya tangkap warga belajar, kemapuan tutor dalam menyampaiakan materi, waktu dan suasana belajar yang belaku dan yang dikehendaki warga belajar.
Secara umum Kelebihan tes lisan:
o Tidak perlu menyusun soal secara terurai, tetapi cukup mencatat pokok-pokok permasalahannya;
o Dapat mengetahui langsung kemampuan warga belajar dalam mengemukakan pendapatnya secara lisan;
o Jika warga belajar belum jelas dengan pertanyaan yang diajukan.
o Dapat mengubah pertanyaan sehingga dapat dimengerti oleh warga belajar;
o Dapat mengetahui secara langsung hasil tes.
Kelemahan tes lisan
o Tes ini menyita waktu yang cukup banyak;
o Keadaan emosional peserta didik sangat dipengaruhi oleh kehadiran pribadi tutor yang dihadapinya;
o Kebebasan warga belajar untuk menjawab pertanyaan menjadi berkurang, sebab seringkali memotong jawaban sebelum pemikirannya dituangkan secara keseluruhan;
o Faktor subjektivitas akan muncul jika dalam suasana ujian lisan itu hanya ada seorang penguji dan seorang siswa;
o Pertanyaan yang diajukan kepada warga belajar sering tidak sama jumlah dan tingkat kesukaran-nya;
o Dalam memberi penilaian, sering dipengaruhi oleh kepribadian warga belajar.

D. ANALISA CATATAN
1. Pendahuluan
• Tugas Tulis
Tugas tulis pada pendahuluan adalah tugas pekerjaan rumah. Tugas tulis ini berfungsi memperkaya pemahaman warga belajar dan memperlama tauatan memori tentang pelajaran yang lalu.
• Tugas Resensi
Resensi yang juga merupakan tugas rumah dapat dilakukan ketika buku atau sumber belajar terbatas namun keinginan warga belajar untuk mendalami materi sangat tinggi. Mereka dapat mengetahui dan membuat wacana tentang pembelajaran secara kongkrit, sederhana dan dengan cara yang tidak terduga.
2. Proses pembelajaran (Kulminasi dan pengembangan)
• Presensi
Catatan tentang kehadiran warga belajar atau presensi berfungsi melihat tingkat partisipasi warga belajar dalam proses pembelajaran. Keaktifan warga belajar dengan mudah dilihat dari presensi yang telah ada.
• Lembar penilaian tugas tulis
Lembar penilaian tugas tulis harus dibuat rapi, dapat dipertanggung-jawabkan, mudah dianalisa dan sederhana serta terjaga.
3. Tindak lanjut
• Lembar penilaian tugas akhir pelajaran
Secara umum analisa catatan memiliki kelebihan dibandingkan cara evaluasi yang lain diantaranya :
o Jawaban warga belajar konstan dan tidak menimbulkan ambigu
o Tingkat objektifitas tinggi karena tidak dipengaruhi oleh Susana hati tutor dan warga belajar
o Kebebasan menjawab warga belajar tinggi sehingga kemungkinan untuk menjawabpun tinggi.
o Pertanyaan yang diajukan kepada warga belajar sering sama jumlah dan tingkat kesukaran-nya
Secara umum analisa catatan memiliki kekurangan dibandingkan cara evaluasi yang lain diantaranya :
o Harus menyusun soal secara terurai
o Tidak dapat mengetahui langsung kemampuan warga belajar dalam mengemukakan pendapatnya secara lisan;
o Tidak dapat mengubah pertanyaan yang dapat dimengerti oleh warga belajar;
o Tidak dapat mengetahui secara langsung hasil tes.










BAB V
PENUTUP
Dalam bab ini memuat kesimpulan dan saran, dimana isi dari kesimpulan merupakan jawaban yang sesuai dengan tujuan dari penelitian ini, sedangkan isi saran merupakan suatu wacana yang perlu adanya penelitian lebih lanjut untuk kesempurnaan tulisan ini.

A. KESIMPULAN
Berdasarkan data-data yang diperoleh dan pembahasan yang telah diuraikan maka dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut :
1. Dari analisis dengan menggunakan cara evaluasi di atas dapat teridentifikasi bahwa cara mengevaluasi tidak terbatas pada warga belajar tetapi juga tutor memiliki dampak peningkatan mutu penyelenggaraan Pendidikan Kesetaraan Paket B.
2. Penggunaan metode Kuesioner, wawancara, pengamatan dan analisa catatan dapat mengevaluasi pembelajaran secara sederhana, kongkrit, kredibel dan emosional sehingga memungkinkan peningkatan mutu semua pihak (Tutor dan warga belajar)
3. Berdasarkan tujuannya Evaluasi ini dapat mengukur efektifitas pencapaian tujuan program, kurikulum, penyajian materi oleh tutor dan penguasaan materi oleh warga belajar.
B. SARAN
1. Tutor dalam Pendidikan Kesetaraan diharapkan untuk lebih memperbanyak pengetahuan pembelajaran dengan metode akselerasi karena melihat waktu dan kuantitas setiap pembelajaran sangat terbatas.
2. Penyelenggara Pendidikan Kesetaraan Paket B diharapkan dapat memilih tempat pelaksanaan program sehingga benar-benar dapat memberi manfaat bagi warga belajar yang mengikuti programnya.
3. Forum PKBM dan SKB dalam menyiapkan pelaksanaan program, hendaknya “lebih maksimal” dan pengawasan serta evaluasi tutor dapat dijadikan acauan peningkatan mutu pendidikan luar sekolah.
4. Sistem Evaluasi kuesioner, wawancara, pengamatan, dan analisa catatan dapat meningkatakan kinerja Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat sebagai penyelenggara program Pendidikan Kesetaraan Paket B.
5. Bagi mahasiswa yang akan melaksanakan program PKL hendaknya lebih mempersiapkan diri baik dari segi keilmuan maupun mental.

DAFTAR PUSTAKA


Chip Heath & Dan Heath, 2007. Made to stick. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta
Tengku Ramli, Amir;, 2005 .Menjadi Guru Idola . Pustaka Inti.Bekasi.
Dewey, John, 2004, Experience and Education (Pendidikan bebasis Pengalaman) Penerbit Teraju, Jakarta
DePorter, B., Reardon, M, Singer-Nourine. 2000, Quantum Teaching, Mempraktekkan Quantum Learning di ruang kelas, Kaifa. Bandung
Dananjaya, Utomo. 2005. Sekolah Gratis ?.Cetakan I Pramadina: Jakarta
Yofiar, Nor. 1986. DISC mengukur Perilaku Kerja. Jakarta: Quantum Quality International
Mendiknas. 2008. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 3 Tahun 2008 TentangStandar proses Penyelenggaraan Pendidikan Kesetaraan Program Paket A, Program Paket B, dan Program Paket C . Salinan Biro Hukum Dep Hukum dan HAM: Jakarta (Download tanggal 15 Mei 2010)

Gaol L, Falmerous.2008. Peranan Pendidikan Kesetaraan Paket B dalam menuntaskan Wajib Belajar 9 Tahun. Medan: BNFI Regional I (Download tanggal 15 Mei 2010)










Lampiran 1.
KUESIONER
Variabel : Kebutuhan Warga belajar
Responden : Warga belajar
Penjelasan : Pertanyaan ini dimaksudkan hanya untuk kepentingan pembelajaran. Oleh karena itu, kami memohon bantuan saudara untuk mengisi kuesioner ini dengan sejujurnya sesuai kondisi yang sebenarnya dan penuh rasa tanggung jawab.
Petunjuk Pengisian : Bubuhkan tanda ceklis (٧ ) pada kolom yang tersedia dan merupakan alternatif jawaban yang paling sesuai dengan kondisi dan persepsi saudara.
Alternatif jawaban ada lima kemungkinan, yaitu:
5 = Sangat Setuju
4 = Setuju
3 = Ragu-ragu
2 = Tidak Setuju
1 = Sangat Tidak Setuju
No PERNYATAAN JAWABAN
1 2 3 4 5
1 Menurut saya, pelajaran itu menyenangkan
2 Saya tidak merasa kesulitan belajar matematika.
3 Saya merasa senang belajar dengan motivasi tinggi.
4 Menurut saya, ilmu yang diberikan tutor sangat bermanfaat.
5 Saya merasa senang terhadap proses belajar bervariasi
6 Saya merasa puas ketika dapat menyelesaikan soal
7 Saya merasa senang belajar bersama
8 Saya senang jika ilmu yang diperoleh dapat dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari.
9 Saya suka mendapat penghargaan ketika dapat menyelesaikan masalah yang diberikan tutor
10 Saya senang tutor mengajar tidak mendominasi kelas




Lampiran 2.
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN


Mata pelajaran : Matematika
Semester : 1
Pertemuan ke :
Alokasi waktu : 2 x 45’
Standar kompetensi : 3. Menggunakan bentuk aljabar, persamaan dan pertidaksamaan linier satu peubah dan perbandingan dalam pemecahan masalah
Kompetensi dasar : 3.1. Membuat model metematika dari masalah yang berkaitan dengan persamaan linier satu peubah
Indikator:
1. Membuat diagram
2. Menentukan relasi
3. Menentukan peubah
4. Menentukan bilangan konstanta
5. Membuat model matematika dari masalah yang berhubungan dengan persamaan dan pertidaksamaan linier

I. TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Warga Belajar dapat membuat diagram dari masalah yang dihadapi.
2. Warga Belajar dapat menentukan relasi yang ada dalam masalah
3. Warga Belajar dapat dapat menentukan peubah yang ada dalam masalah.
4. Warga Belajar dapat menentukan konstanta yang ada dalam masalah.
5. Warga Belajar dapat membuat model matematika dari masalah yang berhubungan dengan persamaan dan pertidaksamaan linier.
Warga Belajar dapat mencari masalah-masalah dalam kehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan pertidaksamaan dan persamaan sekaligus menyusun model matematikanya.


II. MATERI AJAR
Model matematika

III. METODE PEMBELAJARAN
1. Permainan
2. Ceramah
3. Brainstorming
IV. LANGKAH PEMBELAJARAN
A. Kegiatan awal
1. Tutor mengulang kembali konsep persamaan dan pertidaksamaan linier.
B. Kegiatan inti
1. Tutor memberi contoh masalah yang berkaitan dengan persamaan dan pertidaksamaan dan Warga Belajar mencermatinya.
2. Tutor mendorong Warga Belajar menentukan relasi yang ada dalam masalah apakah relasi kesamaan atau ketidaksamaan.
3. Tutor membimbing Warga Belajar dalam membuat skema atau diagram yang menggambarkan masalah yang dihadapi
4. Tutor mengelompokkan Warga Belajar atas tempat duduk untuk mendiskusikan variabel dan konstanta yang ada dalam masalah
5. Warga Belajar menyusun hubungan antara vaiabel dan konstanta-konstanta
6. Warga Belajar mengerjakan tugas
7. Warga Belajar mencari masalah dalam kehidupan sehari-hari yang baerhubungan dengan persamaan dan pertidaksamaan linier serta menyusun model matematikanya.


C. Kegiatan penutup
1. Tutor bersama siswa membuat rangkuman langkah-langkah pembuatan model matematika.


V. ALAT DAN SUMBER BELAJAR
A. Sumber : Buku Matematika Pendidikan Kestaraan Paket B Semester I dan internet,
B. Alat: Kartu domino matematika,

VI. PENILAIAN


Nama kelompok
Kerjasama
Tertib kerja
Prestasi


Kreteria:
A= Baik sekali
B= Baik
C= Cukup
D= Kurang
E=Kurang sekali











Lampiran 4
LEMBAR EVALUASI HARIAN
NAMA : Robertus Kiyasin
NO ASPEK YANG DINILAI I II III IV V VI VII VIII IX X XI XII XIII XIV XV
1 Logika
2 Emosi
3 Psikomotorik
4 Respons
5 Integrasi/Tingkat Sosialisasi
6 Etika
7 Estetika
8 Kemampuan bekerjasama
9 Antusiasme terhadap materi
10 Kedisiplinan
11 Kreatifitas
12 Solidaritas
13 Kemampuan beropini
14 Ketepatan menggunakan data
15 Kemampuan mengungkap fakta
16 Empati


Keerom , 29 J u n i 2009
Tutor

TUMIJAN


Teknis penskoran :
Setiap pertemuan warga belajar Pendidikan Kesetaraan Paket B akan dinilai adapun kriteria penilaian sebagai berikut:
1. Stiap Aspek yang dinilai dinyatakan dalam bentuk huruf A,B, C, D, dan E
2. Batas nilai maksimum ketuntasan A
3. Batas nilai minimum ketuntasan mata pelajaran ditentukan oleh tutor sebelum kegiatan pembelajaran dan penilaian dilakukan, dengan catatan tutor harus merencanakan target dalam waktu tertentu mencapai nilai ketuntasan minimum
4. Arti Kriteria nilainya adalah A= Baik sekali, B= Baik, C= Cukup, D= Kurang, dan E= Kurang sekali



































LAMPIRAN 5

BERITA ACARA
MATERI PELAJARAN MATEMATIKA
PUSAT KEGIATAN BELAJAR MASYARAKAT





Hari/ Tanggal :
Waktu :
Tempat :
Materi :
Pokok bahasan :
Tutor :
Jumlah peserta :
Peserta hadir :
Keadaan Forum :
Metode penyampaian :
Target :
Pencapaian target :
Catatan penting :






Tutor




Tumijan Ketua Warga




Yosep Bagi







Lampiran 6.
Suasana Proses Belajar Mengajar

































Lampiran 6
Soal Pre-tes



1. Bentuk pecahan campuran dari adalah ....
a. 11,87 c. 1187 %
b. d. Semua benar
2.
a. c.
b. d.
3. 0,5 + 0,0021=
a. 0,0027 c. 0,5021
b. 5,0021 d. 0,0521
4. jika dinyatakan dalam bentuk pecahan decimal adalah........
a. 0,625 c. 125
b. 125 d. 6,125
5. x =.......
a. c.
b. d.
6. 25 % dari 816 adalah.........
a. 20400 c. 204
b. 204% d. 32.64
7. Sebuah ruangan pesta berisi 1632 kursi dan tamu undangan yang datang mengisi ¾ bagian, berapa kursi yang tidak ditempati?
a. 1224 c. 1004
b. 304 d. 34
8. dan 0,625; pernyataan yang tepat untuk bilangan pecahan tersebut adalah....
a. = 0,625 c. ≤0,625
b. ≥ 0,625 d. ≠ 0,625



9.
a. c.
b. d.
10. Lahan PKBM Bina Bangsa Keerom memiliki luas 2 Hektar, rumah Dinas Ketua PKBM berdiri di atas tanah 6 x 6 m. Berapa bagian luas rumah dinas tersebut terhadap luas tanah milik sekolah?
a. 12 m c. 72 m2
b. d. 0, 0018

Nama :
Anda yakin benar berapa nomor?
Apakah anda senang dengan pelajaran Matematika di tempat anda belajar sebelumnya ? Apa alasan anda...
Bagaiman Model belajar yang anda sukai?
Apa saran anda untuk peningkatan mutu pelayanan Pembelajaran ?


















Lampiran 7
Lampiran 6
Soal Pre-tes



11. Bentuk pecahan campuran dari adalah ....
c. 11,87 c. 1187 %
d. d. Semua benar
12.
c. c.
d. d.
13. 0,5 + 0,0021=
c. 0,0027 c. 0,5021
d. 5,0021 d. 0,0521
14. jika dinyatakan dalam bentuk pecahan decimal adalah........
a. 0,625 c. 125
b. 125 d. 6,125
15. x =.......
a. c.
b. d.
16. 25 % dari 816 adalah.........
a. 20400 c. 204
b. 204% d. 32.64
17. Sebuah ruangan pesta berisi 1632 kursi dan tamu undangan yang datang mengisi ¾ bagian, berapa kursi yang tidak ditempati?
a. 1224 c. 1004
b. 304 d. 34
18. dan 0,625; pernyataan yang tepat untuk bilangan pecahan tersebut adalah....
a. = 0,625 c. ≤0,625
b. ≥ 0,625 d. ≠ 0,625



19.
a. c.
b. d.
20. Lahan PKBM Bina Bangsa Keerom memiliki luas 2 Hektar, rumah Dinas Ketua PKBM berdiri di atas tanah 6 x 6 m. Berapa bagian luas rumah dinas tersebut terhadap luas tanah milik sekolah?
a. 12 m c. 72 m2
b. d. 0, 0018

Nama :
Anda yakin benar berapa nomor?
Apakah anda senang dengan model belajar di sini? Apa alasan anda...
Bagaiman Model belajar yang anda sukai?
Apa saran anda untuk peningkatan mutu pelayanan Pembelajaran ?
Apakah gaya mengajar saya (Tumijan) jelas atau malah membingungkan. Kemukakan alasan anda?


















Lampiran 8
Lembar Penilaian Pre-test, Post Test dan penilaian ujian tulis
LEMBAR PENILAIAN
BAGI WARGA BELAJAR KESETARAAN PAKET B

Nama Lembaga : ………………….
Tanggal Penilaian : ………………….
Materi Penilaian : ………………….
Nama Tutor : ………………….

Petunjuk:
Berilah skor nilai dengan rentang 1 – 100, untuk indikator penilaian harus ditetapkan bobot maksimum sesuai dengan lembar soal penilaiannya seperti pada lembar penilaian di bawah ini.
No. Nama Warga Belajar Indikator Penilaian
……………………
Skor Max Skor Perolehaan Nilai Akhir




Rata-rata nilai

Keterangan :

Jumlah Perolehan Warga Belajar
Nilai Akhir = x 100 = …………. (nilai)
Skor Maksimum


………………. , ………………………

Penilai,


( ….Nama Tutor….)









lampiran 9
Nilai Pre-tes
No. Nama Warga Belajar Indikator Penilaian
……………………
Skor Max Skor Perolehaan Nilai Akhir
1 Agusta Bate 100 50 50
2 Ani Suratmi 100 50 50
3 Antonius Felba 100 60 60
4 Herbet Yoku 100 40 40
5 Indah sudarwati 100 50 50
6 Jhon Elemus Wonda 100 40 40
7 Johanes Himen 100 70 70
8 Karoline Inzagi 100 30 30
9 Karel Uropka 100 40 40
10 Lorensius Kiyasin 100 50 50
11 Siti Juwariah 100 70 70
12 Suparmin 100 50 50
13 Tarminto 100 40 40
14 Tarwinto Aji 100 60 60
15 Umi Nur Salam 100 80 80
16 Ulemus Gombo 100 40 40
17 Wati Muryatin 100 50 50
18 Zainal Abidin 100 60 60
Rata-rata nilai 61

Keerom, 19 Januari 2010
Mengetahui,
Ketua PKBM Bina Bangsa Penilai,

THIRZ ANSAKA, S.Th. TUMIJAN











lampiran 9
Nilai Pre-tes
No. Nama Warga Belajar Indikator Penilaian
……………………
Skor Max Skor Perolehaan Nilai Akhir
1 Agusta Bate 100 60 60
2 Ani Suratmi 100 50 50
3 Antonius Felba 100 60 60
4 Herbet Yoku 100 60 60
5 Indah sudarwati 100 80 80
6 Jhon Elemus Wonda 100 50 50
7 Johanes Himen 100 70 70
8 Karoline Inzagi 100 40 40
9 Karel Uropka 100 60 60
10 Lorensius Kiyasin 100 50 50
11 Siti Juwariah 100 80 80
12 Suparmin 100 70 70
13 Tarminto 100 70 70
14 Tarwinto Aji 100 70 70
15 Umi Nur Salam 100 90 90
16 Ulemus Gombo 100 60 60
17 Wati Muryatin 100 70 70
18 Zainal Abidin 100 90 90
Rata-rata nilai 66

Keerom, 19 Januari 2010
Mengetahui,
Ketua PKBM Bina Bangsa Penilai,

THIRZ ANSAKA, S.Th. TUMIJAN

Thursday 18 April 2013

PENENTUAN KADAR ASAM LEMAK BEBAS



A. Tujuan Percobaan
Untuk menentukan kadar Asam lemak bebas pada minyak curah.

B. Tinjauan Pustaka

Lemak dan minyak merupakan ester asam lemak dengan gliserol, sehingga disebut gliserida. Tergantung dari jumlah OH gliserol yang digantikan dengan asam lemak, kita kenal monogliserida, digliserida, dan trigliserida. Pada di dan tri gliserida, asam asam lemaknya mungkin sama, (R = R' = R") atau berbeda (R ≠ R' ≠ R"). perbedaan minyak dan lemak hanya berdasarkan sifat fisiknya; lemak bersifat padat pada suhu karnar sedangkan minyak cair pada suhu kamar. Perbedaan minyak dan lemak ini terutama ditentukan oleh asam lemaknya.

Secara kimia asam lemak adalah asam lemah. Apabila dapat larut dalam air molekul &%an lemak akan terionisasi sebagian dan melepaskan ion H+. dalam hal ini pH larutan tergantung pada konstanta keasaman dan derajat ionisasi masing masing asam lemak.

Asam lemak adalah asam organik yang terdapat sebagai ester trigliserida atau
lemak, baik berasal dari hewan atau tumbuhan. Asam ini adalah asam karboksilat
yang mempunyai rantai karbon panjang dengan rumus umum



dimana R adalah rantai karbon yang jenuh atau yang tidak jenuh dan terdiri dari 4 sampai 24 atom karbon. Rantai karbon jenuh adalah rantai karbon yang tidak .Mengandung ikatan rangkap, sedangkan yang mengandung ikatan rangkap disebut ~,rantai karbon tidak jenuh. Pada umumnya asarn lemak mempunyai jumlah atom . Aarbon genap. Asam lemah jenuh yang hanya mengandung satu ikatan rangkap

salnya asam oleat) dapat membentuk isomer cis trans. Asam lemak jenuh mpunyai rantai karbon pendek, yaitu asam butirat dan asarn kaproat. Selain itu yai titik lebur rendah. Ini berarti kedua asam. lemak tersebut berupa cairan pada suhu kamar. Makin panjang rantai karbon, maka. makin tinggi titik leburnya. Asam palmitat dan asarn stearat berupa, zat padat pada suhu, kamar.


Apabila dibandingkan dengan asarn lemak jenuh, asarn lemak tidak jenuh mempunyai
lebur lebih rendah. Asam oleat mempunyai rantai kerbon sama, panjang dengan asam stearat, akan tetapi pada suhu kamar asam. oleat berupa, zat cair. Disamping itu makin banyak jumlah ikatan rangkap, makin rendah titik leburnya. Hal ini nampak pada titik lebur asarn linoleat yang lebih rendah dari titik lebur asam oleat. Asam butirat larut,dalarn air berkurang dengan bertambah panjangnya rantai karbon. Asarn kaproat larut sedikit dalam air,sedangkan asarn palmitat, stearat, oleat, dan linoleat tidak larut dalam air. Asarn linoleat mempunyai kelarutan dalarn air sangat kecil. Umumnya asarn lemak larut dalam eter atau. alkohol panas.

C. Alat Dan Bahan
Alat
1. Neraca analitik
2. Erlenmeyer 50 ml
3. Buret 50 ml
4. Statip dan Klem
5. Hot plate
6. Pipet ukur 10 ml
7. Pipet tetes
8. Gelas kimia 100 ml

Bahan Bahan
1. Minyak goreng curah
2. Larutan NaOH 0,0 IN
3. Etanol 96%
4. Indikator PP I%

D. Cara Kerja/Prosedur
1. Menimbang 2,5 gram minyak yang akan diuji, memasukkannya kedalam erlenmeyer 50 ml
2. Menambahkan 5 ml alcohol netral 96% yang panas.
3. Setelah didinginkan, menitrasi larutan ini dengan larutan NaOH 0,01N dengan indikator PP I % sampai terlihat warna, merah jambu.

Wednesday 10 April 2013

ANALISIS SERENTAK DAN BIKROMAT SECARA SPEKTROFOTOMETRI SINAR TAMPAK




I. Tujuan
Menentukan konsentrasi Kalium Permanganat dan bikromat secara serentak tanpa pemisahan secara Spektrofotometri
II. Dasar teori
Jika tidak terjadi interaksi antar zat penyerap maka menurut Hukum Beer, absorbans larutan bersifat aditif. Artinya merupakan kontribusi semua spesies penyerap dalam larutan.
A = b[ε1C1+ ε2C2+ ε3C3+ .... + εnCn]
Persamaan di atas memungkinkan kita menghitung konsentrasi semua spesies penyerap dalam larutan tanpa melakukan pemisahan terlebih dahulu. Analisis dua komponen memerlukan pengukuran pada dua panjang gelombang yang merupakan λmaks kedua komponen. Sehingga berlaku:
Aλ1 = b[ε1λ1C1+ ε2λ1C2] (i)
Aλ2 = b[ε1λ2C1+ ε2λ2C2] (ii)
Sebelumnya perlu ditentukan absortivitas molar setiap komponen pada kedua panjang gelombang . pada tahap ini diperoleh 4 nilai ε.
Prinsip dengan metode spektrofotometri ini adalah intensitas radiasi yang diteruskan oleh bahan pembanding dan radiasi yang diteruskan oleh contoh atau sampel. Spektrofotometri merupakan suatu metode analisis yang didasarkan pada absorpsi radiasi magnetik dimana gelombang dengan panjang berlainan akan menimbulkan cahaya dengan warna yang berlainan. Campuran cahaya dengan panjang gelombang antara 400- 760 nm merupakan penyusun cahaya putih yang meliputi seluruh spektrum tampak (Vogel, 1994).

Disamping itu Spektrofotometer merupakan alat yang dapat digunakan untuk mengukur besarnya energi sinar yang diserap oleh suatu bahan atau larutan. Metode Spektrofotometri dapat digunakan untuk mengukur konsentrasi suatu spesies kimia penyerap dalam larutan dan oleh karenanya dapat dimanfaatkan untuk menghitung tetapan – tetapan fisik semacam tetapan kestabilan kompleks (Kst) dan (Ksp).

III. Alat dan bahan
1. Spektrofotometer dan kuvet 5. Pipet Volumetrik
2. Kertas tissue lunak bebas farfum 6. Labu takar
3.Akuades 7. Kertas milimeter
4.Asam sulfat 8. Larutan KMnO4 dan
IV. Cara kerja
1. menyiapkan larutan Kalium Permanganat dengan konsentrasi 1x10¬¬¬¬¬¬¬
2. menyiapkan larutan standar Kalium bikromat dengan konsentrasi 2x10 M , 2x10 M dan 2x10 M dalam asam sulfat 0,1 M
3. sambil menyiapkan , hidupkan Spektrofotometer dan biarkan selama 10 menit untuk pemanasan alat .
4. mengukur A semua larutan standar dan sampel pada 400 nm dan 545 nm setelah dilakukan kalibrasi blanko. Kedua panjang gelombang merupakan λmaks permanganat dan bikromat.
5. mebuat kurva kalibrasi larutan permanganat dengan mengalurkan nilai A terhadap panjang gelombang 440 nm. dan hitunglah Absortivitas molar permanganat sampel.
6. Dengan cara seperti nomor 5 dapat dihitung absortivitas molar pada panjang gelombang 530 nm.
7. Hal yang sama dilkukan untuk larutan standart bikromat sehingga diperoleh absortivitas molar pada panjang gelombang 440 nm dan 530 nm
8. Dari nilai Absorbans sampel pada panjang gelombang 440 dan 530 nm dapat kita susun persamaan.
9. menyelesaikanpersamaan untuk memperoleh konsentrasi permanganat dan bikromat sampel




V. Hasil pengamatan
Data yang diperoleh dari hasil praktikum adalah sebagai berikut:

No Konsentrasi KMnO4 (M) A (pada λ440 nm)
A (pada λ530 nm)

1
2
3
4
5 1 x 10-4
2 x 10-4
4 x 10-4
6 x 10-4
8 x 10-4 0,02
0,03
0,06
-
0,13 0,26
0,51
0,99
1,49


No Konsentrasi K2Cr2O7 A (pada λ440 nm)
A (pada λ530 nm)

1
2
3
4 1 x 10-4
2 x 10-4
4 x 10-4
8 x 10-4 0,12
0,31
0,54
1,99 0,00
0,01
0,02
0,08



A sampel (MnO4-2+Cr2O7-2)
Pada panjang gelombang 440 nm diperoleh Absorbans sebesar 0,6 dan Pada panjang gelombang 530 nm diperoleh Absorbans sebesar 0,87



VI. Pembahasan

Penurunan konsentrasi menyebabkan penurunan intensitas warna. Hal ini diduga bahwa secara kimia, kalium permanganat memiliki bentuk yang tersusun dari unsur yang memiliki orbital atom yang mengalami degradasi.
Hal ini diduga polaritas senyawa tersebut rendah dibandingkan dengan air sehingga pelarut yang baik untuk ekstraksi adalah solven yang kurang polar Pengaruh positif perlakuan konsentrasi Kalium Permanganat terhadap nilai absobans memiliki persamaan regresi Y = 0,011514X +12,94511dengan R = 0,994595 artinya semakin tinggi konsentrasi kalium permanganat semakin tinggi nilai absobanya nya.
polaritas senyawa tersebut rendah dibandingkan dengan air sehingga pelarut yang baik untuk ekstraksi adalah solven yang kurang polar Pengaruh positif perlakuan konsentrasi Kalium Permanganat terhadap nilai absobans memiliki persamaan regresi Y = 0,000324X +0,00000203 dengan R = 0,994595 artinya semakin tinggi konsentrasi kalium permanganat semakin tinggi nilai absobanya nya.







Kurva 1: kurva kalibasi Mno4- pada pada λ440 nm






Kurva 2: kurva kalibasi Mno4- pada pada λ530 nm








Kurva 1: kurva kalibasi Mno4- pada pada λ440 nm








Kurva 2: kurva kalibasi Mno4- pada pada λ530 nm










Kurva 3: kurva kalibasi Mno4- pada pada λ440 nm



Kurva 2: kurva kalibasi Mno4- pada pada λ530 nm



Adapun persamaan reaksi pada yang dapat kita ketahui berdasarkan hasil praktikum adalah sebagai berikut :

+ 
KmnO4 + H2SO4  2H+ + KMnH2SO8


+ 

KmnO4 + K2CrO7  2H+ + KMnH2SO8


KmnO4 + K2CrO7  2H+ + KMnH2SO8





































VII. Kesimpulan
Konsentrasi Kalium permanganat 0,0006 M memberikan pengaruh yang nyata, terlihat dari:
Internsitas warnanya yang memiliki nilai absorbansi maksimal yang paling tinggi 1,49 dibandingkan dengan konsentrasi Kalium permanganat yang lain. Pada penentuan panjang gelombang optimal dengan menggunakan spektrofotometri sebesar 530 nm
Untuk kurva kalibrasi dari data yang ada berbentuk linier artinya konsentrasi kalium permananat berbanding lurus dengan absorban yang ada
. Dari hasil percobaan di dapatkan semakin tinggi konsentrasi kalium permanganat maka semakin besar pula absorban yang dihasilkan.
Konsentrasi Kalium permanganat 0,0006 M memberikan pengaruh yang nyata, terlihat dari:
Internsitas warnanya yang memiliki nilai absorbansi maksimal yang paling tinggi 1,49 dibandingkan dengan konsentrasi Kalium permanganat yang lain. Pada penentuan panjang gelombang optimal dengan menggunakan spektrofotometri sebesar 530 nm


Konsentrasi Kalium permanganat 0,0006 M memberikan pengaruh yang nyata, terlihat dari Internsitas warnanya yang memiliki nilai absorbansi maksimal yang paling tinggi 1,49 dibandingkan dengan konsentrasi Kalium permanganat yang lain. Pada penentuan panjang gelombang optimal dengan menggunakan spektrofotometri sebesar 530 nm

Konsentrasi Kalium permanganat 0,0006 M memberikan pengaruh yang nyata, terlihat dari Internsitas warnanya yang memiliki nilai absorbansi maksimal yang paling tinggi 1,49 dibandingkan dengan konsentrasi Kalium permanganat yang lain. Pada penentuan panjang gelombang optimal dengan menggunakan spektrofotometri sebesar 530 nm

Tuesday 9 April 2013

PEMANFAATAN BAHAN ALAM BERPORI SEBAGAI ASORBEN PADA PROSES BLEACHING CPO



A. Tujuan
Membandingkan kemampuan adsorbsi bahan alam berpori (bentonit, lempung, dan kapur) dalam pemucatan (bleaching) CPO

B. Dasar teori
Kelapa sawit (Elaesis gueeenensis Jacq .) merupakan tumbuhan penghasil minyak nabati yang subur didaerah tropis termasuk Indonesia. Saat ini Indonesia menduduki peringkat kedua dunia sebagai negara penghasil minyak kelapa sawit mentah (Crude Palm Oil) setelah Malaysia. Berdasarkan perkiraan setelah tahun 2010 Indonesia akan menjadi penghasil CPO terbesar dunia(Purba, 1995;Purwono,2001).
Selain mengandung minyak (trigliserida)sebagai komponen utama, minyak juga mengandung komponen minor, tokoferol dan sterol. Kandungan karetenoid dalam minyak sawit berkisar 500-1000 ppm, dengan komponen utama α karoten dan β karoten (Fauzi,Yan,dkk.2002).
Adapun rumus senyawa Senyawa yang terdapat dalam minyak kelapa sawit adalah:


Kolesterol Sitosterol

Di samping itu ada berbagai asam dan beragai senyawaa rumus asam yang terkandung dalam seperti asam lioleat, asam kaprat dan berbagai asma yang lain.
Pada awal tahun 2004 telah dirintis pendirian pabrik minyak goreng yaitu Pabrik minyak goreng Papua Mas di UPT Arso Swakarsa Jayapura. Pabrik percontohan tersebut beroprasi dengan kapasitas produksi 600 L minyak goreng perhari. Bila proyek ini berhasil maka kapasitas produksi akan ditingkatkan menjadi 25.000 L per hari. Sedangkan saat ini pengoperasian pabrik tersebut masih mengantungkan sumber daya dari luar Papua, baik tenaga maupun bahan pendukung pengolahannya. Kondisi tersebut sangat tidak menguntungkan untuk mengembangkan untuk pengembangan pabrik minyak goreng yang didirikan.
Salah satu proses pengolahan CPO menjadi minyak goreng adalah pemucatan dengan tujuan menghilangkan warna oranye adanya karoten. Bahan pemucat/ absorben yang biasa digunakan adalah bentonit. Pabrik percontohan tersebut menggunakan betonit yang langsung didatangkan dari Jawa Barat. Hal tersebut menjadikan biaya pabrik menjadi besar. Untuk mengatasi hal tersebut perlu dilakukan pengkajian mineral Papua yang digunakan sebagai pemucat untuk menggantikan ketergantungan suplai bentonit dan mendukung pengembangan pabrik minyak goreng yang didirikan.
Lempung adalah mineral alam yang berpori dari golongan silikat yang berbetuk Kristal dengan struktur berlapis, mempunyai ukuran partikel lebih kecil dari dua micrometer. Bersifat liat basah dan keras jika kering. Diantara lapisanya terdapat kation-kation yang berfungsi menyeimbangkan muatan negatif yang ada pada bidang lapisnya .
Menurut Ketaren (1986), tanah lempung dapat kita gunakan sebagai pemucat karena adanya ion Al3+ pada permukaan lempung yang dapat mengikat beta karoten dalam CPO. Selain itu tanah lempung secara mikroskopik merupakan bahan yang berlapis dari Alumina silikat. Lorong pori/yang terbentuk antar lapisan lempung memainkan peranan penting dalam fungsinya sebagai adsorben.
Sementara itu batu kapur atau batu gamping adalah mineral hasil pelapukan mikroorganisme laut dalam waktu yang sangat lama. Batu kapur didominasi oleh mineral kalsit (CaCO3). Batu kapur atau batu gamping merupakan sedimen karbonat yang terdapat di alam yang sebagian besar terdiri kalsium karbonat (Sukandarrumidi,1998). Batu kapaur berwarna putih kekuningan dan abu-abu. Pembentukan warna tergantung kondisi dimana batuan itu terbentuk. Berdasarkan unsur-unsur penyusun selain kalsium , batu kapur diklasifikasikan menjadi 3, yaitu;
• Dolomitic Limestone adalah batu kapur yang mengandung lebih dari 5 % magnesium karbonat.
• Argillaceous Limestone adalah batu kapur yang mengandung lempung .
• Silliceous Limestone adalah batu kapur yang mengandung pasir dan kwarsa


C. Alat dan bahan
1. Alat
- Gelas ukur 25 ml
- Martelu
- Gelas beaker 100 mL
- Timbangan analitik
- Hotplate
- Ayakan 20 mesh
- Corong gelas
- Spatula
2. bahan
- Crude Palm Oil (CPO)
- Lempung
- Batu kapur
- Bentonit (zeolit)
- Kertas saring
D. Cara kerja
1. Menggerus batu kapur dengan martelu sampai halus.
2. Mengayak batu kapur gerusan dengan ayakan 200 Mesh.
3. Menimbang sebanyak 2 gram untuk batu kapur hasil gerusan , bentonit dan lempung Klasaman yang telah disediakan.
4. Menghangatkan CPO sehingga menjadi cair dan mudah dituang.
5. Mengambil 25 mL CPO dengan gelas ukur dan menuangkanya dalam beaker 50 ml.
6. Memanaskan CPO tersebut, menambahkan adsorbens dan mengaduk dengan stire magnet selama 1jam,mengamati proses yang terjadi.
7. menyaring untuk memisahkan padatan dengan minyak hasil adsorbsi.
8. Mengamati dan membandingkan kemampuan adsorbsi/pemucatan antar bahan adsorben yang digunakan.

E. Hasil percobaan

Data yang diperoleh setelah percobaan adalah perbedaan volume dan warna . Adapun warna awal, volume awal, warna akhir, dan volume akhir sebagai berikut:

Perlakuan Volume awal Warna awal Volume akhir warna akhir
CPO + Lempung 20 ml Oranye 9 ml Kuning tua
CPO + Batu kapur 20 ml Oranye 10,5 ml Oranye
CPO + Bentonit 20 ml Oranye 11 ml Kuning keemasan

F. Pembahasan
Bahan pemucat/ absorben yang biasa digunakan adalah bentonit. Pabrik pada umumnya menggunakan betonit yang langsung didatangkan dari tempat yang mempunyai jarak cukup jauh . Hal tersebut menjadikan biaya pabrik menjadi besar. Untuk mengatasi hal tersebut perlu dilakukan pengkajian mineral yang digunakan sebagai pemucat untuk menggantikan ketergantungan suplai bentonit dan mendukung pengembangan pabrik minyak goreng yang didirikan.
Pada praktikum ini kita pelajari tentang perbandingan warna setelah diabasorbsi dengan batu kapur, bentonit, dan lempung. Warna yang diperoleh setelah pemambahan bentonit yaitu kuning keemasan dijadikan standar untuk bleaching CPO. Warna yang diharap setelah penambahan ketiga bahan alam berpori adalah kuning keemasan .
Warna yang dihasilkan setelah penambahan batu kapur berwarna oranye namun berbeda dengan warna awal, lempung berwarna kuning tua , sedangkan bentonit berwarna kuning keemasan.
Adanya penyimpangan warna setelah penambahan batu kapur disebabkan kandungan air dalam batu kapur belum diminimalisir, kurangnya pemanasan pada batu kapur, dan CPO yang digunakan berupa padatan.


G. Kesimpulan
1. Bahan alam berpori seperti lempung, bentonit, dan batu kapur dapat digunakan sebagai absorben pada bleaching CPO
2. Lempung dan batu kapur dapat dijadikan pengganti bentonit.
3. Warna yang baik setelah diadasorbsi adalah kuning keemasan
4. Lempung relatif lebih baik digunakan sebagai adsorben dibanding batu kapur.

Monday 8 April 2013

PEMURNIAN KRISTAL KNO3 BERDASARKAN PERBEDAAN KELARUTAN



A. Tujuan
1. Mempelajari pembuatan garam KNO3 dan hasil reaksi antara NaNO3 dan KCl.
2. Mempelajari pemisahan garam tersebut dari hasil samping NaCl berdasarkan perbedaan kelarutan.
3. menghitung Rendemen hasil Kristal yang diperoleh.

B. Dasar Teori
Garam Nitrat dari hampir semua logam telah dikenal. Di alam garam nitrat banyak dijumpai di Chili terutama dalam bentuk NaNO3 dan sering disebut sendawa Chili. Sedangkan istilah sendawa untuk nama umum garam Kalium nitrat. Sebagian besar garam nitrat bersifat higroskopis dan mudah larut dalam air. Beberapa garam nitrat dapat diperoleh dalam bentuk anhidrat dan tidak mengalami dekomposisi pada pemanasan yang cukup tinggi. KNO3 mempunyai titik leleh 3360C dan pada suhu tinggi akan akan terurai menurut reaksi :

2KNO3 2KNO2

Jika garam ini melebur maka leburanya berupa oksidator kuat. Belerang, arang, dan fosfat dapat teroksidasi (terbakar) dalam larutan ini dengan hasil masing-masing garam-garam Kalium sulfat, Kalium karbonat dan kalium fosfat.
Banyak sekali reaksi yang dipergunakan dalam analisis anorganik yang melibatkan pembentukan endapan. Endapan adalah zat yang memisahkan diri sebai suatu fase padat keluar dari larutan ,endapan mungkin berupa Kristal (kristalin) atau koloid dan dapat dikeluarkan dari larutan dengan penyaringan. Endapan terbentuk jika larutan menjadi terlalu jenuh dengan zat yang bersangkutan.
Kelarutan suatu endapan menurut definisi adalah sama dengan konsentrasi molar dari larutan jenuhnya. Kelarutan tergantung pada berbagai kondisi seperti suhu, tekanan, konsentrasi bahan-bahan lain dalam larutan itu dan pada komposisi pelarutnya (Vogel , 1990). Menurut Brady(1999) kelarutan berbagai garam anorganik dalam air akan bertambah dengan naiknya suhu.
Secara umum partikel dijumpai dalam larutan zat anorganik berasal dari padatan yang telah dilarutkan dalam air. Jangkauan kelarutan dalam air adalah sangat luas. KNO3 larut dalam air sebesar 31,6 gram dalam 100 mL air pada suhu 20 0C sedangkan AgCl larut hanya sebesar 0,0001 gr/ 100 ml air pada 100C. Mengapa satuzat sangat larut dan zat yang lain hanya sedikit mungkin diterangkan pada panas gaya tarik menarik antara partikel solute dan molekul pelarut. (Gilreath, 1988).
Ketika suatu zat membeku atau dibuat berdasarkan suatu reaksi pengendapan akan terbentuk Kristal - Kristal yang rapi dan teratur dari suatu Kristal adalah cermin dari pengulangan pola dari atom ,molekul atau ion yang berada di dalamnya .keaturan ini memungkinkan analisa yang terinci dari struktur zat padat dan telah mengarahkan pada pengetahuan mengenai bentuk dari molekul dan ukuran dari atom dan ion (brady,1999).
Dalam percobaan ini akan dipelajari pembentukan dan pemisahan KNO3 dengan cara mereaksikan larutan jenuh
KCI + NaNO3 NaCI +KNO3

Apabila cairan ini didinginkan maka KNO3 akan mengkristal lebih dulu karena kelarutannya dalam pelarut air akan berkurang pada temperatur yang rendah sedangkan Nacl memiliki kelarutan yang lebih besar. Berdasarkan hal tersebut maka pemurnian KNO3 dari NaCl dapat dilakukan dengan cara pengaturan variabel temperatur percobaan. KNO3 mengkristal dalam bentuk Kristal rombik tetapi jika larutan diuapkan maka secara perlahan-lahan akan mengkristal dalam bentuk rombohedral yang merupakan isomorf dengan NaNO3 dan kalsit.
Kedua hasil tersebut dapat dipisahkan berdasarkan perbedaan sifat kelarutan dengan pelarut air pada suhu rendah. Menurut Gilreath (1988)kenaikan suhu menghasilkan efek yang luas terhadap kelarutan padatan dalam air. Biasanya kelarutan tersebut bertambah dengan bertambahnya suhu tetapi ada pengecualian pada aturan umum ini.


S KNO3
NaCl



C. Alat dan Bahan
1. Alat
• Gelas ukur 50 ml
• Gelas beaker 100 Ml dan 250 mL
• Timbangan analitik
• Hotplate
• Gelas arloji
• Corong gelas
• Batang pengaduk
2. bahan
• Garam KCl
• Garam
• Aquades
• Kertas saring Whatman
D. Cara kerja
a. Pembuatan garam KNO3
1. Melarutkan 7,5 gram KCl dan 8,5 gram NaNO3 masing- masing dalam air panas.
2. Mencampurkan kedua larutan tersebut kemudian diuapkan sampai volumenya menjadi setengahnya dengan menggunakan hotplate.
3. Menyaring larutan tersebut dalam keadaan panas kemudian melanjutkan penguapan hi8ngga hampir terbentuk Kristal.
4. Mendinginkan larutan itu dengan menempatkannya pada bak air sedan mengamati proses pembentukan Kristal KNO3


b. Pemurnian Kristal KNO3
1. Melarutkan Kristal yang dihasilkan dengan sedikit aquadest sambil dipanaskan.
2. Mendinginkan larutan tersebut pada bak es, setelah terbentuk Kristal yang maksimal, kemudian disaring sehingga diperoleh Kristal KNO3 yang bebas Cl-.
3. Mengeringkan Kristal yang dihasilkan.
4. Menghitung rendemen yang dihasilkan.

E. Hasil percobaan

Setelah melakukan praktikum maka dapat kita peroleh data sebagai berikut;
Reaksi yang terjadi :

KCl + NaNO3 KNO3 + NaCl

Berat KCl yang ditimbang = 7,498 gr
Berat NaNO3 yang ditimbang = 8,507 gr
Berat kertas saring = 1,701 gr
Berat Kertas saring+ Kristal KNO3 = 11,875 gr
Berat Kristal KNO3 = 10,174 gr
Warna Kristal = putih
Bentuk Kristal = tipis panjang, seperti jarum kecil-kecil















F. Pembahasan
Pada praktikum kita memisahkan KNO3 dari larutan NaCl kita menggunakan pengaturan suhu yaitu pada suhu rendah. Hal ini dilakukan karena pada suhu rendah KNO3 tidak terlarut .
Apabila cairan ini didinginkan maka KNO3 akan mengkristal lebih dulu karena kelarutannya dalam pelarut air akan berkurang pada temperatur yang rendah sedangkan Nacl memiliki kelarutan yang lebih besar. Berdasarkan hal tersebut maka pemurnian KNO3 dari NaCl dapat dilakukan dengan cara pengaturan variabel temperatur percobaan. KNO3 mengkristal dalam bentuk Kristal rombik tetapi jika larutan diuapkan maka secara perlahan-lahan akan mengkristal dalam bentuk rombohedral yang merupakan isomorf dengan NaNO3 dan kalsit.
Kedua hasil tersebut dapat dipisahkan berdasarkan perbedaan sifat kelarutan dengan pelarut air pada suhu rendah. Menurut Gilreath (1988)kenaikan suhu menghasilkan efek yang luas terhadap kelarutan padatan dalam air. Biasanya kelarutan tersebut bertambah dengan bertambahnya suhu tetapi ada pengecualian pada aturan umum ini.
Berdasarkan data hasil praktikum dapat kita cari mol KCl, mol NaCl, Mol KNO3, berat Kristal KNO3, dan rendemen sebagai berikut:
Perhitungan :
Reaksi yang terjadi :

KCl + NaNO3 KNO3 + NaCl

Mol KCl = mol NaNO3 = mol KNO3 = mol NaCl
Mol KCl = = = 0,1 mol
Mol NaNO3 = = = 0,1 mol
Mol KNO3 = x 0,1 mol = 0,1 mol
Berat teoritis KNO3 = mol xMr.KNO3 = 0,1 mol x 101 gr/mol = 10,1 gr
Berat Kristal KNO3 hasil praktikum = 10, 174 gr
Rendemen =











G. Kesimpulan

1. Pembuatan garam KNO3 dapat dilakukan dengan mereaksikan antara NaNO3 dan KCl.
2. Pemisahan garam KNO3 dari hasil samping NaCl berdasarkan perbedaan kelarutan.
3. Rendemen hasil Kristal yang diperoleh adalah 100,7%.



Wednesday 3 April 2013

Bermain angka Bag 5 : Kuadrat bilangan dan selisih kuadrat bilangan

KUADRAT BILANGAN

A. Mengkuadratkan bilangan-bilangan yang berakhiran 5
Contoh :
352 = …
Caranya :
1) Pisahkan 5 dari angka sebelumnya (3).
2) Kalikan 3 dengan bilangan yang diatasnya, yaitu 4.
3 × 4 = 12
3) Kuadratkan 5, 52 = 25.
4) Tulislah 25 setelah 12 untuk mendapatkan jawabannya.
35 2 = 1.225
B. Kuadrat bilangan yang berawalan 5
Caranya sebagai berikut :
1) Kalikan puluhan dan tambah dengan nilai satuan
2) Kuadratkan nilai satuannya (harus bebentuk 2 digit)
3) Gabungkan 1 dan 2
Contoh :
512 = …
1) 5 × 5 + 1 = 25 + 1 = 26
2) 12 = 1  01
3) 2601 (JAWABAN)

C. Mengkuadratkan bilangan-bilangan yang berakhiran 1
Contoh 312 = …
Caranya :
1) Kurangilah bilangan tersebut dengan 1. 31 – 1 = 30
2) Kuadratkan hasil dari 1)
30 2 = 30 × 30 = 3 × 3 × 10 × 10 = 3.300 (Ini adalah sub total jawaban kita)
3) Tambahkanlah 30 dengan 31 (bilangan yang telah kita kuadratkan bilangan yang ingin kita kuadratkan)
30 + 31 = 61
4) Tambahkanlah hasil ini dengan subtotal kita,
900 + 61 = 961 (JAWABAN)
Kita juga bisa menggunakan metode bilangan yang berakhiran 1 untuk mengkuadratkan bilangan yang berakhiran 6. Contohnya sebagai berikut :
862 = …
Kita perlakukan 86 sebagai 85 lebih 1, sehingga :
1) Kurangilah 86 dengan 1. 86 – 1 = 85
2) Kuadratkan hasil dari 1)
852 = 7.225 (Gunakan cara pintas mengkuadratkan bilangan yang berakhiran 5)
Ini adalah sub total jawaban kita
3) Tambahkanlah 85 dengan 86 (bilangan yang telah kita kuadratkan bilangan yang ingin kita kuadratkan)
85 + 86 = 171
4) Tambahkanlah hasil ini dengan subtotal kita,
7.225 + 171 = 7.396 (JAWABAN)

D. Mengkuadratkan bilangan yang berakhiran 9
Contoh : 292 = …
Caranya :
1) Tambahkan 1 pada bilangan tersebut.
29 + 1 = 30
2) Kuadratkan hasil dari 1)
302 = 900 (Ini adalah subtotal dari jawaban kita)
3) Tambahkan 30 dengan 29 (bilangan yang telah kita kuadratkan bilangan yang ingin kita kuadratkan)
30 + 29 = 59
4) Kurangi 900 dengan 59
900 – 59 = 841 (JAWABAN)
(cara cepat : kurangi 900 dengan 60, kemudian tambahkan dengan 1)

Kemudian, bagaimana dengan 842 ….?
Kita menganggap 84 adalah 85 dikurang 1, sehingga :
842 =…
1) Tambahkan 1 pada bilangan tersebut.
84 + 1 = 85
2) Kuadratkan hasil dari 1)
852 = 7.225 (Ini adalah subtotal dari jawaban kita)
3) Tambahkan 85 dengan 84 (bilangan yang telah kita kuadratkan bilangan yang ingin kita kuadratkan)
85 84 = 169
4) Kurangi 7225 dengan 169
7225 – 169 = 7.056 (JAWABAN)
(Cara cepat : Kurangi 7.225 dengan 200, kumudian tambahkan 31)

E. Mengkuadratkan Bilangan-bilangan yang mendekati 50
Metode yang digunakan untuk mengkuadratkan bilangan yang mendekati 50 menggunakan rumus yang sama dengan metode yang digunakan untuk perkalian bisaa.
Contoh :
482 =
48 kuadrat sama artinya dengan 48 × 48.
Bulatkan 48 menjadi 50. Sehingga perkaliannya menjadi 50 × 50 = 2.500.
Kita gunakan 50 dan 2.500 sebagai bilangan rujukan.
1) Hitung berapa kekurangan atau kelebihan bilangan tersebut dari 50. Kekurangan 48 dari 50 adalah 2.
2) Jika bilangan tersebut kurang dari 50, berilah tanda negative, bi;la lebih dari 50, berilah tanda positif. Karena 48 lebih kecl dari 50, maka 2 adalah bilangan negative  ─2
3) Jumlahkan 25 (diambil dari angka ribuan ‘2.5’00) dengan ─2.
25 + (– 2) = 23
4) Tambahkan dua buah angka nol (diambil dari angka ribuan 25’00’) di belakang 23 sehingga menjadi 2.300.
5) Untuk mendapatkan sisa jawaban, kuadratkanlah hasil dari 1).
22 = 4
6) Jumlahkan hasil dari 4) dan 5)
2.300 + 4 = 2.304 (JAWABAN)

Kita coba lagi dengan contoh lain.
562 = …
1) Hitung kurang atau lebihnya angka tersebut dari 50  6
2) Jika kurang dari 50 berilah tanda negative, jika lebih dari 50 berilah tanda positif
+ 6
3) Tambahkan 25 dengan hasil dari 2).
25 6 = 31
4) Tambahkan 2 buah nol di belakang angka 31, sehingga menjadi 3.100
5) Kuadratkan hasil dari 1)
62 = 36
6) Jumlahkan hasil dari 4) dan 5)
3.100 + 36 = 3.136 (JAWABAN)

F. Mengkuadratkan Bilangan-Bilangan Yang Mendekati 500
Strategi yang digunakan disini sama dengan strategi yang digunakan pada bilangan-bilangan yang mendekati 50.
500 × 500 = 250.000
Kita gunakan 500 dan 250.000 sebagai bilangan rujukan.

5062 =
1) Hitung kurang atau lebihnya angka tersebut dari 500  6
2) Jika kurang dari 500 berilah tanda negative, jika lebih dari 50 berilah tanda positif
506 lebih besar dari 500 yaitu 506 = 500 + 6, sehingga tanda angka 6 adalah positif.
3) Tambahkan 250 ( diambil dari ‘250’.000) dengan 6.
250 + 6 = 256
4) Tambahkan tiga buah nol (dari 250.’000’) di belakang 256.
256.000
5) Kuadratkan hasil dari 1).
62 = 36
6) Kemudian jumlahkan hasil dari 4) dan 5)
256.000 + 36 = 256.036 (JAWABAN)
Contoh yang lain, misalnya :
4882 =
1) Hitung kurang atau lebihnya angka tersebut dari 500  12
2) Jika kurang dari 500 berilah tanda negative, jika lebih dari 50 berilah tanda positif
488 lebih kecil dari 500 sehingga 12 tandanya negative  ─12
3) Tambahkan 250 ( diambil dari ‘250’.000) dengan ─12.
250 + (─12) = 238
4) Tambahkan tiga buah nol (dari 250.’000’) di belakang 238.
238.000
5) Kuadratkan hasil dari 1).
122 = 144
6) Kemudian jumlahkan hasil dari 4) dan 5)
238.000+ 144 = 238.144 (JAWABAN)

G. Mengkuadratkan bilangan-bilangan yang dekat dengan 100
Kuadrat bilangan yang dekat dengan 100 dapat diselesaikan menggunakan rujukan 100. Contoh :
942 =
1) Hitung berapakah kurangnya 94 dari 100? 6.
2) Kemudian jumlah dan kurangkan 94 dengan 6.
3) Selanjutnya kalikan kedua bilangan yang telah dijumlah dan dikurangkan tersebut.
(94 + 6)×(94 – 6) = 100 × 88 = 8.800
4) Kuadratkan hasil dari 1)  62 = 36
5) Jumlahkan hasil dari 3) dan 4)
8.800 + 36 = 8.836

SELISIH KUADRAT

A. Selisih Kuadrat Bilangan Berurutan
Selisih kuadrat bilangan berurutan selalu sama dengan jumlah bilangan-bilangan kuadratnya.
Contoh :
122 – 112 = 12 + 11 = 23
92 – 82 = 9 + 8 = 17

B. Selisih kuadrat bilangan dengan selisih atau beda 2
Caranya jumlahkan angka-angka kuadratnya, kemudian kalikan 2.
Contoh :
132 – 112 = 13 + 11 = 24  24 × 2 = 48
C. Selisih kuadrat bilangan dengan selisih atau beda 10
Caranya jumlahkan angka-angka kuadratnya, kemudian kalikan dengan 10
Contoh :
242 – 142 = 24 + 14 = 38  38 × 10 = 380
D. Selisih kuadrat dengan beda sembarang
Caranya :
1) Jumlahkan angka-angka kuadratnya
2) Hitung selisih dari angka-angka kuadratnya
3) Hasilnya : Kalikan 1 dan 2
Contoh :
82 – 52 = (8+5)(8–5) = 13 × 3 = 39
112 – 52 = (11+5)(11–5) = 16 × 6 = 96