Saturday, 15 March 2014

OBAT TRADISIONAL PAPUA UNTUK NYERI, LESU DAN KELELAHAN


Saat melihat betapa gagah dan sehatnya masyarakat yang tinggal di pulau Papua terbersit dalam hati apa yang membuat mereka terlihat bugar?

Bayi mereka berjalan lebih cepat dibandingkan dengan masyarakat lain pada umumnya mereka sudah bisa berjalan sendiri saat usia mereka 6-8 bulan. Suatu waktu saya melihat mereka menepuk-nepukkan daun gatal. Saya pun tidak lupa menanyakan untuk apa anak ibu diusap dan ditepuk daun gatal. Ibu tadi menjawab " Bapak Ini banyak manfaatnya, masyarakat kami mengobati nyeri, sakit, kecapean dan mempercepat anak berjalan menggunakan daun ini. Saya teringat penelitian saya saat PKL di Jurusan Kimia FMIPA UNCEN. Salah satu tanaman yang digunakan sebagai obat oleh masyarakat suku Tepra (salah satu suku dar lebih 350 suku yang mendiami Papua)Berikut saya bagi sedikit informasi mengenai daun gatal (Kemaduh= Bahasa Jawa, Trenggalek)



A. NAMA TUMBUHAN
1. Nama Botani : Laportea sp.
2. Nama Indonesia : Daun gatal
3. Nama Lokal : Neneme
B. TAKSONOMI TUMBUHAN
1. Kingdom : Plantae
2. Divisi :Spermatophyta
3. Genus : Laportea
4. Spesies : Spesiosa
C. DESKRISPSI TUMBUHAN







Neneme merupakan tumbuhan terna liar yang tumbuh di daerah tropis. Memiliki berbagai jenis. Daun tanaman ini memiliki daun yang bercorak dan bentuk bulat telur besar. Pemukaan daunnya kasar memiliki bulu halus menyebabkan gatal jika disentuh. Warna daun tampak hijau kekuning-kuningan.

Tumbuhan famili Urticaceae umumnya memang memiliki kandungan kimiawi seperti monoridin, tryptophan, histidine, alkaloid, flavonoid, asam formiat dan authraguinones. Asam semut ini sendiri terkandung di dalam kelenjar ‘duri’ pada permukaan daun. Saat ‘duri’ tersebut mengenai tubuh, asam semut dalam kelenjar itu terlepaskan dan mempengaruhi terjadinya pelebaran pori – pori tubuh. Pelebaran pori – pori ini rupanya meransang peredaran darah. Itulah sebabnya pemanfaat daun gatal umumnya merasa pegal – pegal mereka lenyap ataupun merasa lebih baik.

Ekstraksi dalam bentuk salep ataupun pemakaian daun gatal dalam bentuk non-segar di masa mendatang demi alasan kepraktisan hingga kini belum ada. Pemanfaatan daun gatal di rupanya tak hanya dipakai oleh masyarakat yang tinggal di kampung tetapi juga dimanfaatkan oleh masyarakat Papua yang tinggal di Kota. Proses transfer pengetahuan dari orang tuanya pun berlangsung dengan berbagai proses yang berbeda.

Kadang sewaktu mereka berjalan di hutan dan ia dikenalkan dengan tanaman perdu ini, kadang juga sewaktu sakit dan melihat langsung pemanfaatannya.Sensasi rasa gatal saat menggosokan daun ini pada bagian tubuh yang pegal, Rasa gatal, ingin bagaruk badan, berlangsung sekitar 3 – 4 menit . Setelah beberapa menit efek gatal hilang, yang ada hanya bentol–bentol merah seperti terkena ulat bulu dan rasa hangat yang menjalar di bagian tubuh yang digosok.

Daun gatal dipakai dengan cara menggosokan daun gatal secara langsung pada bagian tubuh yang terasa pegal dan lelah. Bahkan daun ini juga digunakan sebagai medium ‘baca’ alias ritual magis terkait kepercayaan lokal. Ia juga secara pribadi pernah menggunakannya sebagai obat sakit kepala. Saat itu beberapa kerabatnya memakaikannya daun gatal dengan cara membungkuskannya di kening dan kepalanya. Biasanya daun akan dilepas usai sakit kepalanya terasa lebih ringan. Pak Syufi tak lupa menambahkan informasi tentang jenis daun gatal yang ia ketahui. Sepengetahuannya ada tiga jenis daun gatal berdasarkan tempat tumbuh: dataran tinggi dan dataran rendah. Gatalnya pun lebih ‘menggigit’ dibandingkan dengan daun gatal yang tumbuh di dataran rendah. Daun gatal yang tumbuh di dataran rendah lebih pendek dan ada yang daunnya agak kecil dan memanjang bentuk daunnya.


Bahkan pada suku Meyah, Daun gatal yang disebut ‘meciwi’ ini dapat digunakan dalam proses persalinan sebagai obat penghilang nyeri pada ibu yang akan melahirkan. Umumnya dengan menumbuk halus daun ini dan membalurkan pada beberapa bagian tubuh.

Sebagai komoditas barang dagangan di pasar tradisional , harganya bervariasi antara Rp 3.000 – 5.000,- tergantung dari pasokan daun gatal saat itu. Umumnya dijual oleh penjual asli Papua . Tanaman ini biasanya didapatkan dengan dua cara; memanen langsung dari alam ataupun dari hasil budidaya.

Penanamannya pun tak sulit dan tak membutuhkan perawatan yang intensif.Tanaman daun gatal yang ditanam di halaman belakang rumahnya. Bibitnya bisa didapatkan dari hutan ini tumbuh subur dengan tinggi berkisar antara 75 – 180 centi meter.

Membeli langsung di kebun, selain kualitas daun yang dapatkan lebih segar, dengan harga Rp.5.000, pembeli dapat membawa pulang sekitar 25 lembar daun gatal. Sayang, tidak setiap hari orang datang membeli.

Daun gatal memang bermanfaat namun, jangan sampai salah asal pakai daun gatal. Jika salah, malah bisa demam dan merasakan gatal yang panas dan menyiksa, seperti bila tersentuh daun gatal babi atau daun gatal lainnya (semisal Laportea Interupta).

Daun gatal sebagai tanaman obat khas Papua rupanya bermanfaat bagi komunitas masyarakat suku di Papua maupun suku – suku lainnya. Semoga kelak tanaman ini terus dibudidayakan dan bisa menembus masuk supermarket besar dan tak hanya terhampar di atas – atas lapak tanah pasar tradisional

No comments: