Monday 25 March 2013

PENENTUAN KANDUNGAN MANGAN SECARA SPEKTROFOTOMETRI SINAR TAMPAK


I. TUJUAN
1. Menentukan panjang gelombang optimal (묬¬¬maks) Kalium permanganate
2. Membuat kurva kalibrasi larutan kalium permanganate
3. Menghitung konsentrasi kalium permanganate dalam larutan sampel

II. DASAR TEORI
Spektrofotometer terdiri dari penghasil spectra tertentu dan fotometer, yaitu alat ukur perbandingan energi radiasi yang dijatuhkan dan ditransmisikan suatu bahan. Spektrofotometer sinar tampak dan ultra violet (UV-VIS) dapat digunakan untuk analisis Kualitatif dan kuantitatif banyak zat organik dan anorganik.
Sebelum analisis dilakukan terlebih dahulu dilakukan pemilihan lebih panjang gelombang optimum dimana terjadi serapan maksimum (λ¬maks), pada keadaan ini diperoleh kepekaan dan akurasi optimal. Selain itu beberapa kondisi seperti sifat pelarut, temperatur, pH, konsentrasi elektrolit dan adanya zat-zat pengganggu perlu diselidiki.
Perhitungan konsentrasi zat didasarkan atas hukum Lambert-Beer. Pada pelaksanaannya terlebih dahulu dibuat kurva kalibrasi (kurva Standar) yang menghubungkan absorbans dengan konsentrasi larutan-larutan standar. Konsentrasi larutan sampel dapat diketahui dengan memplotkan nilai absorbans sampel pada kurva kalibrasi. Cara ini dapat pula dilakukan dengan perhitungan regresi linear. `
Pengukuran absorbansi Secara kuantitatif energi radian berdasarkan hukum Beer. Para ahli kimia telah lama menggunakan warna sebagai alat bantu dalam mengenali zat-zat kimia, spektrofotometri dapat dianggap sebagai perluasan suatu pemeriksaan visual yang dengan studi lebih mendalam dari absorpsi energi radiasi oleh macam-macam zat kimia memperkenalkan pengukuran kuantitatif dan kualitatifnya dengan ketelitian yang lebih tinggi. Sebagian besar metode analisis kimia berdasarkan pada interaksi antara radiasi elektromagnetik dengan materi. Interaksi tersebut meliputi absorpsi, emisi, refleksi, dan transmisi radiasi oleh atam-atom atau molekul-molekul dalam suatu materi. Sifat- sifat inilah yang kemudian di manfaatkan sebagai prinsip dari spektoskopi. Spektrofotometri di definisikan suatu metode analisis kimia berdasarkan pengukuran seberapa banyak energi radiasi diabsorpsi oleh suatu zat sebagai fungsi panjang gelombang (Tahid, 2002).
No simbol Rumus Satuan Keterangan simbol
1
2
3
4
5 T
A
a
Є
B p/po
log10 po/p
A/bc
A/bM
..... .......
D,E
K
AM
l,d Transmitans
Absorbansi
Absortifitas
Absortifitas molar
Panjang gelombang
Dalam menganalisa senyawa kimia berdasarkan warna kita dapat merujuk pada tabel radiasi warna sinar tampak.
Prinsip dengan metode spektrofotometri ini adalah intensitas radiasi yang diteruskan oleh bahan pembanding dan radiasi yang diteruskan oleh contoh atau sampel. Spektrofotometri merupakan suatu metode analisis yang didasarkan pada absorpsi radiasi magnetik dimana gelombang dengan panjang berlainan akan menimbulkan cahaya dengan warna yang berlainan. Campuran cahaya dengan panjang gelombang antara 400- 760 nm merupakan penyusun cahaya putih yang meliputi seluruh spektrum tampak (Vogel, 1994).



III. ALAT DAN BAHAN
1. Spektrofotometer dan kuvet 5. Pipet Volumetrik
2. Kertas tissue lunak bebas farfum 6. Labu takar
3. Akuades 7. Kertas milimeter
4. Asam sulfat 8. Larutan KMnO4




IV. CARA KERJA
1. Menyiapkan larutan standar Kalium permanganat dengan konsentrasi
5 x 10-5 M, 1x10-4 M, 2 x10-4 M, 4 x10-4 M,dan 6 x10-4 M.
2. Spektrofotometer telah dihidupkan untuk memanaskan alat.
3. set panjang gelombang pada 400 nm. Kalibrasi pembacaan absorbans nol spektrofotometer dengan kuvet berisi larutan asam sulfat o,1 M.
4. mengukur absorbansi larutan permanganat 1 x10-4 M pada panjang gelombang 400 nm dan ulangi pembacaan setiap panjang gelombang 10 nm. Setiap pergantian panjang gelombang, lakukan kalbrasi ulang. Disekitar panjang gelombang 520 nm, pembacaan A dilakukan tiap selang 2 nm.
5. mebuat kurva absorsi larutan permangant dengan menglurkan nilai A terhadap panjang gelombang. Menetukan λmaks tersebut (dengan mengalurkan nilai A terhadap larutan konsentrasi larutan standar) dan hitunglah konsentrasi permanganat sampel.
V. HASIL
Data yang diperoleh dari ptraktikum adalah Absorbans berdasakan konsentrasi KmnO4 yang sudah ditentukan . Nilai konsentrasi dan Absorbans dapat dilihat dalam tabel sebai berikut:
No Konsentrasi Absorbans (A) λmaks
1 5 x10-5 0,13 530
2 1 x10-4 0,26 530
3 2 x10-4 0,51 530
4 4 x10-4 0,99 530
5 6 x10-4 1,49 530
6 X 0,75 530



VI. PEMBAHASAN
Kalium permanganat dan asam Sulfat jika direaksikan akan menghasilkan ion K+ dan senyawa H2Mnso7




+
H2SO4 + KMnO4 K+ +H2MnSO7












Nilai rerata pengamatan intensitas warna filtrat dari larutan kalium pemangnat memiliki absorbansi maksimal pada panjang gelombang 530 nm. Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan konsentrasi kalium permanganat memiliki pengaruh nyata terhadap intensitas warna. Pada kuva kalibrasi bahwa intensitas warna yang memiliki absorbansi maksimal dengan nilai 1,49 adalah konsentrasi kalium permanganat 0,00060 M.
Penurunan konsentrasi menyebabkan penurunan intensitas warna. Hal ini diduga bahwa secara kimia, kalium permanganat memiliki bentuk yang tersusun dari unsur yang memiliki orbital atom yang mengalami degradasi.
Hasil ini sesuai dengan praktikum yang menggunakan pelarut asm sulfat ternyata efektif digunakan. Hal ini disebabkan karena pada pelarut Asam Sulfat komponen Kalium permanganat lebih optimal terdifusi kelarutannya dan lebih mudah dibandingkan pada pelarut air, sehingga lebih efektif.
Selain itu diduga bahwa Kalium Permanganat memiliki tingkat kepolaran yang sama dengan asam sulfat sehingga kalum permanganat tersebut dapat larut dengan baik pada asam sulfat.

Hal ini diduga polaritas senyawa tersebut rendah dibandingkan dengan air sehingga pelarut yang baik untuk ekstraksi adalah solven yang kurang polar Pengaruh positif perlakuan konsentrasi Kalium Permanganat terhadap nilai absobans memiliki persamaan regresi Y = 0,011514X +12,94511dengan R = 0,999959 artinya semakin tinggi konsentrasi kalium permanganat semakin tinggi nilai absobanya nya.
Dalam memprediksi nilai konsentrasi (X) kita harus menentukan persamaan regresi linear dari kurva kalibrasi.
Y = 0,011514 +2461,058 X
0,75 = 0,011514 + 2461,058X
0,75- 0,011514 = 2461,058 X
0,738486 = 2461,058 X

X =3,0006 x 10-4
%Mn = V x c
% Mn1 = 100 cc x 0,00005 = 0,005 %
% Mn2 = 100 cc x 0,0001 = 0,01 %
% Mn3 = 100 cc x 0,0002 = 0,02 %
% Mn4 = 100 cc x 0,0004 = 0,04 %
% Mn5 = 100 cc x 0,0006 = 0,06 %
Spektrofotometer Sinar tampak dapat melihat spectra pada panjang gelombang 400 nm – 800 nm dan batas frekuensi 8 x 1014 - 4 x 10-14

Regression Statistics
Multiple R 0,999959
R Square 0,999917
Adjusted R Square 0,999889
Standard Error 0,005904
Observations 5

ANOVA
df SS MS F Significance F
Regression 1 1,259815 1,259815 36143,67 3,21E-07
Residual 3 0,000105 3,49E-05
Total 4 1,25992

Coefficients Standard Error t Stat P-value Lower 95% Upper 95% Lower 95,0% Upper 95,0%
Intercept 0,011514 0,00438 2,628656 0,078416 -0,00243 0,025455 -0,00243 0,025455
X Variable 1 2461,058 12,94511 190,1149 3,21E-07 2419,861 2502,255 2419,861 2502,255
Data yang diperoleh dapat diterima/ sesuai dengan dasar teori karena signifikansinya berada diantara -0,005 sampai 0,005 .
Kurva setelah nilai X diketahui sebagi berikut :
























VII. KESIMPULAN
Konsentrasi Kalium permanganat 0,0006 M memberikan pengaruh yang nyata, terlihat dari:
Internsitas warnanya yang memiliki nilai absorbansi maksimal yang paling tinggi 1,49 dibandingkan dengan konsentrasi Kalium permanganat yang lain. Pada penentuan panjang gelombang optimal dengan menggunakan spektrofotometri sebesar 530 nm
Untuk kurva kalibrasi dari data yang ada berbentuk linier artinya konsentrasi kalium permananat berbanding lurus dengan absorban yang ada
. Dari hasil percobaan di dapatkan semakin tinggi konsentrasi kalium permanganat maka semakin besar pula absorban yang dihasilkan.
Dari hasil perhitungan konsentrasi kalium permanganat yang di dapat sebesar

.
Saran
1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang spesifiksi kandungan Mangan dalam Larutan Kalium Permanganat
2. Perlu adanya Praktikum untuk aplikasi penggunaan spektrofotmetri.














DAFTAR PUSTAKA
Ewing w Galen, 1960 , Instumental method of chemical analysis, Tokyo: Kogakusha company LTD
Underwood AL and Day RA,1994, Analisa Kimia Kuantitatif, Jakarta : Penerbit Erlangga
Tahid, 2002. Spektrofotometri UV-VIS : Prinsip Dasar Peralatan Dan Penelitian, Pusat Penilitian Kimia. LIPI : Bandung
Vogel, 1994. Buku Teks Kimia Analisis Kuantitatif. Edisi ke-4. PT.Kalman Media Pusaka, Jakarta




Saturday 23 March 2013

PEMANFAATAN ABU TANDAN KOSONG KELAPA SAWIT SEBAGAI KATALIS PEMBUATAN BIODIESEL (BAG 2)


Preparasi Abu Tandan Kosong Kelapa Sawit

Abu Tandan kosong kelapa sawit diperoleh dari tempat pembakaran limbah tandan kosong kelapa sawit di pabrik kelapa sawit milik PTPN II Kabupaten Keerom. Abu Tandan Kosong kelapa sawit dipanaskan untuk dihilangkan aimya, digerus dan kemudian disaring dengan penyaring 100 mesh. Selanjutnya abu yang telah diabukan ulang di atas kompor listrik pada suhu sekitar 400°C selama 2 jam.

Abu tandan kosong kelapa sawit sebelum digerus dan disaring pada ayakan 100 mesh berwarna hitam lebih gelap dibanding setelah digerus dan disaring. Setelah disaring 100 mesh dan dipanaskan pada suhu sekitar 400 0C warna abu tandan kosong kelapa sawit berubah warna yaitu putih kehijauan seperti gambar dalam lampiran.

Proses pengabuan ulang abu tandan kosong kelapa sawit bertujuan untuk menghilangkan senyawa-senyawa karbon yang ada sehingga yang tertinggal hanya logam oksida teroksidasi lagi. Abu hasil pengabuan berwarna putih kehijauan yang rapuh. Selama proses pengabuan senyawa hidrokarbon akan terurai menjadi gas H2O dan gas CO2.



Proses Pembuatan Biodiesel dengan metode transesterifikasi

Proses Pembuatan Larutan Tandan Kosong Kelapa Sawit dalam etanol 70%

Pada pembuatan larutan abu tandan kosong kelapa sawit sebanyak 5 gram dilarutkan dalam 100 mL etanol 70%. Larutan etanol 70% merupakan asam sehingga dapat melarutkan kalium, kalsium dan logam aktif lain yang terdapat dalam abu tandan kosong kelapa sawit. Menurut Yuswono dkk (2007), dengan meningkatnya berat abu tandan kosong kelapa sawit, maka pembentukan biodiesel akan semakin baik.

Proses pelarutan abu tandan kosong kelapa sawit dilakukan dengan cara mencampurkan abu tandan kosong kelapa sawit dengan larutan etanol 70% dan disimpan dalam suhu kamar selama 24 jam untuk memaksimalkan logam-logam yang larut. Sebagai contoh kalium dalam K2O akan diubah menjadi kalium etoksida (KC2H5O) sesuai persamaan reaksi:

K2O(S) + C2H5OH(l) → KC2H5O(Aq) + H2O(l)

Selanjutnya menyaring endapan yang masih ada dan filtrat yang terbentuk adalah larutan logam/katalis. Sedangkan sisa abu yang sudah tidak dapat terlarut lagi disebabkan masih terdapatnya sisa karbon dan silika yang sudah membentuk kristal yang stabil.

Menurut Sibarani 2007, kalium yang terdapat pada abu tandan kosong kelapa sawit terutama berada dalam bentuk senyawa kalium karbonat (K2CO3). Larutan abu juga disiapkan dengan komposisi seperti ditampilkan pada tabel berikut.

Tabel Perbandingan Abu Tandan Kosong Kelapa Sawit dan etanol 70%

KODE


BERAT ATKKS (Gram)


VOLUME ETANOL

5


5,0098


100 mL

10


10,0209


100 mL

15


15,0200


100 mL

20


20,0114


100 mL

25


25,0012


100 mL



Proses Transesterifikasi

Suhu reaksi yang dioperasikan adalah 60 oC agar konversi etil ester optimal. Hal ini terjadi karena dengan naiknya suhu, maka tumbukan antar partikel semakin besar, sehingga reaksi berjalan semakin cepat dan konstanta reaksi semakin besar. Reaksi esterifikasi minyak komersial dengan etanol menjadi Fatty Acid Ethyl Ester (FAEE) dengan etanol merupakan reaksi endotermis, apabila suhu reaksi dinaikkan, maka kesetimbangan akan bergeser ke kanan/ke produk.

Peningkatan laju reaksi ini disebabkan oleh meningkatnya konstanta laju reaksi yang merupakan fungsi dari temperatur. Semakin tinggi temperaturnya, maka semakin besar konstanta laju reaksinya. Hal ini sesuai dengan persamaan Archenius :

k = A exp(-Ea/RT)

k = konstanta laju reaksi

A = frekuensi tumbukan

R = konstanta gas

T = temperatur

Ea = energi aktivasi

( Levenspiel, 1985 )

Waktu yang digunakan dalam proses tansesterifikasi adalah waktu optimum berdasarkan penelitian Maharani 2010 yaitu 120 menit. Semakin lama waktu reaksi maka kemungkinan kontak antar zat semakin besar sehingga akan menghasilkan konversi yang besar. Jika kesetimbangan reaksi sudah tercapai maka dengan bertambahnya waktu reaksi tidak akan menguntungkan karena tidak memperbesar hasil.

Pengadukan akan menambah frekuensi tumbukan antara molekul zat pereaksi dengan zat yang bereaksi sehingga mempercepat reaksi dan reaksi terjadi sempurna. Pengadukan dilakukan dengan menggunakan stirrer. Pengadukan dengan stirrer bertujuan untuk mempercepat laju reaksi pada reaksi transesterifikasi. Hal ini mempengaruhi peningkatan pembentukan metil ester.

Perbedaan fasa minyak goreng dan etanol dapat mengakibatkan penurunan kecepatan reaksi. Penurunan ini terjadi karena perpindahan massa dari gliserol ke etanol atau sebaliknya berjalan lambat karena perbedaan fasa kedua reaktan.

Katalisator berfungsi untuk mengurangi tenaga aktivasi pada suatu reaksi sehingga pada suhu tertentu harga konstanta kecepatan reaksi semakin besar. Pada reaksi esterifikasi yang sudah dilakukan biasanya menggunakan konsentrasi katalis antara 1 - 4 % berat sampai 10 % berat campuran pereaksi (Mc Ketta, 1978).

Adapun katalisator yang sangat berperan dalam reaksi menggunakan katalis abu tandan kosong kelapa sawit adalah CaO dan K2O. Mekanisme reaksi heterogen dengan menggunakan katalis CaO adalah sebagai berikut:

1. Katalis basa CaO merupakan tempat, dimana permukaan O-2 menyerang atom H+ dari etanol sehingga membentuk etoksi.

2. Etoksi menyerang atom dari trigliserida membentuk perantara tetra hedral.

3. Mengambil atom H+ dari CaO

4. Kemudian langkah terakhir adalah penyusunan kembali perantara tetrahedral menjadil etil ester dan gliserol























































Gambar Mekanisme reaksi Transesterifikasi dengan menggunakan Katalis basa

Hasil Biodiesel Pada Proses Transesterifikasi

Biodiesel yang dihasilkan dari proses transesterifikasi menggunakan 20 gram larutan abu dalam etanol (Berat abu masing-masing dalam 100 mL adalah 5, 10, 15, 20, dan 25) diukur volume, dihitung berat dan rendemenya. Hasil pengukuran dan perhitungannya ditampilkan pada tabel

Tabel Hubungan Berat Abu Tandan Kosong Kelapa Sawit dan Biodiesel

NO




BERAT ABU TKS (gram)


BOIDIESEL

Volume(mL)


Massa(gram)


Rendemen(%)

1


5


112


99,6352


83,27

2


10


118


104,3356


87,78

3


15


120


104,9400


84,14

4


20


122


105,6032


88,86

5


25


122


105,6032


88,86



Hasil pengukuran Volume biodiesel hasil transesterifikasi kemudian diubah dalam bentuk grafik, seperti di tampilkan pada Gambar 4.1



Grafik hubungan berat abu dalam etanol 100 mL dan volume biodiesel hasil transesterifikasi

Berdasarkan pada hasil penelitian ini dapat ditentukan bahwa kondisi optimum reaksi dicapai pada berat abu tandan kosong kelapa sawit 20 gram terhadap minyak dengan rasio berat etanol/minyak 1: 6. Pada kondisi tersebut diperoleh tingkat konversi biodiesel sebesar 88,86%.

Apabila dibandingkan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti-peneliti sebelumnya yang menggunakan minyak kelapa dan minyak sawit, kondisi optimum reaksi yang dicapai dalam penelitian yang menggunakan minyak kelapa adalah pada persentase berat abu tandan kosong kelapa sawit 4% (b/b) terhadap minyak dengan rasio molar etanol/minyak 12:1 dan pada kondisi tersebut diperoleh tingkat konversi biodiesel sebesar 81,5%.

Kondisi optimum reaksi dalam penelitian yang mengunakan minyak goreng dicapai pada berat abu tandan kosong kelapa sawit 20 gram terhadap minyak dengan rasio berat etanol/ minyak 1:6 dan pada kondisi tersebut diperoleh tingkat konversi biodiesel sebesar 88,86% .

Pada hasil penelitian-penelitian tersebut dapat diketahui terdapat perbedaan kondisi optimum reaksi meskipun sama-sama menggunakan abu tandan kosong kelapa sawit sebagai katalis basa, hal ini dikarenakan abu tandan kosong kelapa sawit yang diperoleh berasal dari tempat yang berbeda sehingga komposisi kimia didalamnya juga berbeda. Selain itu, perbedaan minyak yang digunakan sebagai bahan baku pembuatan biodiesel juga berpengaruh terhadap kondisi optimum reaksi yang dicapai.

Minyak sawit dan minyak kelapa memiliki komponen penyusun utama yang berbeda. Untuk penggunaan minyak yang sama belum tentu memiliki komponen penyusun utama yang sama. Hal ini dibuktikan dari hasil analisis komponen penyusun utama minyak sawit yang digunakan oleh peneliti sebelumnya berupa asam palmitat, sedangkan pada penelitian lain komponen penyusun utamanya berupa asam palmitat dan asam oleat.

Variasi penggunaan abu tandan kosong sangat berpengaruh terhadap jumlah hasil transesterifikasi. Abu tandan kosong kelapa sawit sangat baik bila dijadikan katalis pengganti KOH dan NaOH pada reaksi transesterifikasi pembuatan biodiesel dari minyak kelapa sawit.

Peningkatan jumlah abu tandan kosong kelapa sawit yang digunakan dalam reaksi transesterifikasi, akan meningkatkan konversi biodiesel yang diperoleh. Pada masing–masing berat abu tandan kosong kelapa sawit 5,10,15,20 dan 25 terhadap berat minyak diperoleh persentase konversi biodiesel berturut-turut 83,27%, 87,78%, 88,29%, 88,86% dan 88,86%.

Pengguanaan etanol 70% sebagai pelarut dalam maserasi abu tandan kosong kelapa sawit sangat menguntungkan. Keuntungan jika menggunakan etanol 70% adalah:

- Etanol 70% sangat mudah didapat

- Harga etanol 70% relatif murah jika dibandingkan dengan alkohol jenis lain.

- Kandungan air dalam etanol sangat menguntungkan karena dapat melarutkan logam dalam abu dan membentuk senyawa yang bersifat basa. Sebagai contoh:

K2O + H2O KOH

Na2O + H2O NaOH

CaO + H2O Ca(OH)2

MgO + H2O Mg(OH)2



Uji Kualitas Biodiesel

Hasil pengujian beberapa karakter biodiesel pada variasi berat abu tandan kosong kelapa sawit dalam etanol 100 mL. Karakteristik biodiesel diuji dengan alat uji standar ASTM D 1298 untuk berat jenis, ASTM D 97 untuk titik tuang, ASTM D 2500 untuk titik kabut, dan ASTM D 93 untuk titik nyala.

Kualitas biodiesel yang dihasilkan maka dapat diketahui dari pengujian karakteristik biodiesel seperti yang tercantum dalam tabel 4.3. Penambahan berat abu menyebabkan biodiesel semakin murni karena semakin banyak jumlah trigliserida yang terkonversi menjadi biodiesel/ etil ester.

Hasil uji beberapa karakter biodiesel pada variasi berat abu dalam etanol 100 mL

­­

NO




PARAMETER


Berat Abu Dalam Etanol 100 mL (gram)




Batasan*

5


10


15


20


25

1


Massa jenis (gr/mL)


0,8896


0,8842


0,8745


0,8656


0,8673


0,85-0,89

2


Titik nyala (0C)


112


118


120


122


122


Min 60

3


Titik kabut(0C)


60


40


35


30


28


-

4


Titik tuang(0C)


50


45


40


27


27


Maks.65

* SNI-04-7182-2006



Uji Massa Jenis Biodiesel

Massa jenis diukur menggunakan piknometer dengan Volume 25 mL. Hasil perhitungan massa jenis jika ditampilkan dalam bentuk grafik adalah sebagai berikut:

Gambar Grafik hubungan Massa jenis dengan banyaknya abu tandan kosong kelapa sawit



Batasan massa jenis biodiesel sesuai dengan spesifikasi minyak solar 48 dalam Surat keputusan Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi nomor 3675 K/24/DJM/2006 Tanggal 17 maret 2006 adalah 0,815-0,870. Untuk biodiesel yang dihasilkan dari reaksi kode nomor 5 yaitu perbandingan antara massa abu tandan kosong kelapa sawit dengan etanol 70% adalah 5 gram abu 125 mL etanol 70% memiliki berat jenis tertinggi yaitu 0,8896 gram/mL.

Kode nomor 10 dengan berat abu tandan kosong kelapa sawit 10 gram berat jenis biodiesel yang dihasilkan 0, 8842 gram/mL dan pada berat 15 gram 0,8745 gram/mL. Apabila kita lihat batasan berdasarkan keputusan di atas maka semua hasil transesterifikasi memenuhi syarat. Spesifikasi biodiesel sesuai SNI 04-7182-2006 batasan massa jenis biodiesel pada suhu 400C adalah 0,850-0,890 gram/mL.

Biodiesel yang dihasilkan pada reaksi transesterifikasi dengan menggunakan katalis basa abu tandan kosong kelapa sawit sebanyak 20 dan 25 gram berturut-turut 0, 8656 gram/mL dan 0,8673 gram/mL. Biodiesel ini pada dua reaksi transesterifikasi terkhir menenuhi syarat SNI maupun keputusan Direktur Jenderal Minyak dan gas bumi.

Penyimpangan massa jenis biodiesel yang dihasilkan dari reaksi transesterifikasi diakibatkan suhu saat pengukuran. Pengukuran massa jenis yang dilakukan menggunakan suhu kamar saat pengukuran yaitu 30 0C. Semakin tinggi suhu saat pengukuran semakin besar massa jenis suatu benda. Hal ini terjadi karena pemuaian zat.























Uji Titik nyala Biodiesel

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, titik nyala jika disajikan dalam bentuk grafik, akan diperoleh hasil sebagai berikut :

Gambar Grafik hubungan antara berat abu tandan kosong kelapa sawit dengan titik nyala biodiesel

Karakter titik nyala biodiesel seluruhnya masuk spesifikasi bahan bakar diesel standar nilai rata-rata di atas 600C. Karakter ini mempengaruhi keamanan bahan bakar untuk disimpan pada kondisi temperatur tertentu. Semakin tinggi nilai titik nyala, maka bahan bakar semakin aman untuk disimpan pada kondisi temperatur yang relatif rendah. Titik nyala biodiesel yang dihasilkan cukup baik yaitu di atas 100 °C.



Uji Titik Kabut Biodiesel

Berdasarkan penelitian yang dilakukan, titik kabut jika disajikan dalam bentuk grafik, akan diperoleh hasil sebagai berikut :

Gambar Grafik hubungan antara berat abu tandan kosong kelapa sawit dan titik kabut biodiesel



Titik kabut suatu bahan bakar yang sudah terdestilasi adalah temperatur dimana bahan bakar menjadi berkabut karena kehadiran dari kristal-kristal lilin. Titik kabut sangat dipengaruhi oleh harga salinitas, bila salinitasnya tinggi harga titik kabut cenderung turun.

Hasil pengukuran titik kabut biodiesel bervariasi . Penggunaan abu tandan kosong kelapa sawit 20 gram dalam etanol 70% terhadap minyak 725 mL minyak goreng . Harga tersebut sudah sesuai dengan standar Dirjen Migas (maks. 26 0C). Pengukuran Korosi Terhadap Lempeng Tembaga (Copperstrip Corrosion).

Metode copper strip corrotion digunakan untuk memprediksi derajat korosivitas relatif lempeng tembaga yang diujikan pada biodiesel. Hasil pemeriksaan biodiesel berdasar metode standar ASTM D 130 diperoleh. Hasil pengujian korosi lempeng tembaga untuk ketiga jenis biodiesel tersebut telah memenuhi standar.





Uji Titik Tuang Biodiesel

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, titik tuang jika disajikan dalam bentuk grafik, akan diperoleh hasil sebagai berikut :



Gambar Grafik hubungan abu tandan kosong kelapa sawit dan Titik Tuang Biodiesel

Titik tuang berkaitan erat dengan viskositas karena semakin rendah viskositas maka semakin mudah biodiesel untuk mengalir pada kondisi tertentu. Nilai titik tuang biodiesel semuanya masuk spesifikasi karena masih di bawah 65 °C.



BERMAIN ANGKA 4 (PERKALIAN DENGAN 2 BILANGAN RUJUKAN)


Metode kita bisa bekerja dengan baik untuk bilangan-bilangan yang selisih nilainya tidak jauh. Ketika bilangan-bilangan yang kita kalikan nilainya berselisih jauh, metode ini masih bisa digunakan. Cara yang kita gunakan dalah dengan menggunakan dua buah bilangan rujukan.
Contoh :
8 × 27 =
• 8 mendekati 10, jadi kita gunakan 10 sebagai bilangan rujukan yang pertama.
• 27 mendekati 30, jadi kita gunakan 30 sebagia bilangan rujukann yang kedua.
• Dari kedua bilangan tersebut, pilih sebuah bilangan yang mudah dikalikan dengan kedua bilangan rujukan tersebut. Bilangan tersebut yaitu 10. 10 ini menjadi bilangan rujukan dasar kita.
• Kita tuliskan bilangan rujukan dasar kita dalam tanda kurung dan menuliskan bilangan rujukan kedua sebagai kelipatan dari bilangan rujukan yang pertama.
(10 × 3) 8 × 7 =
• Kedua bilangan pada contoh lebih kecil dari bilangan rujukannya, jadi gambarlah lingkaran di bawahnya.
• Gambar sebuah lingkaran lagi di bawah angka 8 yang mempunyai bilangan rujukan dasar 10.
• Berapa kurangnya 8 dan 27 dari bilangan rujukannya (Ingatlah 3 mewakili 30) ? 2 dan 3.
• Tulis 2 dan 3 dalam lingkaran.

(10×3) 8 × 27 =



• Sekarang kalikan 2 di bawah 8 dengan faktor perkalian 3 dalam tanda kurung.
(─2) × 3 = ─6
• Tulislah 6 dalam lingkaran di bawah angka 2. Kemudian kurangilah 27 dengan 6 yang ada dalam lingkaran bawah.
27 – 6 = 21
• Kalikan 21 dengan bilangan rujukan dasar, 10.
21 × 10 = 210 (210 adalah subtotal)
• Untuk mendapatkan bagian akhir jawaban, kalikan dua bilangan yang ada di lingkaran atas, 2 dan 3, sehingga menghasilkan 6.
• Tambahkan 6 dengan subtotal, sehingga menghasilkan 216.
Bentuk lengkap penyelesaiannya akan terlihat seperti di bawah ini :
(10×3) 8 × 27 = 210 + 6 = 216


Bilangan rujukan dasar tidak harus 10. Misalnya, untuk mengalikan 23 dengan 87, kamu akan menggunakan 20 sebagai bilangan rujukan dasar dan 80 (20×4) sebagai bilangan rujukan yang kedua.
Marilah kita mencoba mengerjakannya.
(20×4) 23×87 =
Kedua bilangan ini lebih besar dari kedua bilangan rujukan.

Friday 22 March 2013

BERMAIN ANGKA 3 (PERKALIAN DENGAN RUJUKAN 20)


Perkalian dengan menggunakan faktor dari 20
Mudah mengalikan dengan 20, karena 20 adalah 2 × 10. Mudah juga untuk mengalikan bilangan-bilangan dengan 10 ataupun dengan 2. Inilah yang disebut perkalian dengan factor, karena 2 dan 10 adalah faktor dari 20.
1. Bilangan-bilangan di atas 20
Marilah kita coba dengan sebuah contoh. 23 × 24 =

23 × 24 =
• 23 dan 24 lebih besar dari bilangan rujukan 20, jadi letakkan lingkaran-lingkaran di atasnya.
• Berapa lebihnya dari 20? 3 dan 4. Tulislah 3 dan 4 di dalam lingkaran. Dan berilah tanda positif.
• Jumlahkan secara diagonal seperti bisaanya.
23 + 4 atau 24 + 3, jawabannya adalah 27.

23 × 24 =
• Sekarang kalikan 27 dengan bilngan rujukan 20.
Untuk melakukan perkalian ini dengan mudah, kita kalikan 27 dengan 2 terlebih dahulu kemudian mengalikannya dengan 10.
27×2 = 54
54×10 = 540 (540 adalah subtotal kita)
• Langkah selanjutnya kalikan bilangan-bilangan yang ada dalam lingkaran dan tambahkan dengan subtotal.
3×4 = 12
540 + 12 = 552
Bentuk lengkap penyelesaiannya akan terlihat seperti berikut :

23 × 24 = 540

2. Bilangan-bilangan di bawah 20
Cobalah mengalikan 19 × 16.
19 × 16 =

• Gunakan 20 sebagai bilangan rujukan.
• Kurangilah secara diagonal.
16 – 1 = 15 atau 19 – 4 = 15
• Kalikan dengan 20
15 × 2 = 30
30 × 10 = 300 (300 adalah subtotal kita)
• Selanjutnya, kalikan bilangan-bilangan yang ada dalam lingkaran dan tambahkan hasilnya dengan subtotal.
1 × 4 = 4
300 + 4 = 304
Bentuk lengkap penyelesaiannya adalah sebagai berikut :
19 × 16 = 300


Bilangan-bilangan di atas dan di bawah 20
Bagaimana jika bilangan-bilangan yang kita kalikan, yang satu merupakan bilangan di atas 20, sedangkan yang lain merupakan bilangan di bawah 20 ? Caranya seperti di bawah ini :
Kita ambil contoh : 18 × 32

18 × 32 =

Kita bisa menambahkan 18 dengan 12 atau mengurangi 32 dengan 2. Kemudian mengalikan hasilnya dengan bilangan rujukan.
32 – 2 = 30
30 × 20 = 600
600 adalah subtotal kita.
Kalikan bilangan-bilangan dalam lingkaran.
(─2) × 12 = ─ 24
Kemudian jumlahkan sub total dengan ─24.
600 + (─2) = 600 – 24 = 576.
Penyelesaiannya akann terlihat seperti di bawah ini.

18 × 32 = 30 × 20 = 600 à 600 – 24 = 576



Mengalikan bilangan-bilangan yang lebih besar
Metode yang di atas bisa untuk mengalikan bilangan hingga 30 × 30. Tapi bagaimna jika bilangan-bilangan yang kita kalikan lebih besar dari itu ?
Gunakan 50 sebagai bilangan rujukan kita.
Untuk mengalikan dengan 50 sangatlah mudah, karena 50 adalah setengah dari 100, atau 100 : 2.
Jadi untuk mengalikan dengan 50, kita kalikan bilangan tersebut dengan 100 kemudian membagi hasinya dengan 2.
Marilah kita mencobanya.
46 × 48 =

Kurangilah secara diagonal.
46 – 2 = 44 atau 48 – 4 = 44
Kalikan 44 dengan 100
44 × 100 = 4.400
Untuk mengalikannya dengan 50, kamu tingaal membagi hasilnya dengan 2 sehingga menghasilkan 2.200
Sekarang kalikan bilangan-bilangan yang ada dalam lingkaran dan tambahkanlah hasilnya dengan 2.200.
46 × 48 = 2.200 + 8 = 2.208





PENENTUAN KADAR SOLANIN PADA KENTANG (Solanum tuberosum L)

Hampir semua orang, baik di pedesaan maupun di perkotaan tahu dan mengenal “kentang”. Bukan hanya sekedar diketahui dan dikenal, kentang digemari oleh hampir semua orang karena rasanya yang enak. Selain itu, kentang yang mempunyai bentuk yang sederhana dapat diolah menjadi bermacam- macam sayuran dan berbagai macam makanan kecil yang dapat dikonsumsi oleh siapa saja.
Walupun bentuknya sederhana tetapi di dalam kentang terdapat komponen gizi seperti kalori, karbohidrat, protein, lemak, kalsium, fosfor, besi dan berbagai vitamin yang sangat diperlukan tubuh. Komponen gizi tersebut menjadikan kentang sebagai makanan yang dapat menetralisir asam urat, mengobati penyakit ginjal, jantung dan dapat mengurangi lendir pada tenggorokkan dan hidung.
Bahkan di negara Prancis, Belanda dan beberapa negara lain, kentang dijadikan sebagai makanan pokok. Di Indonesia, kentang biasanya digunakan sebagai pengganti nasi terutama untuk penderita diabetes.
Banyak manfaat yang diperoleh dengan mengkonsumsi kentang akan tetapi dibalik keuntungan tersebut, kentang memiliki kelemahan karena adanya kandungan solanin dalam kentang. Solanin termasuk dalam golongan alkaloid yang sesungguhnya. Alkaloid sesungguhnya bersifat racun dan menunjukkan aktivitas fisiologi yang luas dan bersifat basa karena adanya nitrogen. Dengan demikian solanin dapat bersifat racun. Tetapi sifat racunnya relatif rendah jika berada dalam jumlah sedikit dan sifat racunnya tinggi jika berada dalam jumlah yang banyak artinya jika semakin banyak kentang yang kita konsumsi berarti kandungan solanin yang ikut masuk ke tubuh kita makin banyak dan itu berarti dapat meracuni tubuh. Itulah sebabnya mengapa ketika kita mengkonsumsi kentang dalam jumlah berlebih dapat menyebabkan mual, muntah dan diare.
Solanin dengan konsentrasi tinggi (jumlah yang banyak ) banyak ditemukan pada umbi kentang yang berwarna hijau yang tumbuh dekat permukaan tanah. Konsentrasi solanin pada kentang yang masih mentah dapat diturunkan dengan cara menyimpannya di tempat yang dingin dan lembab. Karena adanya solanin inilah maka kentang yang berwarna hijau terasa pahit. Walaupun jarang , tetapi kematian kerena mengkonsumsi kentang dapat terjadi terutama pada ternak.
Untuk menghindari bahaya racun dan kematian akibat solanin dari kentang maka sebaiknya kita tidak mengkonsumsi kentang dalam jumlah berlebih dan menghindari mengkonsumsi kentang yang berwarna hijau. Selain itu, cara pemisahan dan penentuan kadar solanin dalam kentang penting untuk diketahui dan dipelajari.
Kentang (Solanum tuberosum L) merupakan tanaman yang berasal dari batang yang mengalami metamorfosis menjadi umbi. Menurut Rubatzky dan Yamaguchi (1995) dalam bukunya yang berjudul “Sayuran Dunia I”, pembentukan umbi kentang diawali dengan terhentinya perpanjangan stolon dan terjadinya penumpukan pati. (Asri W. Setiaji. 2002)
Adanya cahaya matahari dapat menyebabkan kentang berwarna hijau karena terbentuknya klorofil dan atau solanin. Solanin atau sering disebut glikolisa steroid adalah alkaloid utama dalam kentang. (Anwar, dkk. 1994). Solanin merupakan senyawa kimia yang termasuk dalam golongan alkaloid yang sesungguhnya sehingga senyawa alkaloid solanin ini rasanya pahit dan bersifat racun dan dapat menyebabkan kanker.
Senyawa alkaloid banyak terkandung dalam bagian tumbuhan seperti akar, batang, daun, biji, kayu maupun umbi tumbuhan seperti halnya senyawa alkaloid solanin terdapat pada umbi kentang terutama yang tumbuh dekat permukaan tanah. Senyawa alkaloid yang terkandung dalam tumbuhan dapat dipndang sebagai hasil metabolisme dari tumbuhan tersebut dn dapat digunakan sebagai cadangan untuk biosintesis protein. (Anwar, dkk.1994).
Sifat racun senyawa solanin dalam kentang dapat ditekan dengan cara penyimpanan di tempat yang dingin dan lembab dan juga dengan cara pengupasan. Dengan pengupasan memang dapat mengurangi sebagian besar kadar solanin tetapi tidak seluruhnya sehingga tentu saja senyawa solanin masih tetap terdapat dalam kentang.Sifat racunnya relaitif rendah tetapi solanin berada dalam konsentrasi tinggi pada kentang yang berwarna kehijauan merupakan racun yang berbahaya karena dapat menyebabkan kematian (Anwar, dkk. 1994).
Hampir semua senyawa alkaloid termasuk solanin bersifat basa dan berbentuk kristal maupun cairan yang tak berwarna . karena sifat kebasahannya itulah maka senyawa tersebut mudah terdekomposisi oleh adanya panas dan oksigen sehingga senyawa alkaoid solanin yang bersifat racun dapat dipisahkan dari kentang. Solanin mudah dipisahkan dari tunas, umbi atau bunga kentang karena pada bagian itu mengandung alkaloid solanin dengan konsentrasi tinggi. Pada tunas terkandung sekitar 0,04 % solanin dari bobot segar sedangkan pada umbi, kandungan solanin sekitar 0,001 %.
Seperti halnya senyawa alkaloid lain, isolasi solanin dari kentang terlebih dahulu dilakukan dengan ekstraksi selanjutnya pemisahan dan pemurnian dilakukan dengan menggunakan metoda kromatografi. Untuk solanin, pemisahan dan pemurnian dapat dilakukan dengan metode kromatografi Lapis Tipis (KLT). Harga Rf (x 100) solanin dalam kentang yang diperoleh dengan cara KLT adalah 52 dan tidak tampak jika berada di bawah sinar matahari.


solanin






Alat- alat yang digunakan :
- Beaker 200 ml, 600 ml - Oven
- Pengaduk kaca - Timbangan analitik
- Corong kaca - Sentrifuge
- Pipet tetes - Gelas arloji
- Pipa kapiler - Chamber


Bahan- bahan yang digunakan :
- Umbi kentang 50 gr - Asam asetat 5 % 100 ml
- Amonium pekat - NH4 OH 1 %
- Metanol - KLT 2 x 9 cm
- Kristal iod - Kertas saring
- Indikator universal
- Eluen (as.asetat- etanol dengan perbandingan 1: 3)


Pertama- tama, dilakukan pemilihan kentang yang kondisinya baik, kentang dicuci bersih, ditiriskan. Kemudian dikupas dan diparut. Isolasi solanin dari umbi kentang dan penentuan kadarnya, 50 gram Kentang diekstraksi secara maserasi dengan 100 ml asam asetat 5 %, lalu ekstrak tersebut disaring untuk memisahkan serpihan sel. Kemudian dipanaskan sampai 700C dan ditambahkam amoniak pekat tetes demi tetes hingga pH 10. Ekstrak disentrifuse (lapisan bening dibuang). Endapan yang diperoleh dicuci dengan NH4OH 1 % dan disentrifuse lagi. Keringkan dan timbang solanin kotor yang diperoleh. Solanin kotor dimurnikan dengan melarutkannya ke dalam metanol mendidih, kemudian disaring dan dipekatkan sampai mengkristal.
Kadar solanin dalam kentang dapat ditentukan sebagai berikut :
Rendemen solanin dalam kentang =


Solanin dapat diperiksa dengan menggunakan KLT dengan eluen asam asetat –etanol (1:3) yang mempunyai Rf 46.Membuat plat KLT dengan ukuran 2 x 9 cm kemudian pada ujung atas dan bawah plat diberi tanda garis 1 cm dengan pensil . Mengambil sedikit solanin yang akan diperiksa dengan pipa kapiler yang dirincikan. Kemudian diteteskan pada bagian awal pengembangan.
Sementara itu eluen dimasukkan kedalam bejana pengembangan dan kemudian plat KLT yang telah ditetesi solanin, dimasukkan ke dalam bejana tersebut dalam posisis tegak. Biarkan eluen naik sampai batas akhir. Ambil palat dan biarkan eluen hilang dari plat dan masukkan plat KLT yang kering ke dalam gelas piala tertutup yang berisi kristal iod. Kemudian tentukan harga RF senyawa yang terpisah dalam plat KLT.

RF =
Kentang merupakan salah satu bahan alam yang biasa dikonsumsi oleh masyrakat dalam berbagai bentuk masalkan sesuai selera, kentang dapat disajikan dalam bentuk keripik, sup, maupun bentuk lainnya. Berbagai manfaat seperti sumber energi, dan dapat berfungsi memerangi berbagi penyakit tertentu. Hal tersebut karena kentang mengandung sejumlah komponen gizi seperti kalori, vitamin, mineral, lemak, kalsium, fosfor, besi dan berbagai vitamin yang diperlukan tubuh.
Akan tetapi jika kita mengkonsumsi kentang dalam jumlah berlebih maka tubuh kita akan merasa teracuni. Gejala ini ditandai dengan rasa mual, ingin muntah dan sakit perut. Gejala tersebut disebabkan oleh aktivitas senyawa solanin yang terdapat dalam kentang. Sebenarnya kandungan solanin dalan umbi kentang relatif lebih sedikit dibanding kandungan solanin pad kulit kentang (terutama pada kentang yang berwarna hijau).
Seperti telah kita ketahui bahwa solanin, merupakan salah satu senyawa kimia golongan alkaloid sesesungguhnya (sejati) yang terdapat pada bagian tumbuhan tertentu. Senyawa alkaloid yang sesungguhnya bersifat racun sehingga solanin dapat digolongkan sebagai senyawa beracun. Akan tetapi sifat racun tersebut apabila solanin berada dalam konsentrasi (kadar yang tinggi) dalam kentang.
Umumnya masyarakat tidak mengkonsumsi kentang yang berwarna hijau karena rasanya pahit , rasa pahit tersebut disebabkan karena adanya solanin dalam kadar yang cukup tinggi. Kentang yang dikonsumsi adalah kentang dengan kualitas dan kondisi yang baik, yaitu yang tidak berwarna hijau melainkan berwarna putih kuning- kuningan. Dengan demikian pada penelitian ini, kentang yang digunakan sebagai sampel untuk mengisolasi dang mengetahui kadar solanin adalah kentang yang di jual di pasaran.
Selain mengandung solanin, kentang juga mengandung sejumlah senyawa kimia lain dan juga air. Oleh karena itu, kadar air yang terkandung dalam kentang yang digunakan sebagai sampel ditentukan terlabih dahulu. Dalam penelitian ini, kadar air ditentukan dengan cara mengangin- anginkan kentang yang akan diisolasi kemudian ditimbang hingga diperoleh berat yang konstan. Perbandingan antara berat sampel setelah diangin- anginkan dengan berat sampel sebelum diangin- anginkan merupakan kadar air yang yang terkandung dalam kentang tersebut. Berdasarkan percobaan yang dilakukan, diketahiu bahwa kadar air dalam kentang yang digunakan sebagai sampel adalah .
Untuk mengisolasi solanin dalam kentang maka terlebih dahulu, dilakukan penghalusan terhadap sampel kentang. Dalam hal ini dilakukan proses pemarutan hingga diperoleh kentang yang luas permukaannya lebih besar sehingga lebih mudah dianalisis Dengan luas permukaan kentang yang lebih besar maka kentang dan pelarut yang digunakan untuk mengekstrak akan lebih tercampur dengan rata sehingga hasil ekstrak yang diperoleh lebih maksimal dan efisien.
Ekstraksi dlakukan secara maserasi selama sehari (24 jam ) dengan menggunakan pelarut berupa asam asetat 5 %. Dalam proses ini asam asetat akan mengekstrak dan memisahakan komponen senyawa kimia termasuk solanin dari serpihan sel. Ekstrak yang diperoleh berwana agak kunung kehijauan. Ini menunjukkan adanya solanin.
Melalui tahap- tahap selanjutnya akan endapan solanin. Untuk memurnikan endapan yang diperoleh, yang diduga masih mengandung air, kotoran atau senyawa lainnya maka endapan dilautkan kedalam metanol mendidih. Didalam metanol, solanin akan sedikit larut. Dengan penyaringan dan pemekatan akan diperoleh kristal solanin murni.
Selanjutnya kadar solanin, dalam kentang yang memiliki kadar air dapat ditentukan. Berdasarkan hasil percobaan, kadar solanin dalam umbi kentang dengan kadar air % adalah %. Angka teresbut menunjukkan bahwa kandungan solanin dalam kentang yang biasanya dikonsumsi dan di jual di pasaran relatif rendah dan tidak berbahaya bagi tubuh jika dikonsumsi tidak berlebih (sesuai kebutuhan).
Di dalam kentang juga terkandung senyawa- senyawa kimia lainnya, sehingga adanya solanin dalam kentang yang dianalisis perlu diperiksa. Pada percobaan ini, adanya solanin, diperikasa dengan metode Kromatografi Lapis Tipis (KLT) dengan menggunakan eluen berupa campuran asam asetat dan etanol dengan perbandingan 1 : 3. Didalam kentang terdapat solanin, yang ditunjukkan dengan nilai Rf yang hampir dengan nilai Rf solanin secara teoritis. Kadar solanin dalam umbi kentang dengan kadar air % adalah Angka tersebut menunjukkan bahwa kentang tersebut hanya mengandung solanin dalam jumlah yang keci dan itu berarti tidak bersifat racun sehingga layak dikonsumsi.

Thursday 21 March 2013

BERMAIN ANGKA 2 (PERKALIAN DENGAN BILANGAN RUJUKAN)

PERKALIAN DENGAN BILANGAN RUJUKAN
1) Jika Kedua Bilangan Kurang Dari 10
Marilah kita kembali ke soal 7 × 8
7 × 8 =
10 yang ada di sebelah kiri soal adalah bilangan rujukan kita. Bilangan rujukan ini yang kita gunakan untuk mengurangi bilangan-bilangan yang kita kalikan.
• Pada soal kita ini, kedua bilangan lebih kecil dari 10. Jadi kita letakkan lingkaran di bawah bilangan-bilangan yang kita kalikan.
• Berapa kurangnya kedua bilangan tersebut dari 10 ? Jawabannya adalah 3 dan 2. Tuliskan 3 dan 2 dalam lingkaran-lingkaran yang ada di bawah bilangan yang kita kalikan.
• 7 adalah 10 – 3, sehingga kita letakkan tanda minus di depan angka 3.
• 8 adalah 10 dikurangi 2, jadi kita letakkan tanda minus di depan angka 2.
• Selanjutnya lakukan perhitungan secara diagonal. 7 – 2 atau 8 – 3, hasilnya adalah 5. Kita menuliskan angka 5 setelah tanda sama dengan (=).
• Sekarang, kalikan 5 dengan bilangan rujukan 10, 5 × 10 = 50. 50 adalah subtotal kita.
• Kemudian kalikan bilangan-bilangan yang ada dalam lingkaran, 3 × 2 = 6.
• Tambahkan hasil ini dengan sub total sehingga jawaban akhir kita : 50 + 6 = 56.
Bentuk lengkap penyelesaiannya akan terlihat seperti berikut ini :
7 × 8 = 50

Coba kerjakan soal-soal di bawah ini dengan metode di atas :
1. 9 × 8 = 6. 8 × 6 =
2. 7 × 8 = 7. 7 × 9 =
3. 6 × 9 = 8. 9 × 9 =
4. 7 × 7 = 9. 6 × 6 =
5. 6 × 7 = 10. 8 × 8 =

2) Jika Kedua Bilangan Lebih Dari 10
Kita akan menggunakan contoh 12 × 13.
12 × 13 =

• Kedua bilangan tersebut lebih dari 10, jadi kita letakkan lingkaran-lingkarannya di atas kedua bilangan tersebut.
• Berapa lebihnya dari 10? 2 dan 3. Jadi, kita menuliskan 2 dan 3 dalam lingkaran-lingkaran yang ada diatas 12 dan 13.
• 12 adalah 10 + 2, jadi, kita menambahkan tanda plus di depan angka 2.
• 13 adalah 10 + 3, jadi kita menambahkan tanda plus di depan angka 3.
• Seperti sebelumnya, kita kerjakan secara diagonal. 12 + 3 atau 13 + 2 samadengan 15. Kalikan 15 dengan bilangan rujukan, 15 × 10 = 150. 150 adalah subtotal kita.
• Tulislah 150 setelah tanda sama dengan.
• Untuk langkah terakhir, kalikan bilangan-bilangan yang ada dalam lingkaran.
2 × 3 = 6.
• Tambahkan 150 + 6 = 156.
Bentuk lengkap penyelesaiannyaakan terlihat seperti ini :
12 × 13 = 150

Coba Kerjakan Latihan Berikut ini:
1. 12 × 15 = 6. 13 × 15 =
2. 12 × 12= 7. 13 × 12=
3. 12 × 14 = 8. 12 × 16 =
4. 14 × 14 = 9. 15 × 15 =
5. 12 × 18 = 10. 16 × 14 =


3) Bilangan di Atas dan di Bawah 10.
Kita akan mengambil contoh 8 × 13.
8 × 13 =
• 8 lebih kecil dari 10, jadi kita meletakkan lingkaran di bawah angka 8.
• Berapa kurangnya dari 10 ? jawabannya adalah 2. Karena 8 adalah 10 – 2, maka kita letakkan tanda minus di depan angka 2.
• Sedangkan 13 lebih besar dari 10, maka letakkan lingkaran di atas angka 13.
• Berapa lebihnya dari 10 ? jawabannya adalah 3. Karena 13 adalah 10 + 3, maka kita letakkan tanda plus di depan angka 3.
• Lakukan perhitungan secara diagonal, 8 + 3 atau 13 + (─2), hasilnya adalah 11.
• Sekarang kita kalikan 11 dengan bilangan rujukan, 11 × 10 = 110.
• Cara penyelesaiannya terlihat seperti berikut ini :
8 × 13 = 110

• Sekarang kita kalikan bilangan-bilangan yanga ada di dalam lingkaran. 3 × (─2)= ─6. Selanjutnya 110 – 6 = 104.
Penyelesaiannya terlihat seperti berikut ini :
8 × 13 = 110 – 6 = 104

Coba kerjakann latihan berikut ini :
1. 9 × 14 =
2. 8 × 15 =
3. 7 × 12 =
4. 9 × 18 =
5. 8 × 19 =



4) Jika kedua bilangan kurang dari 100
Contoh : 96 × 97 =
96 × 97 =


100 yang ada di sebelah kiri soal adalah bilangan rujukan kita.
Pada soal kita ini, kedua bilangan lebih kecil dari 100, jadi kita letakkan lingkaran di bawah bilangan-bilangan yang kita kalikan.
• Berapa kurangnya kedua bilangan tersebut dari 100? Jawabannya adalah 4 dan 3. Tuliskan 4 dan 3 dalam lingkaran-lingkaran yang ada di bawah bilangan yang kita kalikan.
• 96 adalah 100 – 4, sehingga kita letakkan tanda minus di depan angka 4.
• 97 adalah 100 – 3, jadi kita letakkan tanda minus di depan angka 3.
• Selanjutnya lakukan perhitungan secara diagonal. 96 – 3 atau 97 – 4, hasilnya adalah 93. Sekarang, kalikan 93 dengan bilangan rujukan 100, 93 × 100 = 9.300. Ini adalah subtotal kita.
• Kemudian kalikan bilangan-bilangan yang ada dalam lingkaran, 4 × 3 = 12.
• Tambahkan hasil ini dengan sub total sehingga jawaban akhir kita 9300 + 12 = 9312.
Bentuk lengkap penyelesaiannya akan terlihat seperti berikut ini :
96 × 97 = 9300



5) Jika Kedua Bilangan Lebih Dari 100
Kita akan menggunakan contoh 106 × 104.

106 × 104 =

• Kedua bilangan tersebut lebih dari 100, jadi kita letakkan lingkaran-lingkarannya di atas kedua bilangan tersebut.
• Berapa lebihnya ? 6 dan 4. Jadi, kita menuliskan 6 dan 4 dalam lingkaran-lingkaran yang ada diatas 106 dan 104.
• 106 adalah 100 + 6, jadi, kita menambahkan tanda plus di depan angka 6.
• 104 adalah 100 + 4, jadi kita menambahkan tanda plus di depan angka 4.
• Tambahkan secara diagonal. 106 + 4 atau 104 + 6 samadengan 110.
• Kalikan 110 dengan bilangan rujukan, 110 × 100 = 11.000. 11.000 adalah subtotal kita. Tulislah 11.000 setelah tanda sama dengan.
• Untuk langkah terakhir, kalikan bilangan-bilangan yang ada dalam lingkaran. 6 × 4 = 24. Tambahkan 11.000 + 24 = 11.024



Bentuk lengkap penyelesaiannyaakan terlihat seperti ini


106 × 104 = 11.000



6) Bilangan di atas dan di bawah 100
Kita akan mengambil contoh 98 × 135.

98 × 135 =

98 lebih kecil dari 100, jadi kita meletakkan lingkaran di bawah angka 98.
Berapa kurangnya dari 100 ? jawabannya adalah 2.
Karena 98 adalah 100 – 2, maka kita letakkan tanda minus di depan angka 2.
Sedangkan 135 lebih besar dari 100, maka letakkan lingkaran di atas angka 135.
Berapa lebihnya dari 100? jawabannya adalah 35.
Karena 135 adalah 100 + 35, maka kita letakkan tanda plus di depan angka 35.
Lakukan perhitungan secara diagonal, 98 + 35 atau 135 + (─2), hasilnya adalah 132. Sekarang kita kalikan 132 dengan bilangan rujukan, 133 × 100 = 13.300. Cara penyelesaiannya terlihat seperti berikut ini :
98 × 135 =
Sekarang kita kalikan bilangan-bilangan yanga ada di dalam lingkaran. (─2)× 35= ─70. Selanjutnya 13.300 – 70 = 13.230.
Penyelesaiannya terlihat seperti berikut ini ;

98 135 = 13.300 – 70 = 13.230


7) Jika kedua bilangan kurang dari 1000
Contoh : 998 × 997?
Bentuk lengkap penyelesaiannya akan terlihat seperti ini :
998 × 997 =
1000 yang ada di sebelah kiri soal adalah bilangan rujukan kita.
• Letakkan lingkaran di bawah bilangan-bilangan yang kita kalikan.
• Berapa kurangnya kedua bilangan tersebut dari 1000? Jawabannya adalah 2 dan 3. Tuliskan 2 dan 3 dalam lingkaran-lingkaran yang ada di bawah bilangan yang kita kalikan.
• 998 adalah 1000 – 2, sehingga kita letakkan tanda minus di depan angka 2.
• 997 adalah 1000 – 3, jadi kita letakkan tanda minus di depan angka 3.
• Selanjutnya lakukan perhitungan secara diagonal. 998 – 3 atau 997 – 2, hasilnya adalah 995.
• Sekarang, kalikan 995 dengan bilangan rujukan 1000, 995 × 1000 = 95.000. Ini adalah subtotal kita.
• Kemudian kalikan bilangan-bilangan yang ada dalam lingkaran, 2 × 3 = 6.
• Tambahkan hasil ini dengan sub total sehingga jawaban akhir kita 995.000 + 6 = 995.006.
Bentuk lengkap penyelesaiannya akan terlihat seperti berikut ini :
998 × 997 = 995.000






8) Jika kedua bilangan lebih dari 1000
Kita akan menggunakan contoh 1.250 × 1.002.
• Letakkan lingkaran-lingkarannya di atas kedua bilangan tersebut.

1.250 × 1.002 =
• Berapa lebihnya kedua bilangan tersebut dari 1000? 250 dan 2.
• Jadi, kita menuliskan250 dan 2 dalam lingkaran-lingkaran yang ada diatas 1250 dan 1002.
• 1250 adalah 1000 + 250, jadi, kita menambahkan tanda plus di depan angka 250.
• 1002 adalah 1000 + 2, jadi kita menambahkan tanda plus di depan angka2.
• Tambahkan secara diagonal. 1.250 + 2 atau 1.002 + 250 samadengan 1.252.
• Kalikan 1.252 dengan bilangan rujukan, 1.252 × 1000 = 1.252.000.
• 1252.000 adalah subtotal kita.
• Tulislah 1.252.000 setelah tanda sama dengan.
• Untuk langkah terakhir, kalikan bilangan-bilangan yang ada dalam lingkaran. 250 × 2 = 500.
• Tambahkan 1.252.000 + 500 = 1.252.500.
Bentuk lengkap penyelesaiannya akan terlihat seperti ini :

1.250 × 1.002 =1.252.000

9) Bilangan di atas dan di bawah 1000
Kita akan mengambil contoh 998 × 1.150.
998 × 1.150
• 998 lebih kecil dari 1000, jadi kita meletakkan lingkaran di bawah angka 998. Berapa kurangnya dari 1000 ? jawabannya adalah 2. Karena 998 adalah 1000 – 2, maka kita letakkan tanda minus di depan angka 2.
• Sedangkan 1.150 lebih besar dari 1000, maka letakkan lingkaran di atas angka 1.150. Berapa lebihnya dari 1000? jawabannya adalah 150. Karena 150 adalah 1000 + 150, maka kita letakkan tanda plus di depan angka 150.
• Lakukan perhitungan secara diagonal, 998 + 10 atau 1.150 + (─2), hasilnya adalah 1.148. Sekarang kita kalikan 1.148 dengan bilangan rujukan, 1.148 × 1.000 = 1.148.000.
Cara penyelesaiannya terlihat seperti berikut ini :

998 × 1.150 =


Sekarang kita kalikan bilangan-bilangan yanga ada di dalam lingkaran.
(─2) × (150)= ─300. Selanjutnya 1.148.000 – 300 = 1.147.700
Penyelesaiannya terlihat seperti berikut Ini :

998 × 1.150 = 1.148.000 – 300 = 1.147.700

A. Menggabungkan Metode
Lihatlah soal berikut ini.
Ini masih menjadi perhitungan yang sulit jika kita tidak tahu jawaban 8 × 7. Solusinya, kita bisa meletakkan dua lingkaran lagi di bawah kedua lingkaran yang sudah ada untuk mengalikan 8 × 7.. penyelesaiannya akan terlihat seperti di bawah ini.
B. Menggunakan bilangan rujukan selain 10, 100, 1000,…
1) Menggunakan 200 sebagai bilangan rujukan
Jika bilangan yang dikalikan mendekati 200, perhitungannya akan menjadi mudah karena kamu bisa menggunakan 200 sebagai bilangan rujukan.
Contoh :
2) Menggunakan 500 sebagai bilangan rujukan
Bagaimana jika kita ingin mengalikan 512 dengan 512 ?

Apakah anda ingin tahu langkah selanjutnya ? Ikuti pelatihan kami…

Monday 18 March 2013

MENGHITUNG PERKALIAN SATU DIGIT DENNGAN BILANGAN RUJUKAN 10

Pengenalan awal angka

Suatu bilangan dapat dinyatakan dengan lambanga atau gambar bilangan. Lambing bilangan itu bermacam-macam. Ada yang berupa tanda-tanda, goresan-goresan berupa batu, dan tulisan-tulisan atau gambar-gambar.
Misalnya, lambing bilangan dua. Ada beberapa macam lambang yang menyatakan bilangan dua diantaranya; 2 (Hindu Arab), II (Romawi), VV(Babylonia 3000 SM),  2 (Arab),  Jepang, Hindu ±900 Masehi dan sebagainya.

System numerasi Hindu-Arab pada awalnya lambing-lambang ini digunakan orang Hindu India terutama pada zaman raja Asoka. Masanya kira-kira tahun 900 M digunakan lambing sebagai berikut Kemudian oleh orang arab disempurnakan dan disebarkan sampai eropa. Sebelum mencapai kesempurnaannya, lambing bilangan ini mengalami perubahan dari masa ke masa. 


Kita akan mulai dengan belajar bagaimana mengalikan bilangan – bilangan sampai dengan 10 × 10. Berikut ini adalah caranya :
Kita kan ambil contoh 7 × 8
Tulislah 7 × 8 = pada sebuah kertas dan gambarlah sebuah lingkaran dibawah setiap bilangan yang dikalikan.
7 × 8 =

Sekarang, lihatlah bilangan perkalian yang pertama,7. Berapa bilangan yang bila di tambah 7 menghasilkan 10 ? jawabannya adalah 3. Tulislah 3 dalam lingkaran yang berada di bawah angka 7.
Sekarang lihatlah bilangan perkalian yang kedua,8. Bilangan berapa yang bila ditambah 8 menghasilkan 10 ? Jawabannya adalh 2. Tulis 3 dalam lingkaran yang ada di bawah angka 8. Pekerjaanmu akan terlihat seperti ini.
3
2
7 × 8 =

Sekarang kurangkanlah secara diagonal.
Ambillah salah satu bilangan yang di lingkari (boleh 3, boleh 2) untuk mengurangi bulangan yang ada di atasnya secara diagonal atau menyilang.
Kamu hanya perlu mengurangi satu kali. Pengurangan manapun yang kamu pilih akan menghasilkan jawaban  yang sama yaitu 5. 5 merupakan angka pertama jawabanmu.
Sekarang kalikan kedua bilangan yang ada dalam lingkaran : 3 × 2 = 6. Ini merupakan angka terakhir jawabanmu.
Jadi jawabannya adalah 56. Bentuk lengkap penyelesaiannya akan terlihat seperti di bawah ini :
3
2
7 × 8 = 56


Apakah metode ini bisa digunakan untuk mengalikan bilangan-bilangan yang besar ?
Tentu saja. Marilah kita mencoba contoh berikut :
96 × 97 =
Kedua bilangan ini mendekati angka 100. Jadi ditambah berapakah agar masing-masing bilangan ini menghasilkan 100 ? jawabannya adalah 4 dan 3.
Tulislah 4 dalam lingkaran yang ada dibawah 96 dan 3 dalam lingkaran yang ada di bawah angka 97.
4
3
96 × 97 =

Kita lakukan pengurangan secara diagonal. 96 – 3 atau 97 – 4, jawabannya adalah 93. Hasil ini  merupakan bagian pertama jawabanmu.
Kemudian, kalikan kedua bilangan yang ada dalam lingkaran 4 × 3 = 12. 12 merupakan bagian akhir jawabanmu. jadi hasil dari 96 × 97 = 9.312.
4
3
96 × 97 = 9.312

Latihan Soal:
1.      96 × 96 =                                 11. 97 × 95   =
2.      95 × 95 =                                 12. 98 × 95   =
3.      98 × 94 =                                 13. 97 × 94   =
4.      98 × 92 =                                 14. 97 × 93   =
5.      97 × 98 =                                 15. 99 × 99 =
6.      90 × 98 =                                 16. 97 × 98 =
7.      91 × 98 =                                 17. 99 × 90 =
8.      92 × 99 =                                 18. 97 × 91 =
9.      97 × 88 =                                 19. 97 × 89 =
10.  96 × 98 =                                 20. 87 × 98 =