Tuesday 9 April 2013

PEMANFAATAN BAHAN ALAM BERPORI SEBAGAI ASORBEN PADA PROSES BLEACHING CPO



A. Tujuan
Membandingkan kemampuan adsorbsi bahan alam berpori (bentonit, lempung, dan kapur) dalam pemucatan (bleaching) CPO

B. Dasar teori
Kelapa sawit (Elaesis gueeenensis Jacq .) merupakan tumbuhan penghasil minyak nabati yang subur didaerah tropis termasuk Indonesia. Saat ini Indonesia menduduki peringkat kedua dunia sebagai negara penghasil minyak kelapa sawit mentah (Crude Palm Oil) setelah Malaysia. Berdasarkan perkiraan setelah tahun 2010 Indonesia akan menjadi penghasil CPO terbesar dunia(Purba, 1995;Purwono,2001).
Selain mengandung minyak (trigliserida)sebagai komponen utama, minyak juga mengandung komponen minor, tokoferol dan sterol. Kandungan karetenoid dalam minyak sawit berkisar 500-1000 ppm, dengan komponen utama α karoten dan β karoten (Fauzi,Yan,dkk.2002).
Adapun rumus senyawa Senyawa yang terdapat dalam minyak kelapa sawit adalah:


Kolesterol Sitosterol

Di samping itu ada berbagai asam dan beragai senyawaa rumus asam yang terkandung dalam seperti asam lioleat, asam kaprat dan berbagai asma yang lain.
Pada awal tahun 2004 telah dirintis pendirian pabrik minyak goreng yaitu Pabrik minyak goreng Papua Mas di UPT Arso Swakarsa Jayapura. Pabrik percontohan tersebut beroprasi dengan kapasitas produksi 600 L minyak goreng perhari. Bila proyek ini berhasil maka kapasitas produksi akan ditingkatkan menjadi 25.000 L per hari. Sedangkan saat ini pengoperasian pabrik tersebut masih mengantungkan sumber daya dari luar Papua, baik tenaga maupun bahan pendukung pengolahannya. Kondisi tersebut sangat tidak menguntungkan untuk mengembangkan untuk pengembangan pabrik minyak goreng yang didirikan.
Salah satu proses pengolahan CPO menjadi minyak goreng adalah pemucatan dengan tujuan menghilangkan warna oranye adanya karoten. Bahan pemucat/ absorben yang biasa digunakan adalah bentonit. Pabrik percontohan tersebut menggunakan betonit yang langsung didatangkan dari Jawa Barat. Hal tersebut menjadikan biaya pabrik menjadi besar. Untuk mengatasi hal tersebut perlu dilakukan pengkajian mineral Papua yang digunakan sebagai pemucat untuk menggantikan ketergantungan suplai bentonit dan mendukung pengembangan pabrik minyak goreng yang didirikan.
Lempung adalah mineral alam yang berpori dari golongan silikat yang berbetuk Kristal dengan struktur berlapis, mempunyai ukuran partikel lebih kecil dari dua micrometer. Bersifat liat basah dan keras jika kering. Diantara lapisanya terdapat kation-kation yang berfungsi menyeimbangkan muatan negatif yang ada pada bidang lapisnya .
Menurut Ketaren (1986), tanah lempung dapat kita gunakan sebagai pemucat karena adanya ion Al3+ pada permukaan lempung yang dapat mengikat beta karoten dalam CPO. Selain itu tanah lempung secara mikroskopik merupakan bahan yang berlapis dari Alumina silikat. Lorong pori/yang terbentuk antar lapisan lempung memainkan peranan penting dalam fungsinya sebagai adsorben.
Sementara itu batu kapur atau batu gamping adalah mineral hasil pelapukan mikroorganisme laut dalam waktu yang sangat lama. Batu kapur didominasi oleh mineral kalsit (CaCO3). Batu kapur atau batu gamping merupakan sedimen karbonat yang terdapat di alam yang sebagian besar terdiri kalsium karbonat (Sukandarrumidi,1998). Batu kapaur berwarna putih kekuningan dan abu-abu. Pembentukan warna tergantung kondisi dimana batuan itu terbentuk. Berdasarkan unsur-unsur penyusun selain kalsium , batu kapur diklasifikasikan menjadi 3, yaitu;
• Dolomitic Limestone adalah batu kapur yang mengandung lebih dari 5 % magnesium karbonat.
• Argillaceous Limestone adalah batu kapur yang mengandung lempung .
• Silliceous Limestone adalah batu kapur yang mengandung pasir dan kwarsa


C. Alat dan bahan
1. Alat
- Gelas ukur 25 ml
- Martelu
- Gelas beaker 100 mL
- Timbangan analitik
- Hotplate
- Ayakan 20 mesh
- Corong gelas
- Spatula
2. bahan
- Crude Palm Oil (CPO)
- Lempung
- Batu kapur
- Bentonit (zeolit)
- Kertas saring
D. Cara kerja
1. Menggerus batu kapur dengan martelu sampai halus.
2. Mengayak batu kapur gerusan dengan ayakan 200 Mesh.
3. Menimbang sebanyak 2 gram untuk batu kapur hasil gerusan , bentonit dan lempung Klasaman yang telah disediakan.
4. Menghangatkan CPO sehingga menjadi cair dan mudah dituang.
5. Mengambil 25 mL CPO dengan gelas ukur dan menuangkanya dalam beaker 50 ml.
6. Memanaskan CPO tersebut, menambahkan adsorbens dan mengaduk dengan stire magnet selama 1jam,mengamati proses yang terjadi.
7. menyaring untuk memisahkan padatan dengan minyak hasil adsorbsi.
8. Mengamati dan membandingkan kemampuan adsorbsi/pemucatan antar bahan adsorben yang digunakan.

E. Hasil percobaan

Data yang diperoleh setelah percobaan adalah perbedaan volume dan warna . Adapun warna awal, volume awal, warna akhir, dan volume akhir sebagai berikut:

Perlakuan Volume awal Warna awal Volume akhir warna akhir
CPO + Lempung 20 ml Oranye 9 ml Kuning tua
CPO + Batu kapur 20 ml Oranye 10,5 ml Oranye
CPO + Bentonit 20 ml Oranye 11 ml Kuning keemasan

F. Pembahasan
Bahan pemucat/ absorben yang biasa digunakan adalah bentonit. Pabrik pada umumnya menggunakan betonit yang langsung didatangkan dari tempat yang mempunyai jarak cukup jauh . Hal tersebut menjadikan biaya pabrik menjadi besar. Untuk mengatasi hal tersebut perlu dilakukan pengkajian mineral yang digunakan sebagai pemucat untuk menggantikan ketergantungan suplai bentonit dan mendukung pengembangan pabrik minyak goreng yang didirikan.
Pada praktikum ini kita pelajari tentang perbandingan warna setelah diabasorbsi dengan batu kapur, bentonit, dan lempung. Warna yang diperoleh setelah pemambahan bentonit yaitu kuning keemasan dijadikan standar untuk bleaching CPO. Warna yang diharap setelah penambahan ketiga bahan alam berpori adalah kuning keemasan .
Warna yang dihasilkan setelah penambahan batu kapur berwarna oranye namun berbeda dengan warna awal, lempung berwarna kuning tua , sedangkan bentonit berwarna kuning keemasan.
Adanya penyimpangan warna setelah penambahan batu kapur disebabkan kandungan air dalam batu kapur belum diminimalisir, kurangnya pemanasan pada batu kapur, dan CPO yang digunakan berupa padatan.


G. Kesimpulan
1. Bahan alam berpori seperti lempung, bentonit, dan batu kapur dapat digunakan sebagai absorben pada bleaching CPO
2. Lempung dan batu kapur dapat dijadikan pengganti bentonit.
3. Warna yang baik setelah diadasorbsi adalah kuning keemasan
4. Lempung relatif lebih baik digunakan sebagai adsorben dibanding batu kapur.

No comments: